Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
For
You

Bicara di Beijing, Megawati Angkat Pidato Bung Karno di PBB Tahun 1960

WhatsApp Image 2025-07-10 at 15.37.03.jpeg
Presiden ke-5 RI Megawati Soekarnoputri saat menghadiri undangan Partai Komunis China (IDN Times/Amir Faisol)
Intinya sih...
  • Megawati menjelaskan, Presiden Soekarno dalam pidato tersebut mendesak untuk mengakhiri dunia lama yang dibangun di atas fondasi kapitalisme eksploitatif, kolonialisme, dan imperialisme.
  • Menurut Megawati, dunia baru yang dimaksud Bung Karno bukanlah tatanan yang ditentukan oleh kekuatan senjata atau siapa yang menang dalam perang, melainkan dunia yang berdiri di atas nilai-nilai luhur kemanusiaan dan keadaban.
  • Semangat antipenjajahan dalam Dasa Sila Bandung

Beijing, IDN Times – Presiden ke-5 RI Megawati Soekarnoputri menghadiri forum Dialog Global Peradaban yang berlangsung di Wisma Tamu Negara Diaoyutai, Beijing, China. Pada kesempatan itu, Megawati mengangkat pidato Presiden Soekarno di Sidang Umum PBB pada tahun 1960 sebagai rujukan moral dalam membangun tatanan dunia baru yang lebih adil dan berkeadaban.

Megawati menyampaikan pidato Presiden Soekarno berjudul “To Build the World Anew” telah menjadi bagian dari Memory of the World oleh UNESCO. Ia mengatakan, pidato sang ayah telah menjadi mercusuar nilai dan arah dunia paska kolonialisme.

“Izinkan saya mengangkat kembali pidato yang telah menjadi mercusuar bagi generasi bangsa kami dan telah dijadikan Memory of the World oleh United Nations Educational, Scientific, and Cultural Organization atau UNESCO," kata Ketua Umum PDI Perjuangan itu saat menjadi pembicara inti dalam forum tersebut, Kamis (10/7/2025).

.

1. Soekarno mendesak untuk akhiri dunia lama

(Presiden RI pertama, Soekarno) Instagram/@soekarno.legacy
(Presiden RI pertama, Soekarno) Instagram/@soekarno.legacy

Megawati menjelaskan, Presiden Soekarno dalam pidato tersebut mendesak untuk mengakhiri dunia lama yang dibangun di atas fondasi kapitalisme eksploitatif, kolonialisme, dan imperialisme. Sebagai gantinya, Bung Karno menawarkan gagasan mengenai tata dunia baru.

“Dalam pidato tersebut, Presiden Soekarno menyampaikan dengan lantang bahwa dunia lama yang dibangun di atas kapitalisme yang eksploitatif, kolonialisme dan imperialisme harus digantikan dengan tata dunia baru,” kata dia di acara yang dihadiri oleh pemimpin dunia dari 144 negara tersebut.

2. Dunia yang baru bukan ditentukan oleh senjata

WhatsApp Image 2025-07-10 at 17.01.05.jpeg
Presiden ke-5 RI Megawati Soekarnoputri saat menghadiri undangan Partai Komunis China (IDN Times/Amir Faisol)

Menurut Megawati, dunia baru yang dimaksud Bung Karno bukanlah tatanan yang ditentukan oleh kekuatan senjata atau siapa yang menang dalam perang, melainkan dunia yang berdiri di atas nilai-nilai luhur kemanusiaan dan keadaban.

“Dunia baru yang beliau maksud adalah dunia yang dibangun bukan di atas senjata, tetapi di atas nilai-nilai luhur kemanusiaan. Dunia yang bukan ditentukan oleh siapa yang paling kuat, tetapi oleh siapa yang paling beradab,” kata dia.

3. Semangat antipenjajahan dalam Dasa Sila Bandung

IMG-20250710-WA0045.jpg
Presiden Kelima Republik Indonesia sekaligus Ketua Umum DPP PDI Perjuangan, Megawati Soekarnoputri, menjadi pembicara pertama dalam forum Dialog Peradaban Global (dok. PDIP)

Megawati menegaskan, salah satu bukti nyata, semangat solidaritas dan antipenjajahan yang tertuang dalam Dasa Sila Bandung. Dasa Sila Bandung merupakan sepuluh prinsip hasil Konferensi Asia Afrika 1955 yang menyerukan penghormatan terhadap kedaulatan, penolakan terhadap penjajahan dan rasisme, dukungan terhadap kemerdekaan nasional, serta penguatan kerja sama damai antarbangsa. Prinsip ini menjadi simbol solidaritas bangsa-bangsa Global South untuk melawan dominasi kekuatan imperialis.

Lewat pidatonya, Megawati mengingatkan dunia bahwa nilai-nilai anti-kolonialisme dan solidaritas Asia-Afrika yang dirintis 70 tahun lalu di Bandung masih sangat relevan dan menuntut aktualisasi konkret di tengah ketidakadilan global masa kini.

Semangat tersebut, menurutnya, belum sepenuhnya diwujudkan adalah penderitaan bangsa Palestina yang masih terjadi hingga detik ini. “Salah satu bukti paling nyata adalah penderitaan yang terus dialami oleh bangsa Palestina, yang hingga hari ini masih memperjuangkan hak dasarnya untuk mempunyai negara dan menjadi bangsa yang merdeka dan berdaulat,” imbuhnya.

Share
Editor’s Picks
Topics
Editorial Team
Anata Siregar
EditorAnata Siregar
Follow Us