TUTUP
SCROLL UNTUK MELANJUTKAN MEMBACA
Gabung di IDN Times

1.000 Warga AS Padati Washington, Gelar Demo Bela Palestina

Mereka mendesak Biden agar hentikan bantuan ke Israel

Demo bela Palestina di Washington, Amerika Serikat (Twitter/@KhaledBeydoun)

Jakarta, IDN Times - Lebih dari seribu orang menggelar unjuk rasa di Washington, Amerika Serikat (AS) pada Minggu (30/5/2021). Mereka berkumpul sebagai bentuk dukungan kepada warga Palestina dan mendesak Presiden Joe Biden mengakhiri pengiriman bantuan ke Israel.

Demonstrasi di tangga Lincoln Memorial itu digelar pasca-gencatan senjata, yang mengakhiri konfrontasi di Jalur Gaza, Palestina selama 11 hari.

"Kami berharap (demonstrasi ini) mengirim pesan yang jelas kepada pemerintah Amerika Serikat bahwa hari-hari untuk mendukung negara Israel tanpa dampak telah berakhir," kata Sharif Silmi, salah satu demonstran, sebagaimana dikutip dari VOA.

Baca Juga: AS Dukung Solusi Dua Negara dalam Konflik Israel-Palestina

1. Menentang politisi yang masih ingin membantu Israel

instagram.com/ocasio2018

Sharif merupakan seorang pengacara berusia 39 tahun yang berbasis di Washington. Dia berdiri di tengah kerumunan bersama pendukung Palestina lainnya, sembari menggenggam bendera berwarna merah, putih, hijau, dan hitam.

"Kami akan melawan politisi mana pun yang terus mendanai senjata ke Israel. Kami akan menentang mereka, kami akan memberikan suara menentang mereka, kami akan mendanai lawan-lawan mereka, sampai kami mengeluarkan mereka dari jabatan," kata Silmi.

Ketika ketegangan antara dua entitas berlangsung, kelompok yang disebut sebagai progresif Demokrat juga menentang penjualan senjata senilai Rp10 triliun kepada Israel.

Di antara tokoh yang masuk dalam kelompok tersebut adalah anggota parlemen Alexandria Ocasio-Cortez, Mark Pocan, dan mantan calon Presiden Bernie Sanders.

2. Menyuarakan labelisasi terorisme terhadap Palestina

Pejuang Hamas Palestina saat latihan militer saat persiapan menghadapi konfrontansi dengan Israel, di selatan Jalur Gaza, Minggu (25/3/2018). ANTARA FOTO/REUTERS/Ibraheem Abu Mustafa

Lama Alahmad, warga Virgina, juga ikut meramaikan unjuk rasa menyebut, "ada perubahan besar yang terjadi di AS sehubungan dengan perjuangan Palestina untuk mengamankan tanah air yang berdaulat,” kata dia.

"Kami hanya ingin dunia menyadari bahwa kami adalah manusia. Kami bukan teroris," sambung Alahmad, seorang ibu rumah tangga berusia 43 tahun yang tumbuh di Uni Emirat Arab sebelum pindah ke Negeri Paman Sam sekitar 20 tahun silam.

Desakan itu tidak lepas dari klaim Washington terhadap Hamas, kelompok militan Islam penguasa Gaza, yang masuk dalam daftar kelompok terorisme.

Di sisi lain, pakar hukum internasional Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah, Irfan Hutagalung, mengatakan apa yang dilakukan warga Paelestina, termasuk Hamas, merupakan bentuk perlawanan atas penjajahan.

“Palestina-Israel adalah hubungan antara negara pendudukan dengan wilayah yang diduduki. Sama seperti kita melawan Belanda dulu yang disebut sebagai kolonial. Palestina itu melakukan perlawanan terhadap pendudukan yang membelenggu, membatasi dan mengeksploitasi. Jadi tidak mungkin mereka tidak melawan,” terang Irfan kepada IDN Times.

Baca Juga: Disepakati! PBB Akan Selidiki Pelanggaran di Konflik Israel-Palestina

Rekomendasi Artikel

Berita Terkini Lainnya