TUTUP
SCROLL UNTUK MELANJUTKAN MEMBACA
Gabung di IDN Times

Pilpres AS, Hati-Hati Baca Exit Poll, Terutama Data Awal

COVID-19 berpengaruh ke metodologi

Presiden Amerika Serikat Donald Trump dan calon presiden dari Demokrat Joe Biden berpartisipasi dalam debat kampanye kepresidenan Amerika Serikat 2020 terakhir di Curb Event Center di Belmont University, Nashville, Tennessee, Amerika Serikat, Kamis (22/10/2020) (ANTARA FOTO/REUTERS/Mike Segar)

Jakarta, IDN Times - Pemilihan Umum AS 2020 dilakukan dalam situasi “gawat darurat” karena pandemik COVID-19. Mayoritas media di sana, yang cenderung bias ke liberal yang dibawakan Partai Demokrat, membuat proyeksi bahwa Joe Biden, sang penantang dalam Pilpres 2020 akan menang. Dalam jajak pendapat yang digelar sejumlah pihak termasuk media arus utama seperti CNN, NBC, dan koran New York Times, petahana Donald J. Trump ketinggalan signifikan dibandingkan Biden.

Sesudah proses memilih ditutup pada Selasa malam (3/11/2020), media menggelar exit poll (jajak pendapat pasca memilih).

Merujuk exit poll biasanya menjadi salah satu fokus media di malam hari sesudah proses memilih ditutup. Angka yang muncul dianggap membantu dalam membaca arah hasil pemilu, saat hasil riil penghitungan suara belum ada.

Selain itu, exit poll juga memberikan data demografi pemilih.

Tim FiveThirtyEight, laman yang khusus membahas metrik pemilu, mengingatkan bahayanya meliput semata-mata berdasarkan exit poll untuk memprediksi siapa pemenang pilpres AS 2020. “Soalnya, situasi pandemik mengubah bagaimana exit poll dilakukan, sehingga kali ini datanya kurang bisa dipercayai,” demikian analisis tim yang dipimpin Nate Silver itu.

Baca Juga: Fakta-fakta yang Kamu Perlu Tahu tentang Pilpres AS 2020  

1. Bahkan dalam kondisi ideal pun exit poll bisa memberikan sinyal yang salah

Presiden Amerika Serikat Donald Trump berbicara untuk mendebat moderator Kristen Welker dari NBC bersama dengan Ibu Negara Melania Trump setelah debat kampanye kepresidenan 2020 kedua dengan calon presiden dari Demokrat Joe Biden di Belmont University di Nashville, Tennessee, Amerika Serikat, Kamis (22/10/2020) (ANTARA FOTO/REUTERS/Mike Segar)

Lepas dari bagaimana selama ini exit poll digunakan untuk memperkirakan siapa yang menang, sebenarnya jajak pendapat pasca memilih ini tidak didesain untuk itu. “Survei ini didesain untuk membantu menjelaskan bagaimana kandidat menang sesudah semuanya rampung, membongkar dukungan kepada kandidat menggunakan beragam variabel demografi seperti gender, ras, dan pendidikan. Misalnya, dengan exit poll mudah diketahui gender gap antara pendukung Demokrat dan Republik meningkat terus,” demikian analis di laman itu.

Jadi, yang perlu diingat, exit poll seyogianya tidak digunakan untuk mengukur dukungan kepada kandidat secara seketika, sesaat setelah proses pemilihan. Sebagai permulaan, angka hasil exit poll bisa -dan akan- mengubah situasi di malam setelah pemilihan. “Jadi, kamu sebaiknya bersikap skeptis atas angka awal dari exit poll, yang secara tipikal dirilis pada pukul 5 pm waktu bagian Timur AS,” demikian FiveThirtyEight.

Secara definisi, kata mereka, aliran data yang masuk pertama kali jelas belum lengkap: Tempat Pemungutan Suara masih dibuka, dan siapa yang jadi wakil elektorat bisa berubah. Sebagai contoh, mereka yang memilih lebih dulu (vote early) di hari pemilu, biasanya berusia lebih tua dibandingkan dengan bagian besar elektorat, ini mempengaruhi prediksi angka.

Baca Juga: Biden Vs Trump Ketat, Ini Hasil Sementara Hitung Cepat Pemilu AS

2. Bertambahnya rentang waktu pasca pemilu, angka exit poll makin mewakili kondisi riil

Joe Biden bersama Kamala Harris (Twitter.com/JoeBiden)

Semakin malam sesudah TPS ditutup, dan makin banyak wawancara dilakukan untuk menambah sampel responden, exit poll menjadi lebih mewakili pemilih. Dalam situasi seperti ini, exit poll akan mengarah ke angka yang mirip dengan hasil akhir pemilu, tapi, ini hanya terjadi setelah pemilu berakkhir.

Angka exit poll yang masuk pada malam sesaat setelah pemilu masih mengandung banyak ketidakpastian, bisa berubah, terutama tahun ini, karena pandemik COVID-19 mengubah pelaksanaan pemilu secara drastis. Jumlah yang memanfaatkan surat untuk memilih jauh lebih banyak, angkanya sekitar 100 juta sebelum TPS dibuka pada Selasa pagi (3/11/2020). Ini rekor.

Baca Juga: Pilpres AS 2020, 5 Negara Bagian Ini Jadi Penentu Siapa Presiden

Rekomendasi Artikel

Berita Terkini Lainnya