AS-Kolombia Saling Tarik Diplomat akibat Dugaan Rencana Kudeta

Intinya sih...
AS tidak senang dengan pernyataan pemerintah Kolombia.
Presiden Kolombia sempat tuding AS terlibat rencana kudeta.
Hubungan AS-Kolombia kian memburuk.
Jakarta, IDN Times – Hubungan Amerika Serikat dan Kolombia memanas setelah kedua negara saling menarik pulang perwakilan diplomatik utama mereka pada Kamis (3/7/2025). Langkah ini menjadi kelanjutan dari memburuknya hubungan antara dua negara yang secara historis merupakan sekutu dekat.
Pemerintah AS mengambil langkah pertama dengan memanggil pulang diplomat tertingginya di Bogota, John McNamara. Presiden Kolombia Gustavo Petro merespons beberapa jam kemudian dengan tindakan serupa, menarik Duta Besar Daniel Garcia-Pena dari Washington.
Krisis ini terjadi di tengah penyelidikan jaksa Kolombia atas dugaan adanya sebuah rencana untuk menggulingkan Presiden Petro. Plot tersebut diduga melibatkan politisi dari Kolombia dan AS.
1. AS tidak senang dengan pernyataan pemerintah Kolombia
Pemerintah AS menyebut penarikan diplomatnya dipicu oleh komentar dari pejabat tinggi Kolombia. "Penarikan diplomat dilakukan untuk konsultasi mendesak, menyusul pernyataan tidak berdasar dan tercela dari pejabat tinggi Kolombia," ujar juru bicara Kementerian Luar Negeri AS, Tammy Bruce, dikutip dari Al Jazeera.
Washington tidak merinci pernyataan mana yang dimaksud, namun mengisyaratkan akan ada tindakan lanjutan. AS sendiri merupakan mitra dagang terbesar Kolombia dengan nilai perdagangan mencapai 33,8 miliar dolar AS (sekitar Rp547 triliun) pada 2023.
Di tengah krisis diplomatik ini, Menteri Luar Negeri Kolombia Laura Sarabia justru mengumumkan pengunduran dirinya. Sarabia mengaku tidak bisa mendukung sejumlah keputusan pemerintah karena alasan integritas pribadi dan institusional.
2. Presiden Kolombia sempat tuding AS terlibat rencana kudeta
Penyelidikan plot kudeta yang menjadi latar belakang krisis ini bermula dari laporan media Spanyol, El Pais. Laporan itu menduga mantan Menteri Luar Negeri Kolombia, Alvaro Leyva, terlibat dalam sebuah rencana kudeta.
Nama anggota Kongres AS dari Partai Republik, Carlos Gimenez, disebut sebagai salah satu pejabat yang didekati untuk mendukung rencana tersebut. Menanggapi laporan ini, Presiden Petro sempat menuding adanya konspirasi yang melibatkan kelompok dari kedua negara.
"Ini tidak lebih dari sebuah konspirasi dengan para penyelundup narkoba dan tampaknya, dengan ekstrem kanan Kolombia dan AS," kata Petro, dilansir dari France24.
Namun, Petro kemudian mengklarifikasi bahwa ia tidak percaya pemerintah AS secara resmi terlibat dalam upaya kudeta itu, dilansir Colombia Reports.
3. Hubungan AS-Kolombia kian memburuk
Hubungan kedua negara telah memanas sejak Januari akibat sengketa kebijakan migrasi. Saat itu, Kolombia menolak menerima pesawat militer AS yang membawa warganya yang dideportasi. Petro tidak senang warganya pulang mengenakan borgol seperti kriminal.
Perselisihan itu sempat memicu saling ancam tarif hingga 50 persen dari kedua belah pihak. Perang dagang akhirnya berhasil dihindari setelah kesepakatan tercapai di menit-menit terakhir.
Pemerintah Kolombia juga baru-baru ini menolak permintaan ekstradisi dua pemimpin pemberontak yang dicari Washington. Sementara itu, AS sempat menyalahkan pemerintah Kolombia atas insiden penembakan seorang senator oposisi di Bogota.
"Penembakan Senator Miguel Uribe adalah hasil dari retorika kiri yang penuh kekerasan oleh pejabat tinggi pemerintahan Kolombia," kata Menteri Luar Negeri AS Marco Rubio bulan lalu, dikutip dari Strait Times.