TUTUP
SCROLL UNTUK MELANJUTKAN MEMBACA
Gabung di IDN Times

WHO vs Peneliti Gabungan, Asal-usul Virus Corona Masih Diperdebatkan  

Tim peneliti memastikan Tiongkok sudah sangat transparan

Bendera berkibar di kantor pusat WHO di Jenewa, Swiss (who.int)

Jakarta, IDN Times - Laporan lengkap soal penelusuran virus corona di Wuhan yang dirilis World Health Organization (WHO) pada Selasa (30/3/2021) menuai polemik. Kritik muncul bukan saja karena kolaborasi 17 ilmuwan dari berbagai negara tidak menjawab pertanyaan utama, tetapi juga Tiongkok dianggap tidak transparan meski mereka mengklaim telah memberi akses tidak terbatas kepada tim peneliti.
 
Kritik bahkan dilontarkan oleh Direktur Jenderal WHO Tedros Adhanom Ghebreyesus yang meminta tim peneliti lebih mendalami teori soal kebocoran laboratorium. Laporan setebal 123 halaman itu tidak memberi perhatian spesifik terkait tuduhan yang gencar dilontarkan oleh mantan Presiden Amerika Serikat Donald Trump.
 
"Meskipun tim telah menyimpulkan bahwa kebocoran laboratorium adalah hipotesis yang paling tidak mungkin, hal ini memerlukan penyelidikan lebih lanjut, kemungkinan dengan misi tambahan yang melibatkan pakar spesialis, yang siap saya gunakan,” kata Tedros sebagaimana dilaporkan South China Morning Post (SCMP).

Baca Juga: Misi Ilmuwan WHO di Wuhan Usai: Sumber COVID-19 Masih Misterius

1. Merendahkan laporan bukan solusi untuk menemukan asal-usul virus

Ilustrasi Virus Corona. IDN Times/Mardya Shakti

Tak ayal keraguan menyasar laporan, sebab peneliti independen baru diizinkan menelusuri asal-usul virus selang satu tahun corona ditetapkan sebagai pandemik. WHO bahkan harus melewati drama perizinan visa dan penetapan jadwal kunjungan yang berlarut-larut dari Tiongkok
 
Menanggapi kritikan dari berbagai entitas, termasuk Amerika Serikat (AS), Jepang, Inggris, Korea Selatan, dan Norwegia, tim peneliti menegaskan bahwa Otoritas Negeri Bambu telah bekerja sama dengan sangat baik dan transparan.
 
Beijing benar-benar memberikan akses tidak terbatas kepada peneliti, mulai dari mengizinkan untuk mewawancarai pihak-pihak terkait, mengakses bank darah dan sampel penting lainnya, bahkan memperbolehkan tim untuk mengunjungi Institut Virologi Wuhan, laboratorium yang diduga menjadi asal penyebaran virus.
 
“Serangan berulang setiap hari (terkait laporan) terbukti salah, tetapi mereka mudah tertipu mempercayainya. Masalah sebenarnya adalah (tuduhan) ini merusak sains dan menempatkan warga pada risiko dengan mengarahkan kita ke dalam konspirasi lubang kelinci, alih-alih pemahaman yang lebih baik tentang bagaimana mencegah pandemik,” ujar pemimpin tim gabungan Peter Ben Embarek.

2. Peneliti mengatakan Tiongkok telah bekerja sama dengan baik

Pasien virus corona di Wuhan, Tiongkok. ANTARA FOTO/China Daily via REUTERS

Pakar virologi asal Belanda yang merupakan anggota tim WHO Marion Koopmans menyampaikan belum tentu ada negara yang berani seterbuka Tiongkok ketika mengizinkan peneliti asing untuk menelusuri virus.  
 
Maria Van Kerkhove, pimpinan teknis WHO untuk COVID-19, juga membela laporan tersebut. Dia mengatakan data epidemiologi dan molekuler dari 2019 adalah yang paling komprehensif yang pernah dilihatnya, sementara bagian hewan memberikan perincian tentang spesies yang diambil sampelnya.
 
“Kami tidak pernah dipaksa untuk menghapus elemen penting dari laporan. Secara pribadi, saya sangat bangga dengan laporan ini dan, seperti kolega saya yang lain, kami semua mendukungnya. Terlepas dari semua minat dan tekanan serta lingkungan sulit yang luar biasa yang kami hadapi selama beberapa bulan terakhir, kami telah membuka ruang untuk sains,” tambah Embarek.

Baca Juga: WHO: Manfaat Vaksin AstraZeneca Lebih Besar dari Risikonya

Rekomendasi Artikel

Berita Terkini Lainnya