Kazakhstan Bantah Kabar Akan Keluar dari CSTO

Kazakhstan mengaku aktif dalam CSTO

Jakarta, IDN Times - Pemerintah Kazakhstan pada Kamis (15/9/2022) membantah kabar bahwa negaranya akan mundur dari CSTO (Collective Security Treaty Organization) pada awal 2023. Kabar itu santer terdengar setelah pecahnya konflik Armenia-Azerbaijan pada pekan ini. 

Perang Rusia-Ukraina justru mengakibatkan hubungan Kazakhstan-Rusia terus merenggang. Bahkan, negara Asia Tengah itu menolak mengakui kemerdekaan Donetsk dan Luhansk dalam acara SPIEF pada Mei lalu. 

Selain itu, salah satu pejabat di Kazakhstan beberapa waktu lalu juga mengungkapkan bahwa Rusia akan menargetkan serangan ke teritorinya jika tidak menyerang Ukraina. 

1. Kemenlu Kazakhstan sebut berita itu hanyalah karangan

Keterangan di atas disampaikan oleh Kementerian Luar Negeri Kazakhstan, yang menyangkal laporan terkait negaranya meninggalkan CSTO. Pihaknya menganggap bahwa kabar yang tersebar di media sosial adalah fiksi. 

"Informasi yang tersebar di sejumlah media sosial kemarin terkait rencana mundurnya Kazakhstan dari CSTO adalah sebuah karangan fiksi dan sama sekali tidak berdasarkan kenyataan yang ada," paparnya. 

Pernyataan tersebut disampaikan oleh Presiden Kassym-Jomart Tokayev melalui sesi wawancara dengan Russia-24. 

"Semua yang dikabarkan bahwa Kazakhstan diduga tidak aktif dan bahkan akan mundur dari keanggotaan EAEU (Eurasian Economic Union) dan CSTO adalah tidak benar," tutur Tokayev. 

Baca Juga: Ibu Kota Kazakhstan Ganti Nama untuk Keempat Kalinya, Kini Astana

2. Tokayev akui hubungan Rusia-Kazakhstan tidak sehat

Kazakhstan Bantah Kabar Akan Keluar dari CSTOPresiden Kazakhstan, Kassym-Jomart Tokayev. (twitter.com/TokayevKZ)

Meskipun demikian, Presiden Tokayev mengakui bahwa hubungan antara Kazakhstan dan Rusia jauh dari kata ideal saat ini. Ia juga mengelak pendapat bahwa Rusia yang menyelamatkan Kazakhstan dan harus tunduk di bawah kaki Rusia. 

"Untuk CSTO, saya mengatakan di Moskow bahwa dalam 30 tahun terakhir, ini adalah pertama kalinya CSTO membuktikan dirinya dengan mengirim kontingen yang terbesar ke Kazakhstan. Saya menekankan ini bukan Rusia, tapi CSTO," tutur Tokayev, dikutip Euro Weekly News.

"Di Rusia beberapa orang salah merepresentasikan situasi yang menganggap bahwa Rusia menyelamatkan Kazakhstan. Maka dari itu, Kazakhstan harus selamanya melayani dan berlutut di bawah kaki Rusia. Saya percaya bahwa ini adalah alasan yang tidak bisa dibenarkan, jauh dari realita," sambung Tokayev.

3. CSTO enggan kirimkan pasukan ke Armenia

Setelah pecahnya konflik Armenia-Azerbaijan, seluruh pemimpin CSTO mengadakan pertemuan, termasuk Presiden Kazakhstan, Kassym-Jomart Tokayev. Pertemuan tersebut terkait permintaan Armenia untuk pengerahan pasukan CSTO ke negaranya. 

Sementara, Tokayev menekankan bahwa konflik tersebut hanya dapat diselesaikan lewat jalan politik dan diplomasi. Ia juga menekankan kepada keduanya agar menerapkan sejumlah kebijakan untuk menstabilkan situasi dan mulai mengadakan negosiasi sesegera mungkin, dilansir The Astana Times.

Sayangnya, CSTO mengumumkan bahwa pengiriman pasukan dan persenjataan ke Armenia bukan sebagai agendanya. Hal itu membuat kecewa Armenia yang wilayahnya diduduki oleh pasukan Azerbaijan dalam konflik perbatasan kali ini. 

Dilaporkan Eurasianet, Armenia selama ini meragukan CSTO terkait kemampuannya memberikan jaminan keamanan bagi negaranya. Hal ini setelah tidak adanya respons dari organisasi pertahanan tersebut usai Azerbaijan melancarkan inkursi wilayah pada tahun lalu. 

Baca Juga: Kunjungi Kazakhstan, Paus Fransiskus Kritik Perang Rusia di Ukraina

Brahm Photo Verified Writer Brahm

-

IDN Times Community adalah media yang menyediakan platform untuk menulis. Semua karya tulis yang dibuat adalah sepenuhnya tanggung jawab dari penulis.

Topik:

  • Vanny El Rahman

Berita Terkini Lainnya