Profil Alejandro Giammattei, Presiden Konservatif Guatemala

Pernah dipenjara selama 10 bulan

Jakarta, IDN Times - Alejandro Giammattei merupakan sosok orang nomor satu di Guatemala yang menjabat sejak 2020 silam. Presiden beraliran konservatif itu juga menjadi pemimpin pertama dari Partai Vamos usai mengalahkan Sandra Torres dan melanjutkan kepemimpinan sayap kanan di negara Amerika Tengah itu. 

Namun, terdapat sejumlah masalah dan skandal yang mendera Giammattei selama memimpin Guatemala dalam dua tahun terakhir. Bahkan, ia dianggap gagal dalam membendung imigran asal El Salvador, Honduras dan negaranya yang terus berdatangan menuju ke Amerika Serikat. 

Meskipun demikian, terdapat sejumlah sisi negatif dan positif selama masa kepemimpinan presiden berusia 65 tahun itu di Guatemala. Berikut profil dan fakta tentang Presiden Guatemala, Alejandro Giammattei. 

1. Giammattei merupakan Presiden Guatemala yang memiliki kewarganegaraan Italia

Profil Alejandro Giammattei, Presiden Konservatif GuatemalaPresiden Guatemala Alejandro Giammattei saat berpidato. (twitter.com/DrGiammattei)

Presiden Guatemala yang bernama lengkap Alejandro Eduardo Giammattei Falla itu lahir di Guatemala City pada 9 Maret 1956. Ia sudah menikah dengan Rona Caceres pada tahun 1989 dan memiliki tiga orang anak bernama Marcella, Stefano dan Alejandro. 

Sayangnya, ia dan Caceres sudah bercerai ketika ia mencalonkan sebagai kandidat presiden di Guatemala. Setelah ia terpilih, maka anak pertamanya Marcella yang menyandang status sebagai first lady atau ibu negara di negara Amerika Tengah itu. 

Sesuai dengan nama marganya, Giammattei memiliki darah keturunan Italia dari orangtua dan kakeknya yang merupakan imigran asal negara Eropa bagian selatan itu. Atas hal itu, selain memiliki warga negara Guatemala, ia juga mempunyai kewarganegaraan Italia dan memegang paspor Italia. 

Di sisi lain, Giammattei juga dikenal sebagai seorang dokter bedah yang mengenyam pendidikan di Universidad de San Carlos de Guatemala. Namun, ia diketahui mengidap penyakit sclerosis yang dideritanya sejak muda dan membuatnya agak kesulitan untuk berjalan dan harus menggunakan tongkat, dilansir The Economist

2. Giammattei telah mencalonkan empat kali dalam pilpres Guatemala

Profil Alejandro Giammattei, Presiden Konservatif GuatemalaPresiden Guatemala Alejandro Giammattei. (twitter.com/DrGiammattei)

Baca Juga: Presiden Guatemala: Hukuman Berat Bagi Penyelundup Migran

Dilansir Prensa Libre, Giammattei masuk pertama kali dalam ranah pemerintahan dan pelayanan publik ketika bergabung dengan Kantor Pemadam Kebakaran sebagai seorang relawan di tahun 1986. Empat tahun kemudian ia ditunjuk sebagai manager Empagua (Empresa Municipal de Agua). 

Ia juga sempat menjadi pemimpin bagian Mikrodredit Area di Banco del Cafe (Bancafe) dan dikenal memiliki performa yang baik. Namun, ia juga dikenal sebagai sosok yang mudah marah dan kerap beradu argumen dengan pekerja lainnya. 

Sebelum memenangkan pilpres di tahun 2019, Giammattei sudah maju sebagai calon presiden sebanyak empat kali. Diketahui tiga kali pencalonannya pada tahun 2007, 2011, 2015 bersama tiga partai yang berbeda dan berakhir dengan kegagalan. Pada tahun 2017, ia akhirnya mendirikan partai sayap kanan bernama Vamos.

Kendati demikian, nama Giammattei sudah banyak terdengar luas oleh masyarakat Guatemala sejak ia menjabat sebagai seorang kepala Sistema Penitenciario di Guatemala pada tahun 2006, dikutip El Universal

3. Pernah mendekam di penjara selama 10 bulan atas skandal pembunuhan

Profil Alejandro Giammattei, Presiden Konservatif GuatemalaAlejandro Giammattei saat melantik Menhan Jenderal Aleman Soto di Guatemala City. (twitter.com/DrGiammattei)

Selama menjabat sebagai kepala Sistema Penitenciario di Guatemala, nama Giammattei tidaklah baik lantaran ia tersandung skandal pembunuhan kepada tujuh tahanan. Pasalnya, ia yang mencanangkan Operacion Pavo Real tepat pada 25 September 2006 yang bertujuan untuk menguasai kembali Pavón Penal Rehabilitation Farm. 

Hal itu setelah otoritas kehilangan kekuasaan untuk mengontrol area tersebut dan bahkan para tahanan mendirikan negara mikro dengan sistem pemerintahan tersendiri. Akan tetapi, serbuan ribuan aparat kepolisian dan militer ke dalam penjara itu mengakibatkan setidaknya tujuh narapidana tewas dieksekusi, dikutip dari Al Dia News

Dilaporkan Remezcla, Giammattei ditangkap di tahun 2010 atas dugaan membuat-buat keputusan eksekusi tujuh tahanan di Pavon Penal. Sementara kasus itu diungkap berdasarkan investigasi dari CICIG (Comisión Internacional contra la Impunidad en Guatemala) yang kini sudah dibubarkan. 

Setelah ditangkap Giammattei sempat mendekam 10 bulan di dalam penjara sebelum diadili, tapi ia akhirnya dibebaskan lantaran kurangnya bukti bahwa ia terlibat skandal itu. Akan tetapi, seorang Kepala Polisi Guatemala Erwin Sperisen justru mendapat hukuman hingga 15 tahun penjara atas kasus pembunuhan. 

Selain itu, Giammattei juga dikenal memiliki hubungan dengan beberapa tokoh kontroversial di Guatemala. Pasalnya, selama tiga kali pencalonannya ia sempat berhubungan dengan tokoh yang terjerat kasus suap dan ia disebut didukung oleh anak eks diktator militer Francisco Ortega Menaldo pada pilpres 2019. 

4. Merubah Safe Third Country dan berniat membangun Economic Wall di Guatemala

Profil Alejandro Giammattei, Presiden Konservatif GuatemalaAlejandro Giammattei saat berpidato. (twitter.com/DrGiammattei)

Berbicara mengenai strategi, Giammattei dikenal sebagai sosok yang menolak kebijakan 'safe third country' yang disetujui oleh Donald Trump dan Jimmy Morales pada Juli 2019. Pasalnya, kebijakan itu disetujui atas bayang-bayang ancaman sanksi ekonomi kepada Guatemala dari Amerika Serikat, dilansir Remezcla.

Sesuai perjanjian itu, maka imigran yang melintasi Amerika Tengah menuju ke Amerika Serikat harus mendaftarkan suaka di Guatemala sebelum nantinya dapat meminta suaka ke AS. Setelah perjanjian disetujui, sebanyak 230 imigran asal Honduras dan El Salvador yang telah sampai ke AS dikirim ke Guatemala pada November 2019. 

Persetujuan 'safe third country' juga mendapatkan kritik pedas dari sejumlah organisasi HAM di AS maupun Amerika Tengah. Hal ini terkait kondisi Guatemala yang disebut tidak aman dan kondusif bagi imigran yang melarikan diri dari kemiskinan dan kekerasan di negara asalnya, dilaporkan Al Jazeera

Kendati demikian Giammattei akhirnya tetap melanjutkan perjanjian dengan AS tersebut setelah resmi menjabat. Padahal sebelumnya ia ingin merubah persetujuan dan menginginkan pendirian kebijakan 'economic wall' yang berfungsi meningkatkan peluang kerja dan membendung warganya yang hendak pergi ke Amerika Serikat. 

5. Giammattei dikiritisi atas pencopotan Juan Francisco Sandoval dan dituding terlibat kasus suap

Profil Alejandro Giammattei, Presiden Konservatif GuatemalaJaksa Anti-Korupsi Guatemala, Juan Francisco Sandoval. (twitter.com/EmisorasUnidas)

Selain mencanangkan 'economic wall', Giammattei juga disebut tengah berupaya membuat Guatemala baru dengan meningkatkan perusahaan swasta dan negeri. Ia juga berupaya untuk meningkatkan pelayanan kesehatan dan memerangi malnutrisi serta kelaparan yang terjadi di area pedesaan. 

Di samping itu, pada kampanyenya, Giammattei juga berjanji untuk memerangi korupsi yang telah merajalela di negaranya. Anehnya, ia tidak bersedia mengembalikan CICIG yang secara kontroversial tidak diperpanjang izinnya pada masa kepemimpinan Jimmy Morales di Guatemala, dikutip Remezcla

Kontroversi selama kepemimpinan Giammattei berlanjut ketika secara mengejutkan Kantor Kejagung Guatemala mencopot Jaksa Juan Francisco Sandoval pada Juli 2021. Jaksa yang selama ini mengungkap sejumlah kasus korupsi dan gratifikasi di Guatemala itu dituding menghalangi keadilan dan tidak bertugas sebagaimana mestinya. 

Tak berselang lama, jaksa berusia 40 tahun itu dijadikan sebagai buronan negara dan terpaksa melarikan diri ke Amerika Serikat. Kasus ini mengakibatkan timbulnya penolakan dan kritik dari publik Guatemala maupun sejumlah pemerintah negara lain, dilansir dari Insight Crime

Pada September 2021, sesuai investigasi dari The New York Times, Giammattei dituding terlibat kasus suap dari perusahaan tambang Rusia terkait sewa pengoperasian sebagain pelabuhan laut. Mendengar kabar itu, Pemerintah Guatemala menolak semua tudingan dan menyebut media massa asal New York, AS itu hanya mencari perhatian publik. 

Baca Juga: Presiden Guatemala Tolak Tudingan Korupsi dari Media NYT

Brahm Photo Verified Writer Brahm

-

IDN Times Community adalah media yang menyediakan platform untuk menulis. Semua karya tulis yang dibuat adalah sepenuhnya tanggung jawab dari penulis.

Topik:

  • Novaya

Berita Terkini Lainnya