Presiden Tanzania Sebut Vaksin COVID Bahaya, Malah Ajak Warganya Doa
Selain doa, dia juga ajak warganya hirup uap
Follow IDN Times untuk mendapatkan informasi terkini. Klik untuk follow WhatsApp Channel & Google News
Jakarta, IDN Times - Presiden Tanzania John Magufuli secara terang-terangan mengatakan bahwa vaksin COVID-19 berbahaya. Magufuli mendesak warganya untuk melindungi diri dari virus tersebut dengan menggunakan cara-cara tradisional, salah satunya adalah menghirup uap.
Seruan menolak vaksin keluar sehari setelah Gereja Katolik Tanzania mengeluarkan peringatan atas lonjakan dugaan infeksi COVID-19. Dalam sebuah surat yang ditujukan kepada para pemimpin gereja, presiden konferensi uskup (TEC) memperingatkan kemungkinan gelombang baru infeksi.
Sekretaris TEC Pastor Charles Kitima mengatakan, Gereja Katolik telah memperhatikan peningkatan tajam dalam jumlah layanan pemakaman. Dia berkata bahwa biasanya, akan ada satu atau dua misa requiem per minggu di paroki-paroki perkotaan, tetapi sekarang mereka memimpin misa setiap hari.
“Jika orang kulit putih bisa datang dengan vaksinasi, maka vaksinasi AIDS akan ditemukan, vaksin malaria akan ditemukan, vaksinasi untuk kanker sudah ditemukan sekarang. Vaksinasi berbahaya,” kata Magufuli ketika menyampaikan orasi di kampung halamannya, Chato, dilansir dari Al Jazeera, Kamis (28/1/2021).
Baca Juga: Tembus 1 Juta Kasus, Afrika Selatan Buat Aturan Jam Malam
1. Meminta warga Tanzania melindungi diri dengan doa
Tanpa alasan yang jelas dan tanpa mengutip satupun naskah ilmiah, Magufuli mendesak kementerian kesehatan dengan vaksin yang dikembangkan di luar negeri, meski sudah lebih dari 50 negara melakukan vaksinasi nasional.
Ironisnya, presiden tidak memiliki strategi komprehensif ketika menolak vaksin, kecuali mendesak orang-orang berdoa agar terlindung dari Sars-CoV-2. Hampir satu tahun corona dinyatakan sebagai pandemik, Magufuli sama sekali tidak menerapkan penguncian wilayah (lockdown) untuk menekan transmisi virus.
Baca Juga: Fauci: Efikasi Vaksin Berkurang Terhadap Corona Varian Afrika Selatan