PBB: Ketegangan RD Kongo-Rwanda Kian Mengkhawatirkan

Dikhawatirkan memperparah krisis keamanan di RD Kongo

Jakarta, IDN Times - Perwakilan PBB di Republik Demokratik Kongo, Bintou Keita, pada Senin (11/12/2023), mengatakan ketegangan antara RD Kongo dan Rwanda kian mengkhawatirkan. Pasalnya, situasi ini akan berdampak pada krisis keamanan yang lebih parah di perbatasan kedua negara. 

Beberapa tahun terakhir, wilayah RD Kongo bagian timur telah menjadi salah satu wilayah paling tidak aman di Afrika. Area tersebut menjadi sarang ratusan pemberontak dan teroris yang berafiliasi dengan ISIS. Bahkan, jumlah teror di wilayah itu terus meningkat tiap tahunnya. 

1. Ketegangan dikhawatirkan akan memunculkan konflik regional

Keita mengatakan bahwa wilayah timur RD Kongo sudah mengalami lonjakan serangan dari pemberontak dan teroris. Bahkan, kantong-kantong serangan baru pun sudah muncul di beberapa area yang tak jauh dari pusat aktivitas teroris.

"Provinsi bagian timur RD Kongo akan mengalami peningkatan insekuritas, terutama didalangi oleh aktivitas pemberontak M23. Kantong-kantong serangan sudah terbentuk di beberapa bagian, seperti di Katanga dan Mai-Ndombe, dan Tshopo," terangnya, dikutip Associated Press.

Keita menambahkan, kondisi keamanan di Kivu Utara akan memburuk dengan ketegangan antara RD Kongo-Rwanda. Ia memperingatkan bahwa konfrontasi militer antara kedua negara bisa berdampak pada krisis keamanan dan berpotensi menyeret Burundi. 

Krisis keamanan di RD Kongo telah berdampak besar terhadap krisis kemanusiaan di negara tersebut. Keita menuturkan sebanyak 6,3 juta orang terpaksa mengungsi di RD Kongo karena terdampak kekerasan. 

Baca Juga: 31 Orang Tewas selama Desak-Desakan Perekrutan Militer di Kongo

2. Presiden RD Kongo tuding Rwanda ingin caplok wilayahnya

Presiden RD Kongo Felix Tshisekedi pada Jumat (8/12/2023) membandingkan Presiden Rwnada Paul Kagame dengan diktator Nazi Jerman, Adolf Hitler. Ia menyebut Kagame punya keinginan untuk mengekspansi wilayahnya. 

"Saya ingin membenarkan bahwa Presiden Rwanda Paul Kagame dan mengatakan kepadanya karena ia ingin bertindak seperti Adolf Hitler dengan mengekspansi wilayahnya ke RD Kongo. Saya berjanji Anda akan berakhir seperti Hitler," ungkapnya, dikutip Africa News

"Ketika saya kembali terpilih sebagai presiden, saya akan mengajukan rencana untuk hidup damai berdampingan dengan tetangga kami. Tetapi masalahnya adalah tetangga kami punya mata yang lebih besar dibanding perutnya dan ini dialami oleh Paul Kagame," sambungnya. 

Hubungan Rwanda-RD Kongo terus memanas dan mencapai puncaknya dalam beberapa tahun terakhir, di tengah maraknya serangan dari pemberontak M23 di Kivu Utara. Pemberontak diduga didukung oleh Rwanda dan berhasil menduduki sebagian besar area provinsi itu. 

3. EAC-RF mulai tarik pasukannya dari RD Kongo

Pekan lalu, Pasukan Gabungan Afrika Timur (EAC-RF) yang terdiri dari gabungan beberapa tentara dari beberapa negara mulai ditarik dari ibu kota Kivu Utara, Goma. Sebanyak 300 pasukan asal Kenya dan 250 tentara Sudan Selatan sudah dipulangkan setelah mandatnya berakhir pada 8 Desember.

Juru bicara militer Burundi, Kolonel Floribert Biyerek, mengatakan pasukannya akan dipulangkan pada akhir pekan ini. Pasukan tersebut akan diangkut menggunakan truk tentara melewati teritori Rwanda hingga sampai di Burundi. 

Sementara itu, Uganda masih belum memberikan keterangan terkait kapan akan memulangkan pasukannya dari RD Kongo. 

EAC-RF sudah diterjunkan di RD Kongo sejak November 2022 untuk melawan pemberontak M23 di Kivu Utara. Namun, pemerintah RD Kongo menganggap pasukan itu tidak efektif dan tidak memperpanjang persetujuan dengan keempat negara. 

Baca Juga: Pelecehan Seksual, Pasukan Perdamaian PBB di Kongo Dipulangkan

Brahm Photo Verified Writer Brahm

-

IDN Times Community adalah media yang menyediakan platform untuk menulis. Semua karya tulis yang dibuat adalah sepenuhnya tanggung jawab dari penulis.

Topik:

  • Vanny El Rahman

Berita Terkini Lainnya