Dibantu AS, Israel-Lebanon Sepakati Perjanjian Batas Maritim  

Israel-Lebanon akhiri sengketa perbatasan  

Tangerang Selatan, IDN Times - Lebanon dan Israel pada Kamis (27/10/2022) resmi menyepakati perjanjian terkait batas maritim yang dibantu oleh Amerika Serikat (AS). Pakta tersebut memungkinkan keduanya berbagi eksplorasi energi di lepas pantai.

Presiden Lebanon, Michel Aoun, menandatangani perjanjian tersebut di Istana Kepresidenan Beirut. Surat tersebut nantinya akan diserahkan kepada pejabat AS di Naqoura, perbatasan Lebanon selatan. 

1. Lebanon-Israel akhiri sengketa perbatasan di laut Mediterania yang berlimpah gas   

Negosiator top Lebanon, Elias Bou Saab, mengatakan bahwa kesepakatan telah mengakhiri sengketa perbatasan maritim di Laut Mediterania yang kaya akan gas alam. Perdana Menteri Israel, Yair Lapid, juga meratifikasi perjanjian tersebut.

"Tidak setiap hari negara musuh mengakui negara Israel, dalam perjanjian tertulis, dalam pandangan komunitas internasional," ujar Lapid kepada kabinetnya dalam pernyataan siaran.

Perjanjian itu disepakati setelah menjalani pembicaraan berbulan-bulan yang dimediasi oleh Amos Hochstein selaku utusan AS bagian urusan energi.

Sebagai informasi, Lebanon-Israel tidak memiliki hubungan diplomatik. Kedua negara telah berperang sejak Israel berdiri pada 1948.

Lebanon berusaha untuk menghindari anggapan bahwa perjanjian itu merupakan bentuk normalisasi dengan Israel. Beirut juga bersikeras akan menandatangani lampiran lainnya di markas UNIFIL di kota Naqoura pada ruangan yang terpisah dengan Israel.

Kesepakatan itu diharapkan mulai segera berlaku, tepatnya setelah perwakilan AS di misi penjaga perdamaian PBB resmi mengumumkan persetujuan kedua belah pihak.

Baca Juga: Dua Nasabah Bank di Lebanon Ambil Paksa Uangnya yang Diblokir

2. Demarkasi maritim dilakukan Lebanon untuk atasi krisis ekonomi  

Beirut melihat, demarkasi perbatasan maritim berpeluang membuka investasi asing, sehingga mampu memulihkan Lebanon dari krisis ekonomi.

Menteri Luar Negeri Lebanon, Abdallah Bou Habib, mengatakan masyarakat memiliki harapan besar bahwa negaranya akan menjadi negara penghasil gas.

Menurutnya, Lebanon membutuhkan waktu untuk mulai mengekstraksi gas. Cadangan gas di reservoir lepas pantainya juga belum terbukti. 

Dia juga mengonfirmasi terkait laporan pemerintahan Lebanon, yang telah memberikan kendali sementara kepada perusahaan minyak asal Prancis atas blok gas lepas pantai yang sebelumnya disengketakan.

“Total Energies dan mitranya harus mulai bekerja di wilayah yang disepakati dengan pemerintah Lebanon, yaitu blok Nomor 9 di lapangan Qana,” katanya.

Dalam perjanjian tersebut, Israel menerima hak penuh dalam mengeksplorasi ladang Karish. Wilayah tersebut diperkirakan memiliki gas alam cadangan sebesar 68 meter kubik.

Pada gilirannya, Lebanon menerima hak penuh di ladang Qana, tetapi setuju untuk mengizinkan Israel untuk berbagi royalti melalui perjanjian sampingan dengan perusahaan Total Energies. Khususnya untuk bagian lapangan yang melampaui batas laut yang disepakati.

3. AS berharap kesepakatan Lebanon-Israel bertahan panjang

Masa jabatan Presiden Aoun akan berakhir pada 31 Oktober. Terlepas dari presiden berikutnya, AS berharap bahwa kesempatan itu bisa bertahan lama, ujar Hochstein.

Hizbullah, kelompok milisi Syiah yang didukung Iran, menyambut baik kesepakatan Lebanon-Israel. Secara historis, kelompok itu kerap menentang perbuatan Israel.

Di sisi lain, Israel akan mengadakan pemilihan legislatif pada November. Pemimpin oposisi Benjamin Netanyahu mengatakan, partai konservatifnya tidak akan tunduk pada kesepakatan yang digambarkan dia sebagai taktik ilegal pihak berwenang.

Baca Juga: Menegang! Iran Tangkap 10 Orang Diduga Mata-mata Israel

Syahreza Zanskie Photo Verified Writer Syahreza Zanskie

Feel free to contact me! syahrezajangkie@gmail.com

IDN Times Community adalah media yang menyediakan platform untuk menulis. Semua karya tulis yang dibuat adalah sepenuhnya tanggung jawab dari penulis.

Topik:

  • Vanny El Rahman

Berita Terkini Lainnya