TUTUP
SCROLL UNTUK MELANJUTKAN MEMBACA
Gabung di IDN Times

Setahun Invasi Ukraina, Bagaimana Pandangan Publik Rusia?

Banyak yang mendukung Putin, namun tak sedikit yang melawan

Aksi protes menentang perang digelar di Saint Petersburg, Rusia, pada Kamis (24/2/2022) malam. (twitter.com/Josh Benson)

Jakarta, IDN Times - Setahun sejak Presiden Vladimir Putin mengirim pasukan ke Ukraina, pandangan 145 juta orang Rusia tentang perang masih sulit dilihat, meskipun jajak pendapat resmi mengatakan peringkat persetujuan Putin tetap sekitar 80 persen.

Pendukung Putin, Yekaterina, percaya bahwa Rusia pada akhirnya akan menang. Meski sekarang berperang melawan Ukraina yang didukung oleh aliansi militer NATO.

Flatnya di Moskow selatan penuh dengan tas pakaian sumbangan dan kotak makanan yang dia kumpulkan untuk dikirim ke Donbass yang dikuasai Rusia, di mana banyak orang kehilangan tempat tinggal akibat perang.

"Ketika pacar saya pergi berperang sebagai sukarelawan, saya mengerti bahwa saya harus melakukan sesuatu untuk membantu," kata Yekaterina.

Ia menolak menyebut nama belakangnya lantaran takut disalahgunakan secara online oleh pendukung Ukraina.

"Kami perlu membantu mempertahankan negara kami, keluarga kami, mereka yang dekat dengan kami dan seluruh Rusia," katanya kepada Reuters, seraya menambahkan bahwa ia mendukung Putin dan jalur kepemimpinan Kremlin saat ini.

Jajak pendapat Levada Center independen menunjukkan, sekitar 75 persen warga Rusia mendukung militer Rusia, sementara 19 persen tidak, dan 6 persen tidak tahu. Tiga perempat orang Rusia berharap Rusia akan menang.

Banyak diplomat dan analis meragukan angka tersebut.

"Saya mendukung presiden dan berpikir dia bekerja dengan baik. Rusia akan menang," tutur Yekaterina.

Baca Juga: Vladimir Putin: Rusia Bukan Melawan Ukraina, Tapi Elite Barat

1. Pandangan lain 

Pasukan Rusia di Ukraina (Twitter.com/Defence of Ukraine)

Hanya 10 kilometer ke selatan, Yekaterina yang lainnya memiliki pandangan yang sama sekali berbeda. Yekaterina Varenik, yang pernah bekerja di perusahaan gas negara atau Gazprom, membenci perang dan secara terbuka menentang Putin.

Setelah serangan Rusia di Dnipro bulan lalu, dia mengangkat plakat bertuliskan "Ukraina bukan musuh kita, tetapi saudara kita" di depan patung Moskow Lesya Ukrainka, seorang penyair Ukraina.

Flatnya kini kosong. Semuanya telah dijual atau disimpan ketika dia berkemas untuk meninggalkan Rusia ke Kyrgyzstan untuk bergabung dengan suaminya, yang pergi setelah Putin bersiap memobilisasi pasukan sipil ke Ukraina. 

Varenik sangat emosi saat mendengar pertama kali perang dimulai pada 24 Februari tahun lalu. Seperti banyak orang Rusia, dia memiliki jaringan kekeluargaan dan persahabatan yang dekat yang melintasi perbatasan Rusia dan Ukraina pasca era Uni Soviet.

Dia masih ingat ketika berlibur di Ukraina sebagai seorang anak. Sekarang keluarganya terbagi oleh beberapa perbatasan tertutup dan garis depan yang tidak bisa dilewati.

Setelah protes dengan plakatnya, dia menghabiskan 12 hari dalam tahanan.

"Banyak teman saya telah pergi. Jika Anda dalam bahaya dan agar tidak terlibat dalam peristiwa ini, Anda harus menggunakan segala cara untuk melarikan diri," kata Varenik.

2. Eksodus besar-besaran 

Bendera Rusia (Unsplash.com/Egor Filin)

Sejak perang dan setelah mobilisasi parsial Putin pada September, sebagian elite budaya, teknologi, dan ekonomi Moskow yang kaya memutuskan pergi dalam gelombang emigrasi terbesar sejak tahun-tahun setelah runtuhnya Soviet pada 1991.

Tidak lama setelah perang dimulai, Putin memperingatkan warga Rusia untuk waspada terhadap pengkhianat dan “sampah" yang menurutnya akan digunakan oleh Barat sebagai antek untuk menghancurkan negara.

Beberapa pejabat prihatin dengan eksodus besar-besaran Rusia, meskipun yang lain mengabaikan kekhawatiran tersebut. Banyak yang mengatakan masyarakat Rusia sekarang jauh lebih bersatu tanpa orang-orang yang kesetiaannya dipertanyakan.

"Sangat menyedihkan, tapi menurut saya ini tidak akan berakhir dalam waktu dekat. Saya pikir ini hanya akan berakhir ketika Rusia mengaku kalah atau beneran kalah," kata Varenik.

Dalam pandangannya, reputasi Rusia dan warganya akan ternodai selamanya.

"Kami di Rusia mungkin tidak akan pernah bisa menghapusnya," tegasnya.

Baca Juga: Rusia Desak Negara Anggota PBB Menolak Resolusi soal Perang Ukraina

Verified Writer

Zidan Patrio

patrio.zidan@gmail.com

IDN Times Community adalah media yang menyediakan platform untuk menulis. Semua karya tulis yang dibuat adalah sepenuhnya tanggung jawab dari penulis.

Rekomendasi Artikel

Berita Terkini Lainnya