TUTUP
SCROLL UNTUK MELANJUTKAN MEMBACA
Gabung di IDN Times

Junta Myanmar Persekusi 252 Tenaga Kesehatan, 25 di Antaranya Tewas

Penanganan terhadap COVID-19 jadi terhambat

Jenazah pasien COVID-19 di Myanmar. (twitter.com/Thomas59447168)

Jakarta, IDN Times – Laporan gabungan yang dibuat kelompok hak asasi manusia (HAM) menyebut, junta militer Myanmar telah melakukan serangan dan ancaman kepada 252 tenaga kesehatan. Hal tersebut terjadi sejak kudeta militer terjadi pada 1 Februari 2021.

Melalui laporan yang dirilis pada Selasa (10/8/2021), dikatakan pula sedikitnya 25 petugas medis yang dipersekusi meninggal dunia. Kemudian, tercatat sekitar 190 petugas kesehatan ditangkap dan 86 rumah sakit digerebek oleh aparat.

Catatan tersebut menjadi faktor yang turut menghambat penanganan pandemik COVID-19 di Myanmar.

Baca Juga: Kewalahan Hadapai COVID-19, Junta Myanmar Minta Bantuan Internasional

1. Junta militer amankan oksigen khusus untuk tentara

Antrean Isi Ulang Oksigen di Mandalay, Myanmar. (twitter.com/MayWongCNA)

Dilansir The Straits Times, pihak-pihak yang terlibat dalam pembuatan laporan adalah Insecurity Insight, Physicians for Human Rights (PHR) dan Johns Hopkins University Center for Public Health and Human Rights (CPHHR).

Mereka mengidentifikasi 15 insiden, yang menyebabkan penanganan virus corona terhambat. Seperti penyitaan alat pelindung diri (APD) dan pasokan oksigen yang diamankan khusus untuk tentara.

Di beberapa lokasi junta militer juga menutup paksa sejumlah pusat perawatan COVID-19.

2. Petugas kesehatan ketakutan

Pengunjuk rasa menggelar aksi protes terhadap kudeta militer di Kota Yangon, Myanmar, Sabtu (6/2/2021). Mereka menuntut pembebasan pemimpin terpilih Myanmar Aung San Suu Kyi. ANTARA FOTO/REUTERS/Stringer/wsj.

Tenaga kesehatan menjadi salah satu elemen sipil yang terlibat aktif menolak rezim junta militer, dengan menggelar mogok kerja serta menolak melayani pasien. Tak heran mereka menjadi target persekusi aparat.  

"Petugas kesehatan telah dipaksa bersembunyi karena takut ditangkap atau setelah surat perintah penangkapan dikeluarkan terhadap mereka. Dalam beberapa kasus, anggota keluarga mereka malah ditangkap,” tertulis dalam laporan itu.

Junta militer Myanmar serta kementerian kesehatan belum mengomentari laporan tersebut.

Baca Juga: Janjikan Pemilu Ulang, Junta: Myanmar Darurat Militer hingga 2023

Rekomendasi Artikel

Berita Terkini Lainnya