TUTUP
SCROLL UNTUK MELANJUTKAN MEMBACA
Gabung di IDN Times

Mahmoud Abbas: Kekerasan di Palestina Salah Arah, Perdamaian Terancam!

Seluruh pihak diminta untuk menahan diri

Warga Palestina bereaksi ketika polisi Israel menembakkan granat setrum selama bentrokan di kompleks kawasan Masjid Al-Aqsa di Kota Tua Yerusalem, Jumat (7/5/2021). ANTARA FOTO/REUTERS/Ammar Awad

Jakarta, IDN Times - Pemimpin Palestina Mahmoud Abbas meminta warga untuk segera mengakhiri protes. Menurutnya, unjuk rasa damai yang kini beralih menjadi gerakan perlawanan telah bergerak ke arah yang salah.
 
“Protes masyarakat Arab (warga muslim Palestina) bergerak ke arah yang sangat berbahaya, karena protes telah beralih menjadi kekerasan. Ini adalah ancaman bagi perdamaian pemuda Arab,” kata dia dilansir dari Middle East Eye, Rabu (12/5/2021).
 
Ketegangan di seluruh negeri bermula dari bentrokan antara warga Palestina, yang menolak penggusuran di Sheikh Jarrah, Jerussalem, dengan aparat Israel. Otoritas Israel mulai menembakkan granat kejut dan gas air mata untuk membubarkan massa yang berkerumun, ketika mereka hendak merayakan lailatul qadar di 10 malam terakhir Ramadan.
 
Hamas membalas kekerasan polisi Israel dengan menembakkan roket dari wilayah lepas pantai. Israel yang tak mau tinggal diam membalas dengan serangan udara. Aksi saling serang membunuh 35 warga Palestina, 10 di antaranya adalah anak-anak, dan lima polisi Israel. Lebih dari 233 orang dikabarkan terluka.

Baca Juga: Menlu Retno: Sudah Terlalu Lama Hak Warga Palestina Digrogoti Israel

Baca Juga: Bentrok dengan Polisi Israel, 305 Warga Palestina Terluka

1. Israel kerahkan tank dan Hamas serang kilang minyak

Seorang anggota polisi Israel mengarahkan senjatanya saat terjadi bentrokan dengan warga Palestina di halaman Masjid Al-Aqsa, yang dikenal Umar Muslim sebagai Al Haram Al Sarif, dan oleh Yahudi disebut Bukit Bait Suci, di Kota Tua Yerusalem, Senin (10/5/2021). ANTARA FOTO/REUTERS/Ammar Awad

Dilansir dari Al Jazeera, otoritas Israel melaporkan bahwa serangan roket dari Gaza telah menghantam pipa minyak Israel di dekat Ashkelon. Serangan itu menyebabkan kebakaran besar.
 
Hamas yang dikabarkan telah melepaskan 130 roket menargetkan Israel sebagai sasaran tembaknya, sebagai bentuk pembalasan atas diskriminasi polisi terhadap jamaah Masjid Al Aqsa.
 
Di sisi lain, Israel Defense Forces (IDF) telah mengerahkan tank ke perbatasan selatan Jalur Gaza, yang menandakan babak baru dalam ketegangan yang dimulai sejak akhir pekan lalu.
 
IDF juga mengklaim bahwa mereka telah melumpuhkan tokoh-tokoh kunci intelijen Hamas, termasuk Hasan Kaogi yang merupakan kepala departemen intelijen militer Hamas dan Wail Issa yang merupakan kepala departemen kontra spionase intelijen militer.

2. Teks ancaman dan penolakan untuk hengkang dari Yerussalem

Seorang pria Palestina berdoa ketika polisi Israel berkumpul selama bentrokan di kompleks yang menampung Masjid Al-Aqsa, yang dikenal oleh muslim sebagai Suaka Mulia dan kepada orang Yahudi sebagai Temple Mount, di tengah ketegangan atas kemungkinan penggusuran beberapa keluarga Palestina dari rumah-rumah di wilayah yang diklaim oleh pemukim Yahudi di lingkungan Sheikh Jarrah, di Kota Tua Yerusalem, Jumat (7/5/2021). ANTARA FOTO/REUTERS/Ammar Awad

Sejak kerusuhan terjadi di Kota Tua Yerussalem, banyak warga yang melaporkan bahwa mereka menerima pesan ancaman. Para aktivis menuding pesan tersebut sebagai operasi intelijen Israel untuk mencegah muslim Palestina berkumpul di kompleks Al Aqsa.
 
“Halo! Anda telah diidentifikasi terlibat dalam aksi kekerasan di masjid al-Aqsa. Kami akan meminta pertanggungjawaban Anda. - Intelijen Israel," demikian bunyi pesan tersebut.
 
Ezzat Natsheh, seorang aktor berusia 35 tahun dari Yerusalem, menolak untuk takut dengan pesan tersebut. Dia bahkan menyebutnya sebagai lelucon belaka.
 
“Saya menganggapnya sebagai lelucon. Benarkah? Anda ingin menghukum saya karena saya berada di al-Aqsa atau Sheikh Jarrah? Jika Anda menginginkan saya, Anda dapat mengirimi saya dokumen resmi," kata dia.
 
Perlawanan juga ditunjukkan para perempuan yang bermukim di Kota Tua Yerussalem.
 
“Saya akan mengikat diri di kamar saya, jika mereka menggerebek rumah untuk mengusir kami secara paksa. Saya tidak akan meninggalkan Sheikh Jarrah,” kata Muna al-Kurd, perempuan berusia 23 tahun yang hidup di bawah ancaman pengusiran dari rumah mereka di Karm al-Jouni.
 
Banyak orang Palestina percaya, skala orang yang menerima pesan dan kedekatan mereka dengan Al Aqsa menunjukkan bentuk keterlibatan negara dalam operasi intelijen.
 
“Kemungkinan besar intelijen Israel menggunakan sistem GPS, untuk mengetahui siapa yang berada di Masjid Al-Aqsa saat ini,” kata Mona Shtaya, manajer advokasi lokal di 7amleh, sebuah organisasi hak digital Palestina.
 

Baca Juga: 10 Potret Kerusuhan Palestina-Israel di Kompleks Masjid Al-Aqsa 

Rekomendasi Artikel

Berita Terkini Lainnya