TUTUP
SCROLL UNTUK MELANJUTKAN MEMBACA
Gabung di IDN Times

Konflik dan COVID-19, 14 Juta Warga Afghanistan Terancam Kelaparan

Butuh Rp2,8 triliun bantuan kemanusiaan di Afghanistan

Seorang anak yang mengungsi dari provinsi bagian selatan, yang meninggalkan rumah akibat peperangan antara Taliban dengan aparat keamanan Afghanistan, tidur di taman umum yang digunakan sebagai penampungan di Kabul, Afghanistan, Selasa (10/8/2021). ANTARA FOTO/REUTERS/Stringer/FOC.

Jakarta, IDN Times – Direktur Eksekutif Program Pangan Dunia (WFP), David Beasley, mengatakan jutaan warga Afghanistan terancam kelaparan karena konflik, kekeringan dan pandemik COVID-19. Beasley berharap para pemimpin dunia bertindak cepat untuk menghindari bencana kemanusiaan tersebut.

Kepada Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB), WFP mengaku membutuhkan uang senilai 200 juta dolar AS (sekitar Rp2,8 triliun) pada September 2021 untuk menangani musibah kelaparan di Afghanistan.

"Ada bencana hebat yang datang karena beberapa tahun kekeringan, konflik, kemerosotan ekonomi, diperparah oleh COVID. Jumlah yang yang kepalaran telah melonjak menjadi 14 juta orang sekarang,” kata Beasley di Doha pada Selasa (24/8/2021), dikutip dari The Straits Times.

Baca Juga: Kisah Pilu dari Afghanistan: "Dunia Meninggalkan Kami Sendirian"

1. WFP berharap perdebatan politik bisa tuntas sesegera mungkin

Situasi ketika para warga Afghanistan dievakuasi ke tempat yang lebih aman dari Afghanistan yang dijaga oleh pasukan Amerika Serikat. (Twitter.com/DeptofDefense)

Afghanistan menghadapi keruntuhan ekonomi setelah negara dan lembaga asing memutuskan menunda bantuan serta cadangan moneter. Penundaan dilakukan usai Taliban berhasil menguasai ibu kota Kabul pada Minggu (15/8/2021).

Beasley memahami bila masyarakat internasional menghadapi beberapa keputusan yang sangat sulit, antara membantu Afghanistan yang kini dikuasai kelompok militan atau membiarkan negara itu menjadi “neraka di bumi” bagi rakyatnya.

"Rakyat Afghanistan membutuhkan bantuan sekarang. Politik perlu disesuaikan sesegera mungkin,” ujar Beasley.

Ia menambahkan, jumlah orang yang membutuhkan bantuan bisa berlipat ganda kalau komunitas internasional mengabaikan warga Afghanistan.

2. WFP pesimistis PBB bisa kumpulkan bantuan dalam waktu cepat

Warga berusaha menuju Bandara Internasional Hamid Karzai di Kabul, Afghanistan, Senin (16/8/2021). ANTARA FOTO/REUTERS/Stringer/FOC/djo

Sebelumnya, World Health Organization (WHO) juga memperingatkan persediaan obat-obatan di Afghanistan hanya cukup untuk satu pekan. Kondisi itu terjadi setelah pengiriman logistik medis dari luar negeri diblokir karena situasi di Bandara Hamid Karzai, Kabul, yang tidak kondusif.

WHO juga khawatir konflik di Afghanistan dapat menyebabkan lonjakan infeksi COVID-19. Sebab, warga berkerumun menuju bandara dengan harapan dievakuasi oleh pasukan asing, karena mereka tidak mau tinggal di bawah rezim Taliban.

Pada saat yang sama, kala kondisi ekonomi tercekik imbas pandemik, Beasley pesimistis PBB mampu mengumpulkan bantuan untuk rakyat Afghanistan senilai Rp2,8 triliun. Dia berharap negara-negara teluk, termasuk Qatar, hingga Amerika Serikat bisa berkontribusi lebih.

WFP akan mulai kehabisan makanan untuk Afghanistan bulan depan. Diperkirakan, empat juta nyawa akan terancam jika bantuan makanan tidak disiapkan sebelum musim dingin.

"Masalah dan perhatian kami saat ini adalah uang," kata Beasley.

Baca Juga: Pengiriman ke Afghanistan Mampet, Stok Medis Cuma Cukup untuk Sepekan

Rekomendasi Artikel

Berita Terkini Lainnya