Tutupi Propaganda, Rusia Denda Google Hingga Desiliun Dolar AS

- Pengadilan Rusia memberikan denda 2,5 desiliun dolar AS kepada Google karena memblokir tayangan saluran Rusia di YouTube.
- Putusan pengadilan ini menjadi simbol protes besar Moskow terhadap Google yang dianggap melanggar hak penyiaran Rusia.
- Sanksi ini diberlakukan setelah Google memblokir 17 saluran Rusia yang dinilai menyebarkan propaganda. Google mengakui terlibat urusan hukum dan akan menyelesaikan permasalahan ini.
Jakarta, IDN Times - Pengadilan Rusia, pada Kamis (31/10/2024), resmi menetapkan denda kepada perusahaan teknologi asal Amerika Serikat (AS), Google. Sanksi ini diberikan karena Google dituding memblokir tayangan saluran Rusia di platform YouTube.
Sejak dimulainya perang Rusia-Ukraina, Moskow sudah menetapkan sanksi kepada sejumlah perusahaan teknologi asal AS yang beroperasi di negaranya. Sanksi tersebut umumnya karena tidak mau menghapus konten yang dinilai merugikan Rusia soal perang di Ukraina.
1. Sebut denda untuk menunjukkan ketidakadilan kepada Rusia
Juru Bicara Kepresidenen Rusia Dmitry Peskov mengatakan bahwa putusan dari pengadilan terkait sanksi sebesar 2,5 desiliun dolar AS ini adalah sebuah simbolisme dari protes besar Moskow terhadap Google.
"Permintaan ini menggarisbawahi esensi dari protes terhadap pemblokiran saluran YouTube Rusia kami terhadap Google. Perusahaan teknologi itu tidak boleh membatasi penyiaran kami di dalam platformnya. Namun, mereka justru tetap melakukannya," tutur Peskov, dilansir Meduza.
Ia menyebut, jumlah uang yang melebihi seluruh PBD di dunia itu memang didesain untuk menarik perhatian seluruh dunia. Ia mengatakan, putusan ini menunjukkan bahwa adanya ketidakadilan kepada Rusia.
Sementara itu, tenggat waktu pembayaran denda ini berlaku selama 9 bulan ke depan. Jika denda tersebut tidak dibayarkan sesuai tenggat waktu, maka denda itu akan dilipatgandakan setiap harinya.
2. Sebanyak 17 saluran YouTube pro-Rusia diblokir
Sanksi ini diberikan setelah Google memblokir 17 saluran Rusia di platform YouTube karena menyebarkan propaganda Rusia. Beberapa saluran itu adalah Zvezda yang berafiliasi dengan militer Rusia dan saluran milik editor media milik pemerintah RT, Margarita Simonyan.
Melansir The Moscow Times, YouTube yang berada di bawah naungan Alphabet masih menyediakan layanannya di Rusia. Namun, pemerintah Rusia sudah beberapa kali mengancam akan memblokir platformnya menolak penayangkan konten pemerintah.
Pada musim gugur tahun ini, Google Rusia sudah menyatakan bangkrut imbas sanksi dan penyitaan akun banknya. Selain itu, Alphabet juga sudah mengumumkan penangguhan iklan di Rusia yang sejalan dengan kebijakan sanksi Barat terkait perang di Ukraina.
3. Google akui terlibat masalah hukum di Rusia

Pada Selasa (29/10/2024), Google sudah mengakui bahwa perusahaannya telah terlibat urusan hukum di Rusia. Perusahaan teknologi itu pun akan berupaya menyelesaikan permasalahan ini.
"Kami memang terlibat urusan hukum dengan pemerintah Rusia. Sebagai contohnya, penegakkan sipil termasuk dalam hukuman yang ditetapkan kepada kami mengenai permasalahan pemblokiran beberapa akun dari pihak yang disanksi," terangnya, dikutip The Independent.
Perwakilan Google juga mengaku tidak percaya bahwa permasalahan hukum dengan Rusia ini akan berdampak pada material.
Sanksi ini disebut tidak akan berdampak kepada perusahaan induk Google, Alphabet. Bahkan nilai sahamnya melonjak hingga 5 persen dan diprediksi akan melebihi target pendapatan pada kuartal ketiga.