Maduro Ajak Presiden Guyana Berdialog Selesaikan Isu Perbatasan

Venezuela-Guyana makin panas

Jakarta, IDN Times - Presiden Venezuela, Nicolas Maduro, mengajak Presiden Guyana, Irfaan Ali untuk berdialog dalam menyelesaikan masalah perbatasan kedua negara. Ia menginginkan agar klaim wilayah Guyana Essequibo ini dapat diselesaikan dengan damai. 

Belakangan ini, hubungan Venezuela-Guyana terus memanas di tengah proses lelang tender proyek minyak bumi di lepas pantai Essequibo. Caracas pun menolak proses tersebut lantaran dan menuduh Georgetown hendak mengeksploitasi sumber daya alam tanpa seizin Venezuela.  

Baca Juga: Krisis Politik Venezuela, AS: Kami Tak Akui Kepemimpinan Maduro

1. Maduro ingin bertemu langsung dengan Irfaan Ali

Maduro mengatakan satu-satunya solusi untuk mengatasi masalah perbatasan di Guyana Essequibo ini adalah melanjutkan dialog dan negosiasi dengan Guyana. 

"Hanya satu solusi dalam mengatasi masalah ini, yakni melanjutkan dialog, bertemu langsung dengan pemimpin Guyana. Saya siap bertemu dengan Presiden Irfaan Ali dengan cepat di lokasi yang dipilih di Karibia untuk melanjutkan negosiasi dan mengakhiri ancaman ini," tutur Maduro pada Senin (25/9/2023), dikutip France24.

Kedua negara Amerika Selatan itu telah mengunci hubungan diplomatik mereka sejak Guyana memulai proses lelang pengeboran minyak di Essequibo. Setelah, ditemukannya minyak bumi di lepas pantai Guyana pada 2015. 

Dari sejumlah perusahaan yang ikut dalam lelang tersebut adalah perusahaan Amerika Serikat (AS), Exxon Mobil. Perusahaan itu pula yang melakukan eksplorasi minyak bumi di lepas pantai Essequibo. 

Baca Juga: Venezuela Tolak Intervensi AS soal Sengketa Perbatasan Guyana

2. Maduro desak Guyana ikuti Perjanjian Jenewa 1966

Pada saat yang sama, Maduro juga mendesak agar Guyana mengikuti aturan dalam Perjanjian Jenewa 1966 terkait sengketa teritori di Essequibo. Ia pun menekankan pentingnya kelanjutan hubungan diplomatik kedua negara. 

Dalam Perjanjian Jenewa 1966, Inggris Raya setuju menandatangani klaim yang diajukan oleh Venezuela atas wilayah barat Sungai Essequibo beberapa bulan sebelum Guyana merdeka. Klaim atas wilayah itu sudah disampaikan sejak 1840 usai menuduh pengadilan internasional dipaksa menguntungkan Inggris Raya dalam menggambar garis perbatasan. 

Dilaporkan Telesur, pemimpin sayap kiri itu juga mengkritik intervensi Amerika Serikat (AS) yang mendukung penuh Guyana atas wilayah Essequibo. Ia menyebut bahwa Washington dengan Komando Selatan berniat mengubah Guyana menjadi basis militer untuk menyerang Venezuela. 

Presiden Maduro menambahkan bahwa AS telah menetapkan bahwa Guyana adalah teritori strategis bagi mereka pada September 2019. Washington diklaim ingin mengeksploitasi sumber daya alam berupa mineral dan kekayaan energi di wilayah yang diklaim Caracas. 

3. Guyana dan Venezuela ribut di Majelis Umum PBB

Pekan lalu, dalam Majelis Umum PBB Guyana dan Venezuela terlibat saling serang. Presiden Guyana, Mohamed Irfaan Ali menyatakan bahwa Venezuela harus mengikuti kewajibannya di bawah surat PBB untuk menghargai putusan hukum. 

"Ini sangat menyedihkan bahwa selama 57 tahun merdeka, Guyana terus mendapat ancaman bertubi-tubi," ungkap Ali, dikutip Associated Press.

Di sisi lain, Venezuela menekankan bahwa Presiden Ali tidak boleh tersesat ke jalan yang salah. Caracas pun mengklaim tidak pernah mengancam pemerintah maupun rakyat Guyana selama ini. 

Selain itu, Maduro mengingatkan bahwa Guyana adalah saudara Venezuela yang saling membantu lewat perjanjian kooperasi energi Petrocaribe yang dicetuskan oleh eks Presiden Hugo Chavez pada 2005. Melalui perjanjian itu, Venezuela setuju mengirimkan suplai minyak mentak ke negara Amerika Tengah dan Karibia. 

Baca Juga: Venezuela Berhasil Kontrol Penjara yang Dikuasai Geng Kriminal

Brahm Photo Verified Writer Brahm

-

IDN Times Community adalah media yang menyediakan platform untuk menulis. Semua karya tulis yang dibuat adalah sepenuhnya tanggung jawab dari penulis.

Topik:

  • Anata Siregar

Berita Terkini Lainnya