Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
For
You

Belanja Senjata Nuklir Global Capai Rp1.505 Triliun

ilustrasi rudal Iskander (youtube.com/Military TV)

Jakarta, IDN Times - Lembaga Kampanye Internasional untuk Menghapuskan Senjata Nuklir (ICAN) mengatakan, belanja senjata nuklir global pada 2023 mencapai 91,4 miliar dolar atau Rp1.505 triliun.

Dalam laporannya, Ican menjelaskan setidaknya sembilan negara pemilik senjata nuklir terus melakukan modernisasi dan dalam beberapa kasus memperluas persenjataan mereka.

Kesembilan negara tersebut adalah Amerika Serikat (AS), China, Rusia, Inggris, Prancis, India, Israel, Pakistan, dan Korea Utara (Korut). AS tercatat memiliki pengeluaran terbesar yang diikuti oleh China, lalu kemudian Rusia.

1. Rincian belanja senjata nuklir sembilan negara

ilustrasi rudal (Twitter.com/Missile Defense Advocacy Alliance)

ICAN mengatakan bahwa negara pemilik senjata nuklir menghabiskan 10,7 miliar dolar atau Rp176,4 triliun lebih banyak dibanding tahun 2022. AS adalah penyumbang terbesar dengan 51,5 miliar dolar atau Rp848 triliun, mengalami peningkatan 80 persen.

"(Pengeluaran AS) lebih besar dari jumlah total belanja negara-negara pemilik senjata nuklir lainnya," katanya, dikutip VOA News.

China tercatat menghabiskan pengeluaran 11,9 miliar dolar atau Rp195,5 triliun dan Rusia sebesar 8,3 miliar dolar atau Rp136,8 triliun. Selanjutnya, dalam dua tahun berturut-turut belanja Inggris meningkat secara signifikan dengan peningkatan sebesar 17 persen menjadi 8,1 miliar dolar atau Rp133,3 triliun. Lima negara lain yang tersisa, secara total menghabiskan 11,6 miliar dolar atau Rp191 triliun.

2. Miliaran dana yang sia-sia

Susy Snyder, salah satu penulis laporan tersebut berpendapat, pengeluaran sebesar itu sebenarnya dapat digunakan untuk program lingkungan dan sosial.

"Miliaran dana ini bisa digunakan untuk memerangi perubahan iklim dan menyelamatkan hewan dan tumbuhan yang menopang kehidupan di Bumi dari kepunahan, belum lagi meningkatkan layanan kesehatan dan pendidikan di seluruh dunia," katanya, dikutip The Guadian.

Snyder menjelaskan, uang Rp1.505 triliun dapat digunakan untuk membiayai pembangkit listrik tenaga angin bagi lebih dari 12 juta rumah atau menutup 27 persen kesenjangan pendanaan global untuk melawan perubahan iklim.

Alicia Sanders-Zakre, penulis lainnya dalam laporan itu mengatakan bahwa miliaran dana tersebut terbuang sia-sia.

"(Ini) mengingat negara-negara bersenjata nuklir sepakat bahwa perang nuklir tidak akan pernah bisa dimenangkan dan tidak boleh dilakukan," ujarnya.

3. Lebih dari 2.000 hulu ledak nuklir berada dalam siaga operasional tinggi

ilustrasi rudal kapal perang (youtube.com/Armies Power)

Lembaga Stockholm International Peace Research Institute (SIPRI) memperkirakan bahwa jumlah hulu ledak nuklir yang beroperasi telah meningkat. Meski begitu, jumlah total hulu ledak di seluruh dunia agak menurun.

"Kami belum pernah melihat senjata nuklir memainkan peran penting dalam hubungan internasional sejak Perang Dingin," kata Wilfred Wan, direktur program senjata pemusnah massal SIPRI, dikutip Deutsche Welle.

SIPRI mencatat jumlah hulu ledak nuklir pada awal tahun ini menjadi 12.121 unit. Jumlah tersebut sedikit menurun dengan tahun sebelumnya diperkirakan berjumah 12.512 hulu ledak. SIPRI mengatakan, saat ini 2.100 hulu ledak nuklir yang hampir semuanya milik AS atau Rusia, disimpan dalam kondisi siaga operasional tinggi terhadap rudal balistik.

Direktur SIPRI Dan Smith, khawatir dengan tren yang disebutnya sangat mengkhawatirkan tersebut, dengan kemungkinan akan tetap terjadi peningkatan di tahun-tahun mendatang.

"Sayangnya, kami terus melihat peningkatan jumlah hulu ledak nuklir yang beroperasi dari tahun ke tahun," katanya.

This article is written by our community writers and has been carefully reviewed by our editorial team. We strive to provide the most accurate and reliable information, ensuring high standards of quality, credibility, and trustworthiness.
Share
Editor’s Picks
Topics
Editorial Team
Pri Saja
EditorPri Saja
Follow Us