Iklan - Scroll untuk Melanjutkan
Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
Kota Terlarang (Forbidden City), Beijing, China. (unsplash.com/Ling Tang)

Jakarta, IDN Times - Sebuah laporan yang dirilis lembaga think tank China, YuWa Population Research Institute, mengungkapkan bawah Beijing adalah salah satu negara termahal di dunia untuk membesarkan anak.

Hasil studi lembaga tersebut menemukan bahwa rata-rata biaya untuk membesarkan anak di China hingga usia 18 tahun adalah 538 ribu yuan (setara Rp1,1 miliar). Jumlah itu 6,3 kali lebih tinggi dibandingkan PDB per kapita negara tersebut, dan menjadikannya sebagai rasio kedua tertinggi setelah Korea Selatan (Korsel), dengan angka 7,79 kali PDB per kapita.

Sementara itu, untuk anak-anak yang dibesarkan di kota-kota di Negeri Tirai Bambu tersebut, biaya rata-rata meningkat menjadi 667 ribu yuan (setara Rp1,4 miliar).

Dilansir CNN, sebagai perbandingan, laporan yang dirilis pada Rabu (21/2/2024) juga mengungkap bahwa biaya membesarkan anak di Australia hanya sebesar 2,08 kali PDB per kapita, 2,24 kali di Prancis, 4,11 kali di Amerika Serikat (AS), dan 4,26 kali di Jepang.

1. Tingginya biaya menjadi salah satu faktor rendahnya keinginan memiliki anak

Mengutip studi pada 2018, para ibu cenderung kehilangan hampir lima jam waktu kerja berbayar dan senggang setiap harinya akibat membesarkan anak, sementara ayah hanya kehilangan waktu senggang.

Mengutip Reuters, perempuan umumnya mengalami pengurangan 2.106 jam kerja ketika mengasuh anak berusia 0-4 tahun dan menghadapi perkiraan kehilangan upah sebesar 63 ribu yuan (setara Rp136 juta) pada periode tersebut, dengan upah per jam sebesar 30 yuan (setara Rp65 ribu).

Selain itu, pendiri YuWa Institute, Lijia Zhang, mengatakan tingginya biaya pendidikan dan rumah tangga membuat membesarkan anak menjadi sulit secara finansial. Dia menyebut banyak perempuan yang diwawancarainya mengatakan tidak mampu memiliki dua atau tiga anak, sementara yang lainnya bahkan tidak mau memiliki anak sama sekali.

"Karena alasan-alasan seperti tingginya biaya melahirkan anak dan kesulitan bagi perempuan untuk menyeimbangkan keluarga dan pekerjaan, keinginan masyarakat China untuk memiliki anak hampir merupakan yang terendah di dunia," bunyi laporan tersebut.

Laporan itu juga menyebut perempuan yang mengambil cuti melahirkan mungkin menghadapi perlakuan tidak adil di tempat kerja, seperti dipindahkan ke tim lain, dipotong gajinya, atau kehilangan peluang promosi. Selain itu, pemberi kerja juga mungkin akan menghindari perekrutan perempuan dalam usia yang memungkinkan memiliki anak. 

2. China alami penurunan populasi selama 2 tahun berturut-turut

Editorial Team

Tonton lebih seru di