Polisi Chad Tangkap Aktivis yang Sambut Kembalinya Pemimpin Oposisi

Dianggap rencanakan demonstrasi besar

Jakarta, IDN Times - Kepolisian Chad mengumumkan penangkapan puluhan aktivis Les Transformateurs di N'Djamena pada Senin (9/10/2023), di saat mereka bersiap menyambut kepulangan pemimpin oposisi Succès Masra. Mereka dianggap berkumpul untuk merusak stabilitas dan ketertiban umum di ibu kota. 

Masra merupakan tokoh oposisi terkuat di Chad yang telah mengasingkan diri ke Belgia usai demonstrasi yang berakhir ricuh pada 20 Oktober 2022. PBB mencatat bahwa kekerasan yang dilakukan aparat kepolisian mengakibatkan setidaknya 50 demonstran tewas. 

Baca Juga: Pemberontak Deklarasikan Balas Dendam atas Rezim Militer Chad

1. Pemerintah militer klaim hanya 50 aktivis yang ditangkap

Menteri Keamanan Publik, Mahamat Charfadine Margui mengatakan bahwa hanya ada sekitar 50 aktivis Les Transformateurs ditangkap pada Minggu (8/10/2023).

"Aktivis itu berkumpul untuk melancarkan sebuah aksi untuk merusak keamanan publik di tengah perayaan demonstrasi akbar pada 20 Oktober 2022. Insiden ini berlangsung hanya tiga haru setelah partau mengumumkan kembalinya Succes Masra ke Chad pada 18 Oktober nanti," tutur Margui, dikutip RFI.

Di sisi lain, pemimpin Partai Les Transformateurs, Succes Masara mengatakan bahwa lebih dari 200 aktivis ditangkap oleh aparat keamanan. Mereka ditangkap saat menggarap proyek renovasi kantor pusat partau dan mendirikan sebuah spanduk dan poster.

Pada 10 September, Masra sudah mengumumkan keputusannya untuk kembali ke negaranya dan berjuang bersama rakyat Chad.

Baca Juga: PBB: 60 Ribu Warga Sudan Mengungsi ke Chad Sejak Konflik Dimulai 

2. Masra ditetapkan sebagai buronan di Chad

Succes Masra sudah melayangkan surat terkait tanggal dan jam kepulangannya kepada Kementerian Keamanan Publik pada Kamis (5/10/2023). Permintaan itu untuk izin mengadakan acara besar dan penjagaan dari aparat keamanan dalam menyambut Masra.

Alih-alih mendapat sambutan baik, beberapa jam setelahnya, pemerintah langsung pun mengumumkan perintah penangkapan kepadanya. Ia dianggap merencanakan upaya merusak keamanan publik dan menyulut kebencian di Chad. 

Di sisi lain, koordinator Citizen Movement for the Preservation of Freedoms (MCPL), Sosthenes Mbernodji mengungkapkan bahwa polisi sudah melakukan penggeledahan di kantor pusat partai dan pihak pengurusnya. 

"Tindakan ini mengindikasikan bahwa negara mendukung sikap gangsterisme. Mereka datang untuk menggeledah rumah dan melakukan penjagaan. Ini sangat disayangkan karena sebuah kemunduran. Sudah saatnya mereka berhenti melakukan kekerasan yang marak terjadi belakangan ini," katanya, dilansir Deutsche Welle.

3. Presiden Deby sebut berniat kembalikan kekuasaan ke tangan sipil

Dalam turnya ke Abeche, Presiden Mahamat Idriss Deby mengatakan dalam sebuah tayangan televisi lokal. Ia pun mengungkapkan kesuksesannya dalam membangun fasilitas dan akses air minum di Abeche. 

Ia pun menyinggung soal persiapan pemilu yang adil dan bebas di Chad yang akan dimulai pada November 2024. Deby juga menekankan bahwa Chad bersedia menampung 400 ribu pengungsi dari Sudan, meskipun negaranya tengah didera konflik internal dan banjir. 

Dilansir VOA News, Deby ditunjuk sebagai Presiden Chad pada 21 April 2021 menyusul tewasnya ayahnya, Idriss Déby usai terluka ketika mengunjungi tentaranya di garis depan untuk melawan kelompok teroris.

Proses transisi demokrasi dari militer ke sipil di Chad sebenarnya sudah berakhir pada Oktober 2022. Namun, pihak militer memutuskan untuk memperpanjang proses transisi 24 bulan ke depan. Dalam keputusan itu juga ditetapkan Deby berhak mencalonkan sebagai presiden pada 2024. 

Baca Juga: Balas Dendam, Kini Jerman Usir Duta Besar Chad

Brahm Photo Verified Writer Brahm

-

IDN Times Community adalah media yang menyediakan platform untuk menulis. Semua karya tulis yang dibuat adalah sepenuhnya tanggung jawab dari penulis.

Topik:

  • Anata Siregar

Berita Terkini Lainnya