Saking Cepatnya, Nike Vaporfly Bisa Dilarang Dipakai Atlet Saat Lomba

Disebut sebagai sepatu super karena bikin lari kencang

Oregon, IDN Times - Salah satu tipe sepatu yang diproduksi oleh Nike dikabarkan sangat mungkin segera dilarang dipakai oleh para atlet lari elit dunia. Nike Vaporfly, yang disebut sebagai sepatu super itu, dilaporkan mampu membantu atlet berlari lebih kencang hingga ke level tak lazim.

Dua orang yang sukses memakainya adalah Eliud Kipchoge dan Brigid Kosgei yang sama-sama berasal dari Kenya. Dilansir Reuters, saat ini cabang olahraga lari sedang menanti keputusan badan pengurus World Athletics yang selama berbulan-bulan meneliti tentang sepatu berteknologi tinggi tersebut.

1. Pemakainya bisa berlari 4 sampai 5 persen lebih kencang

Saking Cepatnya, Nike Vaporfly Bisa Dilarang Dipakai Atlet Saat LombaNike Vaporfly 4% Flyknit. nike.com

Setelah menjadi kontroversi, The New York Times melakukan tes terhadap Vaporfly. Hasilnya adalah seorang pelari yang menggunakan sepatu itu mampu berlari empat sampai lima persen daripada pesaing yang memakai sepatu lari biasa.

Saat Kipchoge memecahkan rekor maraton dua jam untuk pertama kalinya pada Oktober 2019, ia melakukannya dengan Vaporfly. Begitu juga dengan Kosgei yang memakai tipe tersebut saat menggondol rekor maraton perempuan keesokan harinya.

2. Pelari disebut bisa melompat lebih tinggi dengan Vaporfly

Saking Cepatnya, Nike Vaporfly Bisa Dilarang Dipakai Atlet Saat LombaPelari Jepang Shogo Nakamura dan beberapa kompetitornya memakai Nike Vaporfly saat berlomba di Marathon Grand Championship pada September 2020. Marathon Grand Championship adalah perlombaan uji coba untuk Olimpiade Tokyo 2020. Kantor berita Kyodo

Seperti ditunjukkan di situs resmi Nike, Vaporfly diklaim sebagai "sepatu tercepat" yang pernah diproduksi oleh merek asal Amerika Serikat tersebut. Vaporfly punya sol tebal yang dibuat dari material serat karbon penuh yang dikombinasikan dengan teknologi tinggi sehingga pemakainya bisa melompat empat persen lebih tinggi ketika berlari.

Hasilnya si pemakai akan berlari lebih cepat. Dalam poster promosi Vaporfly, Nike bahkan menyombongkan atlet elit yang disponsorinya mampu menyelesaikan enam maraton kelas dunia di London, Tokyo, Berlin, Boston, Chicago dan New York sebagai yang pertama.

3. Jika World Athletics melarang, maka Vaporfly tak boleh dipakai saat Olimpiade Tokyo 2020

Saking Cepatnya, Nike Vaporfly Bisa Dilarang Dipakai Atlet Saat LombaNike Vaporfly NEXT%. nike.com

Perdebatan masih berlangsung apakah Vaporfly adalah sepatu yang tidak memberikan keuntungan lebih pada pemakainya dibanding pengguna merek lain. Namun, Komite Olimpiade Internasional mengatakan bahwa jika Badan Atletik Dunia memutuskan melarang, maka Vaporfly tidak boleh dipakai saat Olimpiade Tokyo 2020.

Oleh karena itu, keputusan untuk melarang atau tidak Vaporfly dipakai oleh para atlet akan berkonsekuensi cukup besar. Kipchoge sendiri menolak anggapan ia sukses hanya karena sepatu. "Saya berlatih keras. Teknologi terus tumbuh dan saya tak bisa menolaknya. Kita harus mengikuti teknologi," kata dia kepada The Telegraph.

4. Pelari amatir masih bisa memakainya

Saking Cepatnya, Nike Vaporfly Bisa Dilarang Dipakai Atlet Saat LombaNike ZoomX Vaporfly NEXT%. nike.com

Sementara itu, penasihat senior di industri olahraga, Matt Powell mengatakan kepada Reuters bahwa "kontroversi itu baik bagi penjualan". Walaupun para atlet profesional dunia tidak boleh memakainya ketika berkompetisi, tapi aturan itu takkan berlaku bagi yang lainnya.

"Nike belum memproduksi banyak pasang, jadi tak ada dampak finansial yang nyata. Para pelari amatir masih tetap bisa berlari dengan sepatu itu," ujar Powell. Di sisi lain, jika pelarangan Vaporfly terjadi, ini membuka peluang bagi merek-merek kompetitor untuk memasarkan produk mereka.

Baca Juga: 6 Fakta Menarik Nike, Brand Sport Legendaris Asal Amerika 

Bianca Nazanin Photo Verified Writer Bianca Nazanin

typing...

IDN Times Community adalah media yang menyediakan platform untuk menulis. Semua karya tulis yang dibuat adalah sepenuhnya tanggung jawab dari penulis.

Topik:

  • Novaya

Berita Terkini Lainnya