TUTUP
SCROLL UNTUK MELANJUTKAN MEMBACA
Gabung di IDN Times

Intelijen Sebut Iran-Rusia Campur Tangan pada Pemilu 2020 AS

Iran ingin Trump kalah, Rusia ingin Trump menang

Presiden Amerika Serikat terpilih, Joe Biden, saat masih melangsungkan kampanye Pemilu Presiden Amerika Serikat 2020 pada bulan Oktober 2020 lalu. (Facebook.com/joebiden)

Jakarta, IDN Times - Dinas Intelijen Nasional Amerika Serikat (AS) mengungkap, Presiden Rusia Vladimir Putin mengizinkan operasi intelijen untuk mempengaruhi pemilihan umum (pemilu) di Negeri Paman Sam pada November 2020. Tujuan dari operasi tersebut adalah membantu petahana Donald Trump untuk mengamankan periode keduanya, yang berarti mencegah Joe Bidan memenangi pemilu.

Selain Rusia, dinas juga melaporkan keterlibatan Iran untuk mencegah kemenangan Trump. Namun, berdasarkan laporan yang dirilis pada Selasa (16/3/2021), tidak ditemukan tanda-tanda yang membuktikan bahwa Moskow ataupun Teheran berupaya untuk mengubah atau mengganggu proses pemungutan suara.

"Tidak ditemukan indikasi bahwa ada aktor asing yang berusaha untuk ikut campur dalam pemilu AS 2020 dengan mengubah aspek teknis apa pun dari proses pemungutan suara, termasuk pendaftaran pemilih, pemberian suara, tabulasi suara, atau hasil pelaporan," tulis dinas terkait, sebagaimana dilaporkan AP, Rabu (17/3/2021).

1. Membuktikan integritas pemilu

Polisi menahan seorang pengunjuk rasa pro-Trump saat massa menyerbu U.S. Capitol, saat reli menentang pengesahan hasil pemilihan presiden Amerika Serikat 2020 oleh Kongres Amerika Serikat, di Gedung U.S. Capitol di Washington, Amerika Serikat, Rabu (6/1/2021) (ANTARA FOTO/REUTERS/Shannon Stapleton)

Pendukung Trump garis keras masih meragukan hasil pemilu. Mereka terus membuat klaim palsu bahwa kemenangan Biden dan Kamala Harris merupakan hasil dari kecurangan, termasuk keterlibatan aktor asing.

Laporan tersebut menjadi bentuk penegasan bahwa pesta demokrasi di AS tahun lalu berjalan dengan penuh integritas, termasuk bantahan soal keterlibatan pihak luar. Laporan juga memperkuat penolakan pengadilan dan Departemen Kehakiman atas gugatan yang diajukan Trump.

Keterlibatan Rusia pada pemilu 2020 tidak seagresif kontestasi politik 2016, yang berusaha untuk meretas infrastruktur pemilu sehingga mengubah perolehan suara. Operasi intelijen Rusia sebatas menjatuhkan citra Biden. Sebab, orientasi politikus Partai Demokrat itu dianggap tidak akan menguntungkan Kremlin.

Selain itu, Rusia dilaporkan juga ikut memberi saran kepada orang-orang terdekat Trump untuk menyikapi hasil pemilu.

Baca Juga: Tiongkok dan Rusia Umumkan Rencana Bangun Stasiun Luar Angkasa

2. Iran ingin ada perpecahan di AS

Donald Trump menari dengan musik saat ia akan turun dari panggung pada akhir reli kampanye di Carson City, Nevada, Amerika Serikat, Minggu (18/10/2020) (ANTARA FOTO/REUTERS/Carlos Barria)

Sementara itu, kepentingan Iran pada pemilu 2020 adalah mencegah kemenangan Trump. Operasi untuk mengalahkan politikus Partai Republik itu mendapat restu dari Pemimpin Tertinggi Ayatollah Ali Khamenei.

Tidak seperti Rusia, upaya Iran justru lebih agresif daripada pemilu sebelumnya, bahkan terus menyebarkan propaganda hingga detik-detik akhir pemilihan. Mereka hendak memicu perpecahan sosial di, sehingga menjatuhkan kredibilitas Trump karena dianggap gagal mempertahankan stabilitas.

Meskipun Iran berusaha untuk mengeksploitasi kerentanan situs web pemilihan di negara bagian, tidak pula ditemukan bukti mereka memanipulasi suara atau meretas infrastruktur pemilu.

Perseteruan antara Iran-AS bermula pada 2018 ketika Trump menarik diri dari pernjanjian nuklir. Kemudian, atas dalih menyelamatkan dunia dari teroris terjahat, AS menggelar sebuah operasi militer yang menewaskan Jenderal Qasem Soleimani.

Di tengah pandemik COVID-19, saat Teheran meningkatkan intensitas produksi uranium, AS menjatuhkan sanksi kepada Iran yang menyebabkan kondisi ekonominya semakin terpuruk. Rivalitas Iran-Israel di kawasan juga memperburuk hubungan Washington-Teheran, mengingat AS merupakan aliansi terkuat Israel.

Baca Juga: AS Tuduh Rusia Sebarkan Hoaks tentang Vaksin Pfizer dan Moderna

Rekomendasi Artikel

Berita Terkini Lainnya