TUTUP
SCROLL UNTUK MELANJUTKAN MEMBACA
Gabung di IDN Times

[UPDATE] COVID Renggut 4,1 Juta Nyawa di Dunia, Penambahan RI Terparah

Indonesia kembali catat noktah hitam penanganan pandemik

ilustrasi pandemi COVID-19 (ANTARA FOTO/M. Risyal Hidayat)

Jakarta, IDN Times - Jumlah masyarakat yang tertular COVID-19 terus bertambah. Dilansir dari laman Worldometers, yang diperbarui pada Sabtu (24/7/2021) pukul 06.45 WIB, akumulasi infeksi virus corona global mencapai 193.879.126 kasus, dengan 4.157.936 kasus kematian dan 176.010.588 kasus sembuh.

Saat ini, masih ada 13.710.602 kasus aktif atau pasien yang masih terinfeksi virus corona. Secara rinci, sebanyak 13.628.112 kasus atau sekitar 99,4 persen merupakan pasien gejala ringan hingga sedang, dan 82.490 atau 0,6 persen sisanya merupakan pasien kritis.

Baca Juga: [CEK FAKTA] Dunia Setujui Penggunaan Vaksin Nusantara Buatan Terawan?

1. Lima negara dengan kasus COVID-19 dan kasus kematian terbanyak

Seorang sukarelawan meletakkan bendera Amerika mewakili beberapa dari 200.000 nyawa yang hilang di Amerika Serikat dalam pandemi penyakit virus korona (COVID-19) di National Mall, Washington, Amerika Serikat, Selasa (22/9/2020) (ANTARA FOTO/REUTERS/Joshua Roberts)

Adapun lima besar negara dengan kasus COVID-19 terbanyak adalah:

1. Amerika Serikat: 35.279.396 kasus positif.
2. India: 31.331.145 kasus positif.
3. Brasil: 19.524.092 kasus positif.
4. Rusia: 6.078.552 kasus positif.
5. Prancis: 5.953.071 kasus positif.

Sementara, lima besar negara dengan kasus kematian akibat COVID-19 terbanyak adalah:
1. Amerika Serikat: 626.620 kasus kematian.
2. Brasil: 547.620 kasus kematian.
3. India: 420.038 kasus kematian.
4. Meksiko: 237.626 kasus kematian.
5. Peru: 195.547 kasus kematian.

Baca Juga: Virus Corona: Apa Itu Virus? Ini Asal Muasal dan Cara Terbentuknya

2. WHO minta semua negara bekerja sama dengan mengungkap asal-usul virus corona

Bendera berkibar di kantor pusat WHO di Jenewa, Swiss (www.who.int)

Dikutip dari Reuters, World Health Organization pada Jumat (23/7/2021) meminta semua negara untuk bekerja sama menyelidikan asal-usul COVID-19. Pernyataan itu disampaikan sehari setelah Tiongkok menolak proposal WHO untuk melakukan investigasi yang kedua kalinya, dengan membawa hipotesis bahwa virus corona bersumber dari kebocoran laboratorium.

Beijing berulang kali menegaskan, teori kebocoran laboratorium merupakan konspirasi yang digunakan untuk menjatuhkan Tiongkok. Mereka menyebut hipotesis itu sebagai bentuk politisasi pandemik COVID-19.  

Terkait penolakan Tiongkok, juru bicara WHO Tarik Jasarevic membantah bila salah satu badan organisasi Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) itu mempolitisir isu pandemik.

“Ini bukan tentang permainan menyalahkan. Pada dasarnya ini adalah persyaratan yang kita semua harus coba untuk memahami bagaimana patogen masuk ke populasi manusia. Dalam hal ini, negara-negara memiliki tanggung jawab untuk bekerja sama dan bekerja dengan WHO dalam semangat kemitraan," ujar Jasarevic.

Beberapa hari sebelumnya, Dirjen WHO Tedros Adhanom Ghebreyesus berharap Tiongkok bisa membagikan data mentah dan bersikap transparan demi mengungkap genealogi COVID-19. 

Tiongkok menjawab, mereka tidak bisa membagikan semua data dengan dalih privasi atau perlindungan individu. 

Baca Juga: Selain Indonesia, Ini 3 Negara dengan Kasus Harian COVID-19 Tertinggi

Rekomendasi Artikel

Berita Terkini Lainnya