TUTUP
SCROLL UNTUK MELANJUTKAN MEMBACA
Gabung di IDN Times

5 Fakta Al-Qaeda, Pelaku Teror Tragedi 11 September

Saat ini jaringan Al-Qaeda tersebar luas di berbagai negara

Ilustrasi milisi Al-Qaeda (aspistrategist.org.au)

20 tahun yang lalu, tepatnya pada tanggal 11 September 2001, masyarakat dunia dibuat heboh karena telah terjadi sebuah serangan teror terhadap Menara Kembar, World Trade Center (WTC). Kejadian itu membuat Amerika Serikat murka dan mengumumkan untuk perang terhadap teror (War on Terror) di bawah pimpinan president George Bush.

Sebuah organisasi bernama Al-Qaeda dituduh merupakan dalang dari aksi teror ini. Akibatnya, dimulailah invasi AS ke wilayah-wilayah Timur Tengah untuk memburu pimpinan Al-Qaeda, Osama Bin Laden, karena selain diduga sebagai pelaku terror di WTC, disinyalir dia juga memiliki sebuah senjata pemusnah massal. Lalu siapa sebenarnya Al-Qaeda? Berikut beberapa fakta tentang Al-Qaeda yang diduga sebagai pelaku dalam serangan teror 11 September.

1. Asal usul Al-Qaeda 

Osama Bin Laden (sebelah kanan), pendiri al-Qaeda (hindustantimes.com)

Selama Perang antara Uni Soviet dan Afghanistan pada 1979-1989 di wilayah Afghanistan, di mana Uni Soviet memberikan dukungan kepada pemerintah komunis Afghanistan, pemberontak Muslim yang dikenal sebagai Mujahidin bersatu untuk berperang jihad melawan penjajah. 

Di antara mereka ada seorang miliarder konstruksi terkemuka dari Arab Saudi bernama Osama bin Laden yang ikut membiayai aksi para Mujahidin tersebut. Dia kemudian mengembangkan jaringan keuangan besar bagi para Mujahidin bersama seorang cendekiawan Islam Sunni Palestina bernama Abdullah Azzam yang sekaligus sebagai guru dari Osama.

Ketika Soviet menarik diri dari Afghanistan pada tahun 1989, Al-Qaeda diciptakan untuk melakukan persiapan jihad di masa depan. Bagi Osama, hal itu merupakan pertarungan yang ingin dia lakukan secara global.  Namun Azzam berpikir sebaliknya. Dia ingin memfokuskan upaya untuk mengubah Afghanistan menjadi pemerintahan Islam. Sayangnya, dia dibunuh dalam sebuah bom mobil di Pakistan pada tahun 1989 yang kemudian membawa Osama menjadi pemimpin kelompok itu.

2. Jaringan Al-Qaeda 

Ilustrasi milisi al-Qaeda (indianexpress.com)

Al-Qaeda terhubung dengan beberapa jaringan organisasi teroris lainnya. Organisasi tersebut mencakup:

  • Jihad Islam Mesir
  • Kelompok Pejuang Islam Libya
  • Al-Qaeda di Jazirah Arab
  • Al-Qaeda di Irak
  • Lashkar-e-Taiba dan Jaish-e-Muhammad (Kashmir)
  • Gerakan Islam Uzbekistan
  • Al-Qaeda di Islam Maghreb (Aljazair)
  • Kelompok Islam Bersenjata (Aljazair)
  • Kelompok Abu Sayyaf (Malaysia, Filipina)
  • Jamaah Islamiyah (Asia Tenggara)

Kelompok-kelompok ini menyebarkan pandangan fundamentalis Muslim Sunni Al-Qaeda. Para pejabat intelijen dan pakar terorisme juga mengatakan bahwa Al-Qaeda telah meningkatkan kerja samanya di bidang logistik dan pelatihan dengan Hizbullah, milisi yang lahir dari masyarakat Syiah Lebanon yang didukung Iran.  

Baca Juga: 6 Fakta Osama bin Laden, Pemimpin Al Qaeda Dalang Teror 9/11 

3. Aksi yang dilakukan Al-Qaeda 

Ilustrasi milisi Al-Qaeda (aspistrategist.org.au)

Pada tahun 1994, Osama mulai meninggalkan Afghanistan dan memulai operasi di Sudan dengan AS sebagai musuh utamanya. Sebelumnya, pada tahun 1993, Al-Qaeda melakukan pertempuran di Mogadishu, Somalia. Dia mendapatkan pujian atas aksinya menyerang dua helikopter Black Hawk milik AS, serta Bom World Trade Center di New York pada tahun 1993.

Dia juga sempat melakukan serangan terhadap gedung AS di Arab Saudi pada tahun 1995. Pada tahun 1998, kelompok tersebut juga mengaku bertanggung jawab atas serangan terhadap kedutaan besar AS di Kenya dan Tanzania, dan pada tahun 2000 untuk aksi bom bunuh diri terhadap USS Cole di Yaman, di mana 17 pelaut Amerika tewas dan 39 terluka.

Dia kemudian diusir dari Sudan pada 1996 dan memutuskan untuk kembali ke Afghanistan di bawah perlindungan Taliban, di mana ia memberikan pelatihan militer kepada ribuan pemberontak Muslim. Pada tahun 1996, ia mengumumkan sebuah fatwa untuk melawan Amerika karena telah menduduki dua tempat suci. Fatwa kedua dikeluarkan pada tahun 1998 yang menyatakan protes terhadap pendudukan AS, Israel dan sekutu lainnya di Timur Tengah.

“AS saat ini mucul dengan arogan dan telah menetapkan standar ganda. Mereka menyebut siapa pun yang menentang ketidakadilannya sebagai teroris,” kata Osama bin Laden dalam wawancara 1997 dengan CNN dikutip dari History. “Ia ingin menduduki negara kita, mencuri sumber daya kita, memaksakan pada kita agen untuk memerintah kita, dan kemudian ingin kita menyetujui semua ini.”

4. Perang melawan teror yang dipimpin AS 

Ilustrasi pasukan AS di Timur Tengah (nationalinterest.org)

Pada 11 September 2001, empat pesawat penumpang dibajak oleh teroris Al-Qaeda yang mengakibatkan terbunuhnya 2.977 korban di New York, Washington DC, dan Somerset County, Pennsylvania. Osama disebut sebagai dalang di balik peristiwa itu dan ditetapkan sebagai tersangka utama.

Serangan tersebut membuat AS murka dan memutuskan untuk melakukan operasi yang dikenal dengan Operation Enduring Freedom yang disebut-sebut sebagai pernyataan AS untuk perang melawan teror. Operasi ini dimulai pada 7 Oktober 2001 untuk memburu pimpinan Al-Qaeda tersebut. Hal itu juga yang membuat Taliban lengser dari kekuasannya di Afghanistan karena mencoba untuk melindungi Osama.

FBI menawarkan 25 juta dolar AS untuk mereka yang bisa membunuh Osama. Osama terus bersembunyi dari kejaran pihak berwenang hingga pada 2 Mei 2011, Navy SEAL berhasil membunuhnya dalam sebuah operasi rahasia di sebuah kompleks Abbottabad, Pakistan.

Baca Juga: 6 Fakta Osama bin Laden, Pemimpin Al Qaeda Dalang Teror 9/11 

Verified Writer

Zidan Patrio

patrio.zidan@gmail.com

IDN Times Community adalah media yang menyediakan platform untuk menulis. Semua karya tulis yang dibuat adalah sepenuhnya tanggung jawab dari penulis.

Rekomendasi Artikel

Berita Terkini Lainnya