Iklan - Scroll untuk Melanjutkan
Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
Foto kartu Bank Monzo. (Twitter.com/Alessio - Vaccines spark joy)

London, IDN Times - Bank Monzo, sebuah bank digital dari Inggris dalam laporan tahunannya yang dirilis pada hari Jumat (30/7/2021), mengungkapkan bahwa sedang diselidiki oleh pengawas keuangan, Financial Conduct Authority (FCA). Monzo diselidiki atas potensi pelanggaran peraturan pencucian uang dan kejahatan keuangan.

1. Periode Oktober 2018 hingga April 2021 diperiksa

Dilansir The Guardian, bank digital Inggris ini menyampaikan bahwa pihaknya bekerja sama dengan penyelidikan, yang masih dalam tahap awal, tetapi dapat mengarah ke tuntutan perdata dan pidana. FDA pada bulan Mei memberitahu Monzo bahwa penyidik ​​sedang memeriksa periode Oktober 2018 hingga April 2021 atas dugaan pelanggaran aturan yang berkaitan dengan anti pencucian uang dan kontrol kejahatan keuangan.

Saat ini Monzo tidak bisa memberitahu Investigasi FCA karena masih pada tahap awal. Terkait penyelidikan operasi Monzo tidak mengalami gangguan, tapi perusahaan itu meyampaikan bahwa penyelidikan akan berdampak negatif pada material pada posisi keuangan.

Juru bicara FCA menyampaikan bahwa badan itu sedang meningkatkan upayanya untuk memerangi pencucian uang di seluruh sektor keuangan dalam beberapa bulan terakhir, mengenai penyelidikan Monzo pengawas itu tidak dapat mengomentari detail penyelidikan secara terbuka.

FCA pada bulan Mei mengirim surat kepada kepala eksekutif bank retail Inggris, memperingatkan bahwa beberapa bank perlu menilai potensi kesenjangan dalam cek anti pencucian uang mereka. Peringatan itu datang hanya beberapa bulan setelah mengumumkan proses pidana terhadap NatWest. Proses pengadilan telah ditunda dua kali tahun ini, diperkirakan sidang akan dimulai pada pertengahan September.

2. Monzo melakukan pembekuan akun

Foto kartu Bank Monzo. (Twitter.com/Mark Drew)

Penyelidikan telah muncul setelah adanya keluhan oleh pelanggan Monzo pada 2020. Berdasarkan penyelidikan The Guardian ada ratusan pelanggan yang mengklaim bahwa mereka dibiarkan tanpa akses ke akun mereka yang tiba-tiba dibekukan selama pembatasan virus corona pertama pada tahun 2020.

Menanggapi penyelidikan itu Monzo membuka blokir akun dan menyampaikan permintaan maaf dan mengatakan "kami tidak selalu melakukan ini dengan benar".
Namun, dilaporkan bahwa dalam 95 persen kasus pemblokiran merupakan keputusan yang tepat.

Investigasi juga pernah dilakukan BBC pada 2019, mengungkapkan bahwa Monzo telah membekukan atau menutup rekening, yang membuat pelanggan mengalami kesulitan keuangan selama berminggu-minggu. Monzo memberitahu pembekuan dilakukan karena diyakini ada aktivitas mencurigakan.

Monzo menyampaikan setelah terdeteksi oleh algoritma, pihaknya akan melakukan peninjauan akun tersebut dalam waktu 10 menit, tidak peduli apakah itu pada siang atau malam. Terkait penipuan uang Monzo mengatakan telah dapat menggunakan prosesnya, tetapi mengakui bahwa itu bisa membuat frustrasi karena tidak diizinkan secara hukum untuk memberitahu pelanggan atau pers mengapa akun diblokir.

3. Monzo bayar kompensasi kepada pelanggan yang menjadi korban penipuan

Dilansir Sky News, pada hari Jumat, Monzo mengatakan telah bertindak untuk menindak penipuan, yang melonjak selama pandemik COVID-19. Monzo telah memperkenalkan fitur yang membantu mengonfirmasi untuk memperingatkan orang-orang ketika nama di akun tidak cocok dengan nama orang yang mereka kirimi uang. Bank itu juga membertahu bahwa telah berinvestasi lebih banyak untuk mencegah timbulnya kejahatan keuangan.

Berdasarkan laporan keuangan terbarunya Monzo memberitahu bahwa telah membayar 9,5 juta pound sterling (Rp190 miliar) untuk mengkompensasi pelanggan yang menjadi korban kejahatan keuangan, meskipun mengambil langkah-langkah yang wajar untuk melindungi diri mereka sendiri. Pembayaran itu naik dari 2,7 juta pound sterling (Rp54,2 miliar) pada tahun sebelumnya.

Monzo saat ini telah berhasil menarik satu juta pelanggan baru, sehingga totalnya menjadi lima juta. Pendapatan perusahaan telah meningkat 18 persen menjadi 79 juta pound sterling (Rp1,5 triliun), tapi kerugian sebelum pajak telah meningkat sebesar 13 persen menjadi 130 juta pound sterling (Rp2,9 triliun). Perusahaan berharap mencatatkan keuntungan pada 2022.

This article is written by our community writers and has been carefully reviewed by our editorial team. We strive to provide the most accurate and reliable information, ensuring high standards of quality, credibility, and trustworthiness.

Editorial Team