TUTUP
SCROLL UNTUK MELANJUTKAN MEMBACA
Gabung di IDN Times

PBB Desak Rusia-Ukraina Terapkan Demiliterisasi di PLTN Zaporizhzhia

Bencana nuklir seperti tragedi Chernobyl bisa terjadi

Ilustrasi pembangkit listrik tenaga nuklir (pixabay.com/Enrique)

Tangerang Selatan, IDN Times - Badan pengawas atom dari Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB), pada Selasa (6/8/2022), mendesak Rusia dan Ukraina untuk membentuk zona perlindungan keselamatan di sekitar Pembangkit Listrik Tenaga Nuklir (PLTN) Zaporizhzhia.

Hal itu diungkapkan di tengah kekhawatiran tragedi Chernobyl terulang kembali. 

Saran tersebut muncul setelah utusan dari Badan Tenaga Atom Internasional (IAEA) mengunjungi PLTN Zaporizhzhia. Pihaknya menyerukan agar penembakan di sekitar pabrik harus dihentikan, demi menghindari kerusakan lebih lanjut.

“Ini membutuhkan persetujuan dari semua pihak terkait pembentukan zona perlindungan keselamatan dan keamanan nuklir di sekitar pembangkit," kata PBB laporan IAEA.

Baca Juga: Krisis Keamanan di Ukraina, Kherson Tunda Referendum Gabung Rusia

1. IAEA ingin ada zona aman di sekitar wilayah PLTN

Direktur Jenderal IAEA, Rafael Grossi, yang memimpin inspeksi itu, menyampaikan laporan kepada Dewan Keamanan PBB terkait hasil investigasi dari kondisi PLTN, dikutip dari Associated Press.

Menjelang presentasi Grossi, Sekretaris Jenderal PBB Antonio Guterres menuntut Rusia dan Ukraina berkomitmen untuk menghentikan semua aktivitas militernya. Dia juga menyetujui terkait adanya upaya perbatasan demiliterisasi di sekitar pabrik.

“Komitmen dari pasukan Rusia untuk menarik semua personil dan peralatan militer dari perimeter itu, serta komitmen oleh pasukan Ukraina untuk tidak bergerak ke dalamnya," kata Guterres.

Dia juga memperingatkan bahwa kerusakan di pabrik, baik disengaja atau tidak, tetap berpotensi menyebabkan bencana. Diketahui, aksi penembakan masih berlanjut sehari setelah arus listrik PLTN Zaporizhzhia terputus dari jaringan listrik Ukraina pada Senin (5/9/2022).

Biasanya, pembangkit mengandalkan daya dari luar untuk menjalankan sistem pendingin yang menjaga reaktor dan bahan bakar bekasnya agar tidak terlalu panas. Hilangnya sistem pendingin berpotensi menyebabkan kehancuran atau pelepasan radiasi lainnya.

"Untuk profesional proteksi radiasi, untuk Ukraina dan bahkan orang-orang Rusia, dan Eropa tengah, ini adalah waktu yang sangat mengkhawatirkan dan itu diremehkan," kata Paul Dorfman, pakar keselamatan nuklir di University of Sussex di Inggris.

2. Laporan IAEA terlihat netral dan berusaha menghindari konflik politik 

Rusia dan Ukraina saling menuduh terkait aksi penembakan di Enerhodar, yaitu sebuah kota tempat PLTN berada. Kiev menuduh pasukan Kremlin melancarkan tembakan dari pembangkit listrik, mengarah ke sebuah kota di seberang Sungai Dnieper.

Wali Kota Enerhodar, Dmytro Orlov, melaporkan ledakan besar di wilayahnya. Serangan itu membuat putusnya pasokan listrik dan air di kota yang memiliki penduduk hingga 53 ribu orang.

Para pemimpin dunia juga telah menyerukan demiliterisasi pabrik, yang mana telah dikuasai oleh pasukan Rusia sejak awal perang. Meski demikian, PLTN itu masih dioperasikan oleh para insinyur Ukraina.

Dalam laporannya, IAEA tidak secara langsung menyalahkan pihak yang melakukan penembakan. Terlihat bahwa badan atom itu berusaha untuk menghindari adanya keributan politik.

Baca Juga: Intelijen AS: Rusia Beli Roket dari Korut untuk Perangi Ukraina

Verified Writer

Syahreza Zanskie

Feel free to contact me! syahrezajangkie@gmail.com

IDN Times Community adalah media yang menyediakan platform untuk menulis. Semua karya tulis yang dibuat adalah sepenuhnya tanggung jawab dari penulis.

Rekomendasi Artikel

Berita Terkini Lainnya