Penjualan Industri Senjata Meningkat, Produsen AS-China Masuk 10 Besar
Nilainya tembus hingga Rp9,1 kuadriliun
Follow IDN Times untuk mendapatkan informasi terkini. Klik untuk follow WhatsApp Channel & Google News
Jakarta, IDN Times - Stockholm International Peace Research Institute (SIPRI) mengungkap bahwa penjualan senjata oleh 100 perusahaan terbesar di dunia mengalami peningkatan 1,9 persen senilai 592 miliar dolar AS (sekitar Rp 9,1 kuadriliun) pada 2021.
Dilansir Al Jazeera, meski tahun itu mengalami peningkatan, terjadi masalah pasokan yang menghambat pengiriman komponen penting untuk produksi senjata, sebagai dampak dari perang Rusia-Ukraina.
Baca Juga: 2.500 Anjing Laut Ditemukan Mati di Pantai Laut Kaspia Rusia
1. Sanksi terhadap Rusia ganggu rantai pasokan untuk penjualan senjata
Menurut laporan Basis Data Industri Persenjataan SIPRI yang dirilis pada Senin (5/12/2022), peningkatan itu mengacu pada laporan sebelumnya, di mana penjualan periode 2019-2020 meningkat 1,1 persen. Temuan ini sekaligus menandai adanya peningkatan penjualan senjata dalam tujuh tahun terakhir.
Namun, masalah rantai pasokan telah menghambat perdagangan senjata pada 2021. Kondisi itu diprediksi akan menjadi lebih buruk di masa depan akibat perang di Ukraina.
“Kami mungkin mengharapkan pertumbuhan yang lebih besar dalam penjualan senjata pada 2021 tanpa masalah rantai pasokan yang terus-menerus,” kata Direktur Program Pengeluaran Militer dan Produksi Senjata SIPRI, Lucie Béraud-Sudreau.
“Baik perusahaan senjata yang lebih besar dan lebih kecil mengatakan bahwa penjualan mereka terpengaruh sepanjang tahun. Beberapa perusahaan, seperti Airbus dan General Dynamics, juga melaporkan kekurangan tenaga kerja,” sambung dia.
Laporan SIPRI menambahkan, invasi Rusia ke Ukraina pada Februari 2022 juga meningkatkan tantangan pada rantai pasokan bagi perusahaan senjata di seluruh dunia.
Bagi negara-negara Barat, Rusia merupakan pemasok penting yang mengirim bahan mentah untuk digunakan dalam produksi senjata.
“Ini dapat menghambat upaya yang sedang berlangsung di Amerika Serikat dan Eropa untuk memperkuat angkatan bersenjata mereka dan untuk mengisi kembali persediaan mereka setelah mengirimkan amunisi dan peralatan lain senilai miliaran dolar ke Ukraina,” katanya, dilansir dari SIPRI.
Editor’s picks
Meski begitu, Rusia juga terdampak dari sanksi barat akibat perangnya di Ukraina. Hukuman itu membuat pabrikan di wilayahnya kesulitan mendapat akses semikonduktor dan menerima pembayaran untuk pengiriman mereka.
Baca Juga: Dituduh Pasok Senjata ke Kartel, Produsen Senjata AS Dituntut Meksiko
IDN Times Community adalah media yang menyediakan platform untuk menulis. Semua karya tulis yang dibuat adalah sepenuhnya tanggung jawab dari penulis.