Peraih Nobel: Perang Nuklir dan Kiamat di Depan Mata, Harus Dicegah!
Tanggapi rektorika nuklir Putin yang semakin hawkish
Follow IDN Times untuk mendapatkan informasi terkini. Klik untuk follow WhatsApp Channel & Google News
Jakarta, IDN Times – Peraih Nobel Perdamaian yang juga ketua Kampanye Internasional untuk Penghapusan Senjata Nuklir (ICAN), David Hogsta, memperingatkan bahwa penggunaan nuklir kian nyata. Hal itu dilihatnya setahun sejak invasi Rusia ke Ukraina dan ketegangan yang menyertainya saat ini.
“Pada minggu kami menandai satu tahun sejak Rusia meluncurkan invasi brutal skala penuh ke Ukraina. Dunia menghadapi risiko besar, senjata nuklir dapat digunakan untuk pertama kalinya sejak 1945,” kata ICAN, dilansir Anadolu Agency, Kamis (23/2/2023).
Hogsta mengatakan Rusia telah berulang kali mengeluarkan ancaman terbuka dan terselubung untuk menggunakan senjata nuklir di Ukraina. Menurutnya, ada peningkatan risiko yang dapat terjadi akibat perang tersebut.
“Kemungkinan ada beberapa kesalahan perhitungan atau Rusia menanggapi beberapa ancaman yang dirasakan Moskow,” kata Hogsta.
“Semakin lama Rusia memutuskan untuk melanjutkan invasi, dan operasi militernya, semakin besar kemungkinan senjata nuklir akan menjadi bagian yang lebih besar dari konflik ini. Itu adalah sesuatu yang harus ditanggapi dengan sangat serius oleh dunia," tambahnya.
Baca Juga: Rusia Akan Kerahkan Rudal Sarmat Berkekuatan Nuklir Tahun Ini
1. Keputusan yang harus dikecam
Hogsta mengkritik tindakan Rusia baru-baru ini yang memutuskan untuk manungguhkan keanggotaan dalam perjanjian nuklir New START. Menurutnya, Putin telah mengambil kebijakan yang berbahaya dan sembrono. Ia menegaskan bahwa langkah itu perlu dikecam secara luas.
“Mengapa Presiden Putin melakukan ini sekarang adalah pertanyaan yang hanya bisa dia jawab. Tetapi itu menggarisbawahi apa yang disebut pencegahan nuklir, jauh dari memberikan keamanan, membuat kita bergantung pada keputusan pribadi para pemimpin negara-negara bersenjata nuklir, seperti Putin,” tutur dia.
Kendati begitu, Hogsta mengatakan bahwa krisis bisa saja menawarkan terobosan baru, seperti krisis misil Kuba 1962 yang menghasilkan Perjanjian Pelarangan Uji Parsial dan kemudian Perjanjian Non-Proliferasi Nuklir.
Baca Juga: Setahun Invasi Ukraina, Bagaimana Pandangan Publik Rusia?
IDN Times Community adalah media yang menyediakan platform untuk menulis. Semua karya tulis yang dibuat adalah sepenuhnya tanggung jawab dari penulis.