Mantan PM Lebanon Saad Hariri Nyatakan Mundur Dari Politik
Mundurnya Hariri disebut memberikan peluang bagi Iran
Follow IDN Times untuk mendapatkan informasi terkini. Klik untuk follow WhatsApp Channel & Google News
Jakarta, IDN Times – Mantan perdana menteri Lebanon, Saad Hariri, mengatakan pada Senin (24/1/2022) bahwa dia akan mundur dari politik untuk sementara dan tidak akan ikut dalam pemilihan parlemen pada Mei mendatang.
Perdana menteri yang pernah menjabat sebanyak 3 kali tersebut juga menyerukan kepada partainya, The Future Movement, untuk melakukan hal yang sama.
"Kami akan terus melayani rakyat kami, tetapi keputusan kami adalah untuk menangguhkan peran apa pun dalam kekuasaan, politik, dan parlemen," kata Hariri, tokoh politik Muslim Sunni terkemuka, dikutip dari Middle East Eye.
Pada hari Senin, ratusan pendukungnya berbondong-bondong ke Tariq Al-Jdeideh, sebuah daerah kelas pekerja di Beirut tempat The Future Movement bermarkas, meneriakkan nama pemimpin mereka yang berusia 51 tahun, "Allah, Hariri, Gerakan Masa Depan Dan tidak lagi."
1. Lebanon di bawah bayang-bayang Iran
Hariri dalam pidatonya mengatakan, Future Movementnya memiliki dua tujuan yaitu untuk mencegah kebangkitan perang saudara di Lebanon dan mencapai kehidupan yang lebih baik bagi orang Lebanon. Menurutnya, dia berhasil mengatasi yang pertama, sementara yang kedua tidak cukup sukses untuk memberikan kehidupan lebih baik terhadap rakyat Lebanon.
Dia juga mengatakan bahwa penangguhan kehidupan politiknya merupakan bagian dari tanggung jawab atas krisis Lebanon. Hariri mengatakan, dia melihat Lebanon tidak memiliki kesempatan untuk masa depan yang positif karena pengaruh Iran yang tumbuh, perpecahan internal, meningkatnya sentimen sektarian, dan disfungsi negara.
Dilansir AP, alasan pengunduran Hariri dari panggung politik juga tak lain disebabkan oleh hegemoni kedua negara penguasa Teluk, Iran dan Arab Saudi. Hariri yang sedari awal berada dalam pihak yang menentang Hizbullah Lebanon yang didukung Iran justru pada akhirnya membentuk pemerintahan koalisi yang mencakup Hizbullah.
Hal itu yang kemudian membuat Hariri kehilangan dukungan Arab Saudi, sebagai saingan Iran di wilayah itu. Arab Saudi yang menganut sekte Sunni diketahui telah menjadi pendukung utama Hariri sebagai bagian dari Sunni di Lebanon.
Dalam beberapa tahun terakhir, pemimpin de facto Arab Saudi Mohammed bin Salman semakin waspada terhadap ketidakmampuan Hariri untuk melemahkan hegemoni Iran di negara itu. Pada November 2017, Hariri dipanggil ke Riyadh dan diminta untuk mengundurkan diri dari jabatannya.
Baca Juga: Menlu Kuwait: Lebanon Tidak Boleh Jadi Platform Agresi
IDN Times Community adalah media yang menyediakan platform untuk menulis. Semua karya tulis yang dibuat adalah sepenuhnya tanggung jawab dari penulis.