TUTUP
SCROLL UNTUK MELANJUTKAN MEMBACA
Gabung di IDN Times

Kewalahan Hadapai COVID-19, Junta Myanmar Minta Bantuan Internasional

Junta menyerukan kerja sama dari PBB dan negara sahabat

Panglima Militer Myanmar Jendral Min Aung Hlaing tiba di Indonesia (IDN Times/Biro Pers, Media, dan Informasi Sekretariat Presiden)

Jakarta, IDN Times - Junta militer mengharapkan dukungan internasional dalam upaya pencegahan, pengendalian, dan pengobatan COVID-19. Pemimpin de facto Myanmar sekaligus panglima junta, Jenderal Min Aung Hlaing, menyerukan lebih banyak kerja sama dengan negara anggota Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) serta negara-negara sahabat.

Permohonan itu bertolak belakang dengan pernyataan Min Aung beberapa saat lalu, yang menegaskan bahwa Myanmar siap menjadi negara berdikari sekalipun diasingkan oleh komunitas internasional. Mereka mengaku tidak keberatan hanya bergaul dengan beberapa negara saja.  

Dilansir The Straits Times, junta mengatakan bahwa vaksinasi perlu ditingkatkan, baik melalui sumbangan COVAX atau pengembangan vaksin dalam negeri yang dibantu oleh Rusia. Myanmar juga berencana untuk mencairkan dana COVID-19 yang disiapkan ASEAN.

Baca Juga: Myanmar Pakai Vaksin Tiongkok untuk Amankan Perbatasan dari COVID-19

1. Myanmar dapat bantuan vaksin dari Tiongkok

Ilustrasi vaksinasi COVID-19 (ANTARA FOTO/Aditya Pradana Putra)

Myanmar baru-baru ini telah menerima dua juta vaksin dari Tiongkok, diyakini telah menginokulasi sekitar 3,2 persen dari populasinya. Tiongkok juga berjanji akan mengirim beberapa juta vaksin untuk Myanmar hingga Agustus, terkhusus untuk melindungi wilayah perbatasan.

Lonjakan infeksi COVID-19 di Myanmar memicu kelumpuhan fasilitas kesehatan, selain karena tingginya angka perawatan, banyak juga dokter dan tenaga kesehatan yang menolak untuk bekerja sebagai bentuk pembangkangan terhadap rezim militer.

Selain itu, krisis oksigen juga menghantui Burma. Myanmar Now melaporkan, setidaknya delapan orang meninggal di Rumah Sakit Umum Okkolapa Utara, Yangon, akibat sistem oksigen pipa yang gagal.

2. Pasien di RS menumpuk, kelangkaan oksigen, dan validitas data COVID-19 diragukan

Antrean Isi Ulang Oksigen di Mandalay, Myanmar. (twitter.com/MayWongCNA)

Kasus positif di Myanmar mengalami peningkatan sejak Juni, dengan 3.964 kasus dan 338 kematian dilaporkan pada Selasa (27/7/2021). Para ahli menaruh keraguan terhadap validitas data infeksi dan mortalitas akibat kerusuhan politik yang terjadi sejak kudeta 1 Februari 2021. Petugas medis dan layanan pemakaman meyakini korban jauh lebih tinggi.

Pekan lalu, para aktivis demokrasi yang ditahan di penjara Insein menggelar protes atas penanganan COVID-19. Upaya untuk mengatasi wabah semakin terhambat oleh beberapa banjir terburuk dalam beberapa tahun di Myanmar timur.

Baca Juga: Pasca-Kudeta Militer, Masyarakat Myanmar Panik akibat Krisis Oksigen

Rekomendasi Artikel

Berita Terkini Lainnya