TUTUP
SCROLL UNTUK MELANJUTKAN MEMBACA
Gabung di IDN Times

PBB Sebut ISIS Tetap Jadi Ancaman Perdamaian di Masa Depan

ISIS mulai mengonsolidasikan kekuatannya di Afrika

Ilustrasi ISIS, Teroris (IDN Times/Arief Rahmat)

Jakarta, IDN Times - Sekjen Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB), Antonio Guterres, mengatakan ancaman dari Islamic State of Iraq and Syria (ISIS) terhadap perdamaian dan keamanan internasional mulai meningkat. Pernyataan itu tertuang dalam laporan terbaru ke Dewan Keamanan PBB, Selasa (3/8/2021).

Dilansir SCMP, laporan itu memberi perhatian khusus kepada afiliasi ISIS di Afrika yang mulai menunjukkan tekadnya menghidupkan kembali khilafah di Suriah dan Irak.

Laporan juga menyebut ISIS dan kelompok teroris lainnya telah memanfaatkan kelengahan dan kemunduran pembangunan yang disebabkan pandemik COVID-19.

Baca Juga: Cekcok dengan Australia, Selandia Baru Akhirnya Pulangkan Eks ISIS

1. Kebijakan lockdown dinilai efektif cegah kebangkitan ISIS di beberapa negara

Wikimedia.org/U.S. Mission Photo by Eric Bridiers

Guterres memaparkan kebijakan penguncian atau lockdown di daerah non-konflik juga terbukti efektif untuk menekan aktivitas terorisme. Namun, kebijakan serupa tidak mampu untuk menekan akselerasi Daesh, sebutan lain ISIS, di wilayah konflik.

“Ketika pembatasan terkait pandemik berangsur-angsur berkurang, ada ancaman jangka pendek yang meningkat dari serangan yang diilhami Daesh di luar zona konflik oleh aktor tunggal atau kelompok kecil yang telah diradikalisasi, dihasut dan mungkin secara langsung dari jarak jauh secara online,” katanya.

Lebih lanjut, terang Guterres, kebangkitan ISIS merupakan dampak negatif dari perkembangan teknologi yang semakin masif selama pandemik. “Ada potensi teknologi baru yang muncul untuk tujuan terorisme,” tutur dia.

2. Kekuatan ISIS di tingkat regional mulai menguat

Ilustrasi kelompok militan ISIS (IDN Times/Arief Rahmat)

Dalam menilai ancaman ISIS, Guterres mengatakan pemimpinnya Amir Muhammad Sa'id Abdal-Rahman al-Mawla tetap enggan untuk berkomunikasi langsung dengan para pendukungnya.

“Komando dan kontrol kelompok atas afiliasi globalnya telah melonggar, meskipun terus berlanjut untuk memberikan bimbingan dan beberapa dukungan keuangan,” ulas dia.

Meski komando dari ISIS pusat melemah, sayangnya otonomi afiliasi regional justru semakin menguat, terutama di wilayah Afrika Barat, Sahel, Afrika Timur dan Tengah, Afghanistan, dan Asia Selatan. Evolusi ini dinilai akan menjadi faktor penting dalam menilai ancaman ISIS di masa depan.

Rekomendasi Artikel

Berita Terkini Lainnya