Suhu Ekstrem 46 Derajat, Ratusan Warga AS-Kanada Meninggal Kepanasan
Banyak yang mati karena tidak memiliki AC dan kipas di rumah
Follow IDN Times untuk mendapatkan informasi terkini. Klik untuk follow WhatsApp Channel & Google News
Jakarta, IDN Times - Gelombang panas yang melanda Pacific Norhwest, julukan untuk beberapa negara bagian di Amerika Serikat (AS), dan Kanada telah membunuh ratusan orang yang tidak memiliki AC atau kipas angin di dalam rumahnya.
Dilansir dari AP, korban tewas di Oregon, AS mencapai 79 orang, termasuk laki-laki tua berusia 97 tahun dan seorang imigran yang bekerja sebagai buruh. Keduanya ditemukan tergelatak dalam kondisi tak bernyawa, sendirian, di tempat tinggalnya.
Sementara itu, otoritas British Columbia, Kanada melaporkan, sediktinya 486 orang meninggal mendadak antara Jumat (25/6/2021) hingga Rabu (30/6/2021). Padahal, angka normal kematian dalam periode lima hari adalah 165 orang.
Baca Juga: Gelombang Panas di Kanada, Puluhan Warga Setempat Tewas
1. Pemerintah AS ubah perpustakaan jadi pusat pendingin
Terkait kematian 486 orang, Kepala coroner British Columbia Lisa Apointe menyampaikan, terlalu dini untuk menyebut seluruh kematian disebabkan cuara panas ekstrem. Namun, dia yakin kemungkinan besar penyebabnya adalah suhu panas.
Otoritas negara bagian Washington telah menghubungkan lebih dari 20 kematian akibat suhu panas, tetapi pihak berwenang mengatakan jumlah itu kemungkinan akan meningkat.
Di wilayah Multnomah, Oregon, usia rata-rata korban 67 tahun dan yang tertua 97 tahun, menurut Petugas Kesehatan daerah Jennifer Vines.
Vines khawatirkematian di tengah prakiraan cuaca. Pihak berwenang berusaha mempersiapkan sebaik mungkin, salah satunya mengubah sembilan perpustakaan daerah ber-AC menjadi pusat pendingin.
Sebanyak 7.600 orang diketahui memilih menenangkan diri di tengah tumpukan buku sepanjang Jumat hingga Senin. Pemerintah juga membentuk 60 tim pencari tunawisma yang bergerak menawarkan air dan elektrolit.
“Kami menjelajahi daerah itu dengan upaya penjangkauan, dengan seruan kepada pengelola gedung perumahan berpenghasilan rendah untuk memeriksa penghuninya,” kata Vines.
Baca Juga: Gelombang Panas yang Melanda Jepang Sulitkan Penanganan COVID-19