Ekuador Gelar Pilpres di Tengah Buruknya Ekonomi dan Pandemi

Diprediksi beralih ke sayap kiri

Quito, IDN Times - Pemilihan presiden Ekuador resmi diselenggarakan pada hari Minggu (07/02). Meski masih ada di tengah situasi pandemi COVID-19, pemerintah tetap menyelenggarakan pilpres dengan penerapan kontrol ketat terhadap protokol kesehatan pada setiap pemilih.

Pada pilpres di Ekuador kali ini diprediksi keunggulan akan didapat calon sayap kiri lantaran masih besarnya pengaruh kepemimpinan Rafael Correa di negara Amerika Selatan tersebut. 

1. Selenggarakan pemilu di masa pandemi

Ekuador resmi menggelar pemilihan presiden pada Minggu (07/02), meski masih dibayangi masalah pandemi dan naiknya kasus COVID-19. Akibatnya pemerintah setempat memberlakukan pengetatan kontrol terhadap para pemilih agar tetap menjaga jarak dan menggunakan masker, dikutip dari France24

Namun adanya penerapan pembatasan jarak justru sebabkan antrian panjang para pemilih di tempat pemilihan umum. Akan tetapi pemilu presiden kali ini mendapatkan antusias yang tinggi dari masyarakat Ekuador yang sudah lelah dengan situasi ekonomi yang kian memburuk akibat pandemi, dilansir dari CNN

2. Andrez Araus jadi calon favorit pemenang pilpres

Ekuador Gelar Pilpres di Tengah Buruknya Ekonomi dan PandemiCalon Presiden Andres Arauz. twitter.com/ecuarauz/

Melansir dari AP News, terdapat 16 kandidat yang berkompetisi dalam pemilu presiden kali ini untuk menggantikan Presiden Lenín Moreno. Nantinya salah satu kandidat harus meraih suara 50 persen atau paling tidak 40 persen dengan 10 persen lebih tinggi dari kandidat nomor dua, demi menghindari ronde kedua pada 11 April. 

Sebelumnya Lenin Moreno mendapatkan protes lantaran menerapkan kebijakan pro marketnya yang diharapkan dapat meningkatkan melambatnya ekonomi. Namun kebijakan tersebut menyulut kemarahan masyarakat hingga adanya demonstrasi besar selama 10 hari pada tahun 2019, dikutip dari CNN.

Namun pengaruh pemimpin sebelum Moreno, Rafael Correa di Ekuador masih besar lantaran mampu mengentaskan kemiskinan dalam jumlah besar di tahun 2000an, meski kini harus mengasingkan diri karena terjerat skandal korupsi. Lantas hal ini membuat kandidat sayap kiri Andrés Arauz difavoritkan unggul dalam pilpres Ekuador kali ini. 

Arauz yang sempat menjabat sebagai menteri kebudayaan dan mengenyam pendidikan di Universitas Michigan mengampanyekan pajak tinggi bagi warga berpenghasilan tinggi. Serta akan menerapkan mekanisme perlindungan konsumen, kredit lokal dan bank umum serta lembaga penyimpanan. 

Nantinya Andrez Arauz (35) akan berhadapan dengan calon kuat lainnya seperti Guillermo Lasso, seorang mantan bankir dan Yaku Pérez yang merupakan aktivis pro lingkungan dan masyarakat asli, dilaporkan dalam The New York Times

Baca Juga: Ekuador Tutup Klinik Penyedia Vaksin COVID-19 Palsu

3. Adanya tren aliran sayap kiri di Amerika Selatan

Sebelumnya negara-negara di kawasan Amerika Selatan sudah mengalami pergeseran tren ke aliran sayap kiri beberapa tahun belakangan ini. Setelah kembali terpilihnya pemimpin beraliran sosialis Alberto Fernández di Argentina pada tahun 2019 dan terpilihnya Luis Arce di Bolivia pada akhir 2020. 

Mengutip dari The New York Times, siapapun pemenang dalam pilpres Ekuador tahun ini harus bekerja keras untuk meningkatkan negara pemroduksi minyak bumi tersebut keluar dari krisis ekonomi yang diperparah oleh pandemi. Analis politik juga mengatakan bahwa selama ini minyak bumi Ekuador dikirim ke Tiongkok sebagai ganti pembayaran utang negara.

Baca Juga: Ekuador Tutup Klinik Penyedia Vaksin COVID-19 Palsu

Brahm Photo Verified Writer Brahm

-

IDN Times Community adalah media yang menyediakan platform untuk menulis. Semua karya tulis yang dibuat adalah sepenuhnya tanggung jawab dari penulis.

Topik:

  • Novaya

Berita Terkini Lainnya