Iklan - Scroll untuk Melanjutkan
Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
ilustrasi pembangkit listrik tenaga nuklir. (unsplash.com/Nicolas HIPPERT)
ilustrasi pembangkit listrik tenaga nuklir. (unsplash.com/Nicolas HIPPERT)

Intinya sih...

  • Proyek nuklir bernilai ratusan triliun rupiah, meliputi reaktor modular canggih dan pusat data canggih.

  • Inggris dan AS berupaya lepas dari ketergantungan bahan bakar nuklir Rusia dengan target mandiri pada 2028.

  • Upaya memenuhi kebutuhan energi AI dengan meningkatkan penggunaan energi nuklir, seiring dengan penurunan kapasitas nuklir domestik Inggris.

Disclaimer: This summary was created using Artificial Intelligence (AI)

Jakarta, IDN Times- Inggris dan Amerika Serikat akan menandatangani perjanjian nuklir bertajuk "Kemitraan Atlantik untuk Energi Nuklir Tingkat Lanjut". Kesepakatan ini bertujuan untuk mempercepat pengembangan pembangkit listrik tenaga nuklir (PLTN) guna meningkatkan keamanan pasokan energi di kedua negara.

Rencananya, kesepakatan ini akan ditandatangi pada saat kunjungan Presiden AS Donald Trump ke Inggris pada minggu ini. Perdana Menteri Inggris, Keir Starmer, menyatakan kerja sama ini akan membangun era keemasan nuklir yang menguntungkan kedua negara.

“Komitmen besar ini membawa kita menuju era keemasan nuklir yang akan menekan tagihan rumah tangga dalam jangka panjang, seraya menciptakan ribuan lapangan kerja yang baik dalam jangka pendek,” ujar Perdana Menteri Inggris Keir Starmer, dilansir Situs Pemerintah Inggris pada Senin (15/9/2025).

1. Proyek ambisius bernilai ratusan triliun rupiah

Salah satu proyek komersial terbesar dalam kemitraan ini adalah rencana pembangunan hingga 12 reaktor modular canggih (AMR) di Hartlepool. Proyek yang digarap perusahaan AS X-Energy dan Centrica dari Inggris ini diproyeksikan dapat memasok listrik untuk 1,5 juta rumah.

Proyek raksasa lainnya akan berlokasi di Nottinghamshire, di mana perusahaan AS Holtec bersama EDF dan Tritax akan membangun pusat data canggih. Fasilitas vital ini nantinya akan ditenagai oleh reaktor modular kecil (SMR) di lokasi bekas pembangkit listrik tenaga batu bara.

Secara total, keseluruhan program kerja sama ini diperkirakan memiliki nilai ekonomi hingga 40 miliar poundsterling (sekitar Rp892,8 triliun) . Dari jumlah tersebut, sekitar 12 miliar poundsterling (sekitar Rp267 triliun)akan difokuskan untuk investasi di wilayah timur laut Inggris, yang diharapkan dapat menciptakan ribuan lapangan kerja baru.

Selain dua proyek masif tersebut, kesepakatan ini juga mencakup pembangunan PLTN mikro modular pertama di dunia di pelabuhan London Gateway. Kepala Eksekutif Centrica, Chris O'Shea, menyatakan bahwa ekspansi ini diharapkan dapat memberikan harga energi yang stabil bagi konsumen Inggris dalam jangka panjang.

2. AS-Inggris berupaya lepas dari ketergantungan dengan Rusia

Melalui kerja sama ini, Inggris dan AS berupaya untuk lepas dari ketergantungan bahan bakar nuklir Rusia. Kedua negara ini menargetkan untuk sepenuhnya mandiri dari pasokan Rusia selambat-lambatnya pada tahun 2028, dilansir BBC.

Untuk mencapainya, kemitraan ini akan merampingkan proses persetujuan peraturan dan lisensi untuk setiap proyek nuklir. Dengan saling mengakui hasil pemeriksaan keselamatan dan standar teknis, masa perizinan dapat dipangkas dari rata-rata empat tahun menjadi hanya dua tahun, dilansir The Guardian.

“Di bawah kepemimpinan Presiden Donald Trump, AS sedang menuju era renaisans nuklir sejati, memanfaatkan kekuatan nuklir komersial untuk memenuhi permintaan energi yang meningkat dan mendorong revolusi AI,” kata Menteri Energi AS Chris Wright, dilansir CNBC.

Kolaborasi ini juga akan mencakup penelitian dan pengembangan energi fusi serta pembuatan alat simulasi canggih menggunakan AI. Sejalan dengan itu, perusahaan raksasa Inggris Rolls-Royce juga telah memasuki proses regulasi di AS untuk desain reaktor modular kecil yang mereka kembangkan.

3. Upaya memenuhi kebutuhan energi AI

Langkah AS-Inggris ini juga sejalan dengan komitmen negara-negara lain untuk meningkatkan penggunaan energi nuklir. Pada November 2024, lebih dari 30 negara telah berjanji untuk meningkatkan kapasitas nuklir global hingga tiga kali lipat pada tahun 2050.

Urgensi ini juga didorong oleh kebutuhan energi pusat data yang sangat besar untuk menjalankan teknologi AI. Raksasa teknologi seperti Amazon dan Google bahkan telah menjajaki penggunaan SMR untuk memasok daya bagi fasilitas mereka yang terus berkembang.

Bagi Inggris, kesepakatan ini menjadi sangat penting karena kapasitas nuklir domestiknya telah menurun drastis. Pada 1990-an nuklir menyumbang 25 persen pasokan listrik Inggris. Namun, kini angkanya turun menjadi hanya 15 persen karena sebagian besar reaktor tua dijadwalkan akan segera dinonaktifkan.

Asosiasi Industri Nuklir Inggris mencatat sektor ini telah menambah 11 ribu pekerjaan baru di Inggris pada 2025. Hingga kini, sektor nuklir telah mempekerjakan hingga 98 ribu orang di seluruh negeri.

This article is written by our community writers and has been carefully reviewed by our editorial team. We strive to provide the most accurate and reliable information, ensuring high standards of quality, credibility, and trustworthiness.

Editorial Team