Presiden Lebanon Lepas Jabatannya di Tengah Krisis Ekonomi

Belum ada pengganti resmi Aoun

Jakarta, IDN Times - Presiden Lebanon, Michel Aoun pada Minggu (30/10/2022), memutuskan meninggalkan jabatannya tanpa adanya pengganti. Perginya presiden berusia 89 tahun ini dilakukan di tengah kondisi negaranya yang berada di ambang kebangkrutan akibat krisis ekonomi. 

Pekan lalu, Aoun sudah menyetujui perbatasan maritim antara Lebanon dan Israel di Laut Mediterania. Kesepakatan Lebanon-Israel ini disetujui berkat mediasi Amerika Serikat (AS) dan disebut sebagai pembukaan baru lembaran hubungan kedua negara yang terus bersitegang sejak 1948. 

Baca Juga: Dibantu AS, Israel-Lebanon Sepakati Perjanjian Batas Maritim  

1. Aoun memperingatkan kekacauan konstitusi di Lebanon

Keputusan Aoun ini menyusul habisnya 6 tahun kepemimpinnya di Lebanon. Sesuai pidatonya di luar Istana Baabda, ia menyetujui pengunduran sehari sebelum jabatannya resmi berakhir dan memperingatkan akan adanya kekacauan konstitusional. 

"Lebanon tengah memasuki lembaran baru yang membutuhkan usaha besar untuk memperbaiki situasi," tutur Aoun, dilansir Al Jazeera.

"Tanpa upaya ini, kami tidak dapat mengakhiri penderitaan kita. Kami tidak dapat berdiri di atas kaki kita sendiri. Kami tidak dapat menyelamatkan Lebanon untuk keluar dari lubang besar ini," sambungnya. 

Setelah itu, pemerintahan sementara kini dipegang oleh Najib Mikati yang gagal membentuk kabinet pemerintahan baru sejak terpilih pada 15 Mei lalu. Bahkan, ini memperpanjang kelanjutan pemerintahan dan melanjutkan tensi politik di Lebanon.

Baca Juga: Lebanon Berencana Pulangkan 15 Ribu Pengungsi Suriah setiap Bulan

2. Aoun dipandang sebagai pelindung sistem sektarian di Lebanon

Selama kepemimpinan Aoun sejak 2016, Lebanon terus dirundung perpecahan. Pasalnya, ia dipandang sebagai pelindung sistem sektarian oleh masyarakat Kristiani. Namun, Aoun dituding memperbolehkan korupsi dan membantu kelompok teroris Hezbollah. 

Pemimpin berusia 89 tahun itu dikenal sebagai komandan tentara Lebanon ketika pecahnya perang sipil tahun 1975-1990. Setelah itu, ia dituduh sebagai seorang rival utama dua kepala negara di Lebanon yang membuatnya harus mengasingkan diri ke luar negeri. 

Dilaporkan Reuters, usai 15 tahun pergi, Aoun kembali ke Beirut dan disebut sebagai sosok yang bersekutu dengan Hezbollah. Kelompok itu yang memberikan persenjataan kepada kelompok Kristiani Lebanon dan itu yang membantunya maju sebagai presiden pada 2016 silam. 

Selama 6 tahun kepemimpinannya, tentara Lebanon terus melakukan perlawanan kepada militan Islam di perbatasan Suriah pada 2017. Perang itu berhasil dimenangkan berkat bantuan Hezbollah. 

Baca Juga: Dua Nasabah Bank di Lebanon Ambil Paksa Uangnya yang Diblokir

3. Krisis Lebanon diperparah dengan wabah kolera

Kegagalan pembentukan pemerintahan politik di Lebanon diketahui punya dampak besar dalam merebaknya kolera bulan ini. Itu diperparah dengan krisis ekonomi yang mengakibatkan mata uang Lebanon kehilangan 90 persen nilainya dan layanan kesehatan untuk warga sulit diakses. 

Sementara itu, kolera telah merebak akibat kurangnya pencegahan dari pemerintah setempat. Pasalnya, wabah ini sangat cepat menular lewat air kotor dan pada area dengan kondisi sanitasi yang minim, dilaporkan BBC.

Alhasil, Lebanon menjadi salah satu dari 29 negara yang telah melaporkan merebaknya kasus kolera sejak Januari tahun ini. Beberapa negara dengan perkembangan kolera cukup signifikan adalah Suriah, Afghanistan, Pakistan, dan Haiti. 

Menurut WHO, kurang dari 20 negara dilaporkan memiliki rerata kasus kolera dalam lima tahun terakhir. Bahkan, WHO menyebut infeksi kolera tahun ini berbeda dari sebelumnya akibat terus naik dan kelangkaan suplai vaksin. 

Brahm Photo Verified Writer Brahm

-

IDN Times Community adalah media yang menyediakan platform untuk menulis. Semua karya tulis yang dibuat adalah sepenuhnya tanggung jawab dari penulis.

Topik:

  • Anata Siregar

Berita Terkini Lainnya