Balas Kegilaan Putin, Ceko Perketat Masuknya Turis Rusia ke Negaranya

Diberlakukan setelah serangan misil ke Ukraina

Jakarta, IDN Times - Pemerintah Republik Ceko, pada Rabu (12/10/2022), mengumumkan pembatasan bagi turis asal Rusia, termasuk pemegang visa Schengen. Keputusan ini menanggapi serangan misil ke berbagai kota di Ukraina setelah ledakan di Jembatan Krimea. 

Sebelumnya, Finlandia dan Polandia sudah memberlakukan kebijakan yang sama dengan negara Baltik untuk membatasi masuknya warga Rusia ke negaranya. Aturan ini demi mencegah warga Rusia masuk ke teritorinya, terutama setelah adanya kebijakan mobilisasi militer. 

1. Warga Rusia pemegang visa Schengen dilarang masuk Ceko

Keterangan di atas disampaikan oleh Menteri Luar Negeri Republik Ceko, Jan Lipavsky dalam konferensi pers di Praha. Pembatasan itu akan dimulai pada 25 Oktober dan larangan akan diberlakukan bagi warga Rusia dengan kepentingan wisata, olahraga, maupun budaya. 

"Sementara Rusia melancarkan serangan roket yang mengenai taman bermain anak-anak dan warga di Ukraina. Sekitar 200 warga Federasi Rusia melakukan perjalanan ke Republik Ceko lewat bandara internasional setiap harinya," tutur Lipavsky, dikutip RFE/RL

Melalui aturan pembatasan ini, warga Rusia yang telah memegang visa Schengen terbitan negara anggota Uni Eropa manapun tetap tidak diperbolehkan masuk ke teritori Republik Ceko.

Sejak awal perang Rusia-Ukraina, Republik Ceko sudah membatasi masuknya warga Rusia dengan membatasi pengabulan visa. Namun, negara Eropa Tengah itu masih memperbolehkan masuknya pengunjung asal Rusia lewat bandara.  

Baca Juga: Perusahaan AS Ternyata Penyuplai Teknologi Pembuat Rudal Rusia

2. Ceko tolak berikan visa kemanusiaan bagi warga Rusia yang kabur dari mobilisasi

Pada September lalu, Menlu Lipavsky sudah mengutarakan bahwa negaranya tidak akan mengabulkan visa kemanusiaan bagi warga negara Rusia yang melarikan diri dari mobilisasi militer. 

"Saya paham bahwa warga Rusia kabur karena frustasi atas keputusan Presiden Putin. Namun, semua warga yang melarikan diri karena mereka tidak ingin ikut menjalankan tugas dari pemerintahannya, mereka tidak memenuhi kriteria untuk mendapatkan visa kemanusiaan," paparnya, dikutip Reuters.

Pernyataan itu sejalan dengan beberapa anggota Uni Eropa lainnya, seperti Latvia, Lithuania, dan Estonia. Negara Baltik tersebut juga mengungkapkan tidak akan menawarkan status pengungsi bagi warga Rusia yang kabur dari mobilisasi militer. 

3. Terdapat petisi Ceko menganeksasi Kaliningrad

Setelah aneksasi ilegal empat wilayah Ukraina ke dalam teritori Rusia, politikus Republik Ceko mengutarakan petisi candaan terkait aneksasi Kaliningrad dari Rusia ke negaranya. Tanpa disangka, petisi tersebut berhasil membuahkan 13 ribu tanda tangan. 

"Kami percaya bahwa Rusia telah bermain dengan Kaliningrad selama ini dan ini saatnya mereka mengembalikannya karena sudah menjadi budaya kami selama kurang dari 800 tahun keberadaannya. Pasalnya, kota itu didirikan untuk menghormati raja Ceko dan seharusnya diserahkan ke pemiliknya," tulis dalam petisi tersebut, dilansir Newsweek.

Selama berlangsungnya Perang Dunia II, Kaliningrad atau yang bernama Koenigsberg, merupakan bagian dari Jerman. Kota penting di Laut Baltik itu diserahkan kepada Uni Soviet sesuai dalam Konferensi Potsdam tahun 1945. 

Setelah pecahnya Uni Soviet, Kaliningrad menjadi wilayah terluar Federasi Rusia yang diapit oleh negara Baltik dan Polandia.

Baca Juga: Abaikan China, Lithuania Buka Kantor Perwakilan di Taiwan

Brahm Photo Verified Writer Brahm

-

IDN Times Community adalah media yang menyediakan platform untuk menulis. Semua karya tulis yang dibuat adalah sepenuhnya tanggung jawab dari penulis.

Topik:

  • Vanny El Rahman

Berita Terkini Lainnya