Penembakan Terbaru di AS Tewaskan Pengungsi Afghanistan

Nasrat Ahmadyar merupakan penerjemah bagi militer AS

Jakarta, IDN Times - Seorang pria Afghanistan yang bekerja sebagai penerjemah untuk militer Amerika Serikat (AS) dibunuh di Washington. Insiden terjadi saat dia bekerja sebagai sopir di sebuah perusahaan. 

Nasrat Ahmadyar tewas setelah timah panas bersarang di perutnya di lingkungan Capitol Hill awal pekan ini. Situasi di Washington DC memang mengcekam dalam beberapa hari terakhir mengingat banyak insiden penembakan. 

1. Nasrat Ahmadyar sudah bekerja untuk militer AS selama lebih dari 10 tahun

Penembakan Terbaru di AS Tewaskan Pengungsi Afghanistanilustrasi tentara (pixabay.com/WikiImages)

Nasrat Ahmadyar sempat bekerja untuk militer AS di Afghanistan selama lebih dari 10 tahun. Dia melarikan diri ke AS setelah Taliban menguasai Afghanistan pada Agustus 2021.

“Dia sangat bersemangat untuk datang ke Amerika,” kata Jeramie Malone, seorang teman Ahmadyar.

"Begitu dia sampai di Philadelphia, dia mengalami insiden di mana dia diganggu oleh seorang pria bersenjata," tambah Malone, dilansir The National. 

Malone, yang membantu Ahmadyar, menavigasi jalan keluar dari Afghanistan setelah pengambilalihan Taliban, mengatakan dia merasa bersalah atas kematian temannya.

“Saya malu karena keluarganya sangat bersyukur bahwa dia akhirnya akan aman dan AS tampak seperti tempat yang aman dan orang-orang datang ke sini untuk mengamankan diri. Saya malu bahwa dia diperlakukan seperti ini,” katanya.

Baca Juga: Taliban Larang Salon Kecantikan di Afghanistan

2. Ada 97 ribu warga Afghanistan yang tinggal di AS sejak September 2021

Penembakan Terbaru di AS Tewaskan Pengungsi Afghanistanbendera Amerika Serikat (unsplash.com/Dave Sherrill)

Pada 3 Juli 2023, Ahmadyar ditemukan tewas tertembak di dalam mobilnya. Seorang teman dekatnya yang bernama Rahim Amini mengungkapkan kenangan dirinya bersama Ahmadyar.

“Dia bukan saudara kandung saya, tapi dia lebih dari itu bagi saya. Satu-satunya saat kami terpisah satu sama lain adalah ketika dia sedang tidur. Kami bekerja bersama, tertawa bersama, makan bersama," kata Amini, dilansir Al Jazeera. 

“Ini adalah masa yang sulit bagi keluarga dan juga masyarakat Afghanistan,” kata Noorullah Ahmadzai, seorang tokoh masyarakat Afghanistan di wilayah Washington DC.

Dia menambahkan, cerita Ahmadyar telah didengar oleh banyak warga Afghanistan yang hijrah ke Negeri Paman Sam. Hingga Juni 2023, Departemen Luar Negeri AS memperkirakan bahwa 97 ribu warga Afghanistan telah tinggal di AS sejak September 2021.

3. Sudah ada 10 ribu kematian akibat senjata di AS sepanjang 2023

Penembakan Terbaru di AS Tewaskan Pengungsi AfghanistanIlustrasi Garis Polisi (IDN Times/Arief Rahmat)

Sementara itu, kekerasan senjata tak terhindarkan di AS. Tingkat kematian akibat senjata di AS jauh lebih tinggi dari rata-rata negara maju lainnya. 

Puncak tingkat kematian akibat senjata terjadi pada 2021, menurut Centers for Disease Control and Prevention. Lebih dari 48.830 orang meninggal akibat serangan penembakan di wilayah AS.

Pada 2023, sejauh ini, ada hampir 10 ribu kematian terkait senjata. Angka ini tidak termasuk kasus bunuh diri, menurut Gun Violence Archive.

Presiden AS Joe Biden berusaha untuk mengatur ulang undang-undang persenjataan di negaranya, walau mendapatkan banyak hambatan, termasuk dari Makhamah Agung.

Baca Juga: Ganjar Pranowo Curhat Dapat Dukungan Eks Timses Joe Biden  

Anoraga Ilafi Photo Verified Writer Anoraga Ilafi

Member IDN Times Community ini masih malu-malu menulis tentang dirinya

IDN Times Community adalah media yang menyediakan platform untuk menulis. Semua karya tulis yang dibuat adalah sepenuhnya tanggung jawab dari penulis.

Topik:

  • Vanny El Rahman

Berita Terkini Lainnya