TUTUP
SCROLL UNTUK MELANJUTKAN MEMBACA
Gabung di IDN Times

Suhu Ekstrem 46 Derajat, Ratusan Warga AS-Kanada Meninggal Kepanasan

Banyak yang mati karena tidak memiliki AC dan kipas di rumah

Sebuah pemandangan menunjukkan kebakaran hutan yang terbakar di luar kota Lytton, British Columbia, Kanada, Kamis (1/7/2021). ANTARA FOTO/REUTERS/Jennifer Gauthier.

Jakarta, IDN Times - Gelombang panas yang melanda Pacific Norhwest, julukan untuk beberapa negara bagian di Amerika Serikat (AS), dan Kanada telah membunuh ratusan orang yang tidak memiliki AC atau kipas angin di dalam rumahnya.

Dilansir dari AP, korban tewas di Oregon, AS mencapai 79 orang, termasuk laki-laki tua berusia 97 tahun dan seorang imigran yang bekerja sebagai buruh. Keduanya ditemukan tergelatak dalam kondisi tak bernyawa, sendirian, di tempat tinggalnya.

Sementara itu, otoritas British Columbia, Kanada melaporkan, sediktinya 486 orang meninggal mendadak antara Jumat (25/6/2021) hingga Rabu (30/6/2021). Padahal, angka normal kematian dalam periode lima hari adalah 165 orang. 

Baca Juga: Gelombang Panas di Kanada, Puluhan Warga Setempat Tewas

1. Pemerintah AS ubah perpustakaan jadi pusat pendingin

Ilustrasi cuaca panas. (Pixabay.com/geralt)

Terkait kematian 486 orang, Kepala coroner British Columbia Lisa Apointe menyampaikan, terlalu dini untuk menyebut seluruh kematian disebabkan cuara panas ekstrem. Namun, dia yakin kemungkinan besar penyebabnya adalah suhu panas.

Otoritas negara bagian Washington telah menghubungkan lebih dari 20 kematian akibat suhu panas, tetapi pihak berwenang mengatakan jumlah itu kemungkinan akan meningkat.

Di wilayah Multnomah,  Oregon, usia rata-rata korban 67 tahun dan yang tertua  97 tahun, menurut Petugas Kesehatan daerah Jennifer Vines.

Vines khawatirkematian di tengah prakiraan cuaca. Pihak berwenang berusaha mempersiapkan sebaik mungkin, salah satunya mengubah sembilan perpustakaan daerah ber-AC menjadi pusat pendingin.

Sebanyak 7.600 orang diketahui memilih menenangkan diri di tengah tumpukan buku sepanjang Jumat hingga Senin. Pemerintah juga membentuk 60 tim pencari tunawisma yang bergerak menawarkan air dan elektrolit.

“Kami menjelajahi daerah itu dengan upaya penjangkauan, dengan seruan kepada pengelola gedung perumahan berpenghasilan rendah untuk memeriksa penghuninya,” kata Vines.

2. Suhu terpanas mencapai 46 derajat celcius

Ilustrasi pemanasan global. (Pixabay.com/Chris_LeBoutillier)

Sayangnya, Vines pesimis usaha yang dia lakukan sudah cukup untuk menyelamatkan ratusan nyawa lainnya. "Sungguh menyedihkan melihat angka-angka awal (kematian) ini keluar."

Direktur Manajemen Darurat Kantor Oregon, Andrew Phelps, setuju mempelajari sejauh mana keterkaitan antara ratusan nyawa yang meninggal dengan gelombang panas. Di sisi lain, mengingat beban kerjanya, Phelps menyayangkan sebab banyak orang yang tidak dapat mengakses bantuan selama keadaan darurat.  

Gelombang panas pekan ini disebabkan apa yang digambarkan pakar metereologi, sebagai kubah bertekanan tinggi di barat laut. Situasinya diperburuk perubahan iklim akibat ulah manusia. Alhasil, para pakar menyimpulkan bila cuaca ekstrem seperti ini akan lebih sering terjadi beberapa waktu mendatang.

Seattle, Portland, dan banyak kota lain memecahkan rekor panas sepanjang masa, dengan suhu di beberapa tempat lebih dari 46 derajat celcius.

“Saya pikir komunitas harus realistis bahwa kita akan mengalami ini sebagai kejadian yang lebih biasa dan bukan hanya sekali, dan bahwa kita perlu bersiap sebagai komunitas. Respons terhadap bencana harus benar-benar ditingkatkan,” kata Steven Mitchell dari Seattle's Harborview Medical Center.

Baca Juga: Gelombang Panas yang Melanda Jepang Sulitkan Penanganan COVID-19

Rekomendasi Artikel

Berita Terkini Lainnya