Bolivia Sebut Mantan Presiden Argentina Ada di Balik Kudeta 2019

Diduga kirimkan senjata kepada militer Bolivia

La Paz, IDN Times - Pemerintah Bolivia menuding mantan Presiden Argentina Mauricio Macri yang berada di balik kudeta pada akhir 2019 lalu. Berdasarkan bukti dokumen tersebut menunjukkan Argentina telah membantu militer dalam melengserkan Evo Morales yang sudah memimpin Bolivia selama 13 tahun. 

Setelah lengsernya Evo Morales, kemudian pemerintahan Bolivia diambil alih oleh pemimpin sayap kanan Jeanine Áñez. Namun pemerintahan kembali ke sayap kiri usai terpilihnya Luis Arce sebagai orang nomor satu di negara Amerika Selatan tersebut. 

1. Bolivia mengecam tindakan Mauricio Macri atas kudeta 2019

Bolivia Sebut Mantan Presiden Argentina Ada di Balik Kudeta 2019Mantan Presiden Argentina Mauricio Macri. (instagram.com/mauriciomacri)

Pemerintah Bolivia pada hari Kamis (07/07/2021) memberikan kecaman kepada mantan Presiden Argentina Mauricio Macri atas keikutsertaannya dalam insiden kudeta di Bolivia pada November 2019. Mantan presiden sayap kanan Argentina tersebut terbukti mengirimkan persenjataan kepada militer Bolivia untuk melakukan pemberontakan. 

Bahkan kudeta tersebut menyebabkan lengsernya Presiden Evo Morales yang sudah memimpin Bolivia sejak tahun 2006. Selain itu, militer Bolivia disebut melakukan aksi penekanan dan kekerasan terhadap pemrotes saat terjadinya kudeta di negara Amerika Selatan tersebut.

Menlu Bolivia, Rogelio Mayta menemukan surat yang dikirimkan oleh kepala Angkatan Udara Bolivia saat kudeta Brigadir Jorge Gonzalo Terceros Lara kepada Dubes Argentina Normando Alvarez Garcia. Keduanya sudah melakukan transaksi beberapa macam senjata yang dikirim dari Argentina untuk meningkatkan persenjataan tentara dan mengucapkan terima kasih kepada pemerintahan Macri, dilansir dari laman Mercopress

2. Presiden Alberto Fernandez meminta maaf atas kasus ini

Baca Juga: Meksiko Sumbang AstraZeneca ke Belize, Bolivia dan Paraguay

Menanggapi dugaan kasus pengiriman amunisi dari Argentina di masa kepemimpinan Mauricio Macri, maka Presiden Argentina Alberto Fernandez meminta maaf kepada pemerintah dan masyarakat Bolivia. Fernandez mengungkapkan jika tindakan pemerintahan lama telah membuat penderitaan di Bolivia terkait dengan tindakan represi dan kekerasan pada pendemo. 

Di samping itu, Menlu Bolivia Rogelio Maita juga turut mengecam aksi ini sebagai bentuk koordinasi internasional untuk menindas rakyat Bolivia. Bahkan ia membandingkan insiden kudeta tersebut seperti halnya Operasi Burung Kondor yang dilancarkan oleh diktator militer di seluruh Amerika Selatan pada tahun 70an. 

Pemerintah Bolivia menyebut persenjataan tersebut digunakan oleh polisi dan tentara ketika pembantaian Sacaba pada 15 November 2019 dan pembantaian Senkata pada 17 November 2019. Insiden tersebut menyebabkan lebih dari 30 orang tewas dari para penentang pelengseran Evo Morales, dikutip dari laman El Pais

3. Diduga terdapat pelanggaran HAM dalam kudeta Bolivia

Dilaporkan dari El Pais, insiden berdarah di Sacaba dan Senkata tengah diinvestigasi oleh para ahli yang dibentuk oleh Komisi HAM Inter-Amerika. Namun oposisi Bolivia tidak dapat diadili karena saat itu memiliki mayoritas dalam parlemen yang memutuskan jeratan melawan Áñez, di mana ia juga memiliki imunitas sebagai mantan presiden. 

Akan tetapi kasus penahanan Áñez beberapa waktu lalu terkait dengan dugaan kasus sebelum inagurasinya sebagai presiden sementara. Sejumlah pengacara oposisi dan organisasi HAM internasional menyebut terdapat keanehan dalam terpilihanya Áñez sebagai orang nomor satu di Bolivia. 

Pada 2019 lalu, Presiden Evo Morales mundur dari kepemimpinannya di Bolivia dan meninggalkan negaranya setelah adanya tekanan dari militer. Bahkan oposisi Carlos Mesa menuding terdapat kecurangan dalam pemilu pada Oktober 2019. 

Kemudian pemerintahan Bolivia diambil alih oleh mantan juru bicara senat Jeanine Anez dan Morales menyebut ini sebagai aksi kudeta. Kemudian pada pemilu 18 Oktober 2020 lalu, capres dari Partai MAS, Luis Arce berhasil memenangkan pilpres, dilaporkan dari Sputnik News

Baca Juga: Meksiko Sumbang AstraZeneca ke Belize, Bolivia dan Paraguay

Brahm Photo Verified Writer Brahm

-

IDN Times Community adalah media yang menyediakan platform untuk menulis. Semua karya tulis yang dibuat adalah sepenuhnya tanggung jawab dari penulis.

Topik:

  • Novaya

Berita Terkini Lainnya