TUTUP
SCROLL UNTUK MELANJUTKAN MEMBACA
Gabung di IDN Times

Korsel Sebut Krisis Pangan dan Kelaparan di Korut Semakin Buruk  

Korea Utara akan gelar pertemuan khusus untuk bahas krisis

Warga Korea Utara di sebuah kereta di stasiun Ibu Kota Ptyongyang. (Unsplash.com/Thomas Evans)

Jakarta, IDN Times – Korea Selatan (Korsel), pada Rabu (15/2/2023), mengungkap bahwa krisis pangan di Korea Utara (Korut) semakin parah. 

"Situasi pangannya tampaknya telah memburuk," kata kementerian unifikasi Korea Selatan, dilansir Reuters.

Kementerian juga mengatakan, Korut secara efektif mengakui kekurangan pangan yang serius.

“Situasi pangan Korea Utara tampaknya tidak terlalu baik. Kami melihat sejumlah tanda meskipun sepertinya belum ada orang yang mati kelaparan," kata Menteri Unifikasi Korea Selatan, Kwon Young-se, kepada parlemen.

Belakangan dikabarkan bahwa Pyongyang akan mengadakan pertemuan partai yang fokus membahas hal mendesak di bidang pertanian. Pertemuan dijadwalkan berlangsung pada akhir Februari.

Kementerian Unifikasi Korsel menyebut Korut jarang mengadakan pertemuan khusus semacam ini.

Baca Juga: Korsel Diminta Bayar Kompensasi kepada Korban Perang Vietnam 

1. Pengurangan jatah makan militer 

Pasukan militer Korea Utara di Ibu Kota Pyongyang. (Unsplash.com/Micha Brändli)

Krisis pangan Korut juga terlihat dari laporan media Korsel belakangan, bahwa ada pengurangan jatah makanan militer untuk pertama kalinya dalam dua dekade terakhir. Kementerian Unifikasi tidak dapat memverifikasi laporan tersebut.

Krisis pangan juga dilaporkan oleh kelompok pemantau 38 North yang berbasis di Amerika Serikat pada bulan lalu. Mereka mengatakan ada penurunan pangan secara signifikan di negara itu.

“Ketersediaan pangan Korut kemungkinan telah turun di bawah batas minimum sehubungan dengan kebutuhan masyarakat," ungkap mereka.

Menteri Kwon mengatakan, Pyonyang telah meminta bantuan kepada badan pangan pangan PBB atau WFP. Sayangnya, pembicaraan itu tidak mengalami kemajuan lantaran perbedaan dalam pemantauan bantuan. Belum ada tanggapan dari WFP terkait hal tersebut.

2. Rezim Kim enggan mereformasi pemerintahan

Bendera Korea Utara (Unsplash.com/Micha Brändli)

Para ahli meyakini bahwa krisis pangan terjadi akibat bencana alam parah yang menghancurkan lahan pertanian, dan sebagai dampak dari isolasi ekstrem selama pandemik COVID-19.

Kelompok 38 North menambahkan, dampak perang Ukraina turut menjadi pendorong Korut ke jurang kerawanan pangan.

“Sederhananya, Korut terhuyung-huyung di ambang kelaparan,” ungkap 38 North.

Mereka juga menyalahkan rezim Kim Jong Un atas krisis ini, yang dianggap tidak mau menghadapi reformasi karena takut dengan persaingan internal dan kematiannya sendiri.

"Rezim Kim bersikeras mempertahankan model ekonomi yang gagal dan tetap berkomitmen pada program nuklirnya," katanya dilansir The Telegraph.

Padahal, menurut kekompok itu, kerawanan pangan kronis tidak dapat diselesaikan tanpa reformasi radikal dari sistem yang dikendalikan negara saat ini.

“Mereka harus memperkuat hak milik, membuka dan merevitalisasi sektor industri dan jasa ekonomi, dan menerapkan model berorientasi ekspor," beber 38 North. 

Baca Juga: Kim Jong Un Ajak Putrinya ke Perayaan 75 Tahun Militer Korut 

Verified Writer

Zidan Patrio

patrio.zidan@gmail.com

IDN Times Community adalah media yang menyediakan platform untuk menulis. Semua karya tulis yang dibuat adalah sepenuhnya tanggung jawab dari penulis.

Rekomendasi Artikel

Berita Terkini Lainnya