Siap Adang Rusia, NATO Akan Bantu Lawan Instabilitas di Negara Rawan

NATO siap mengadang ancaman Rusia

Jakarta, IDN Times - Pakta Pertahanan Atlantik Utara (NATO) menyatakan kesiapannya dalam membantu negara-negara rawan di Eropa dan Kaukasus pada Selasa (29/11/2022). Tindakan ini sebagai bentuk melawan upaya Rusia untuk menyulut instabilitas di negara tetangganya. 

Sehari sebelumnya, NATO menyatakan kesediaannya untuk mengirimkan persenjataan dan membenahi jaringan listrik di Ukraina. Pasalnya, serangan bertubi-tubi Rusia di Ukraina telah mengakibatkan terganggunya arus listrik pada sejumlah wilayah di negara Eropa Timur tersebut. 

Baca Juga: NATO Bakal Tingkatkan Bantuan ke Ukraina Selama Musim Dingin 

1. NATO harapkan kestabilan di negara rawan Eropa

Keterangan di atas disampaikan ketika anggota NATO mengadakan pertemuan di Bukares, Rumania. Para Menteri Luar Negeri menegaskan bahwa NATO akan memastikan kestabilan negara rawan yang khawatir diganggu oleh Rusia. 

"Alasan kami mengadakan pertemuan ini adalah sinyal dari kami bagaimana pentingnya meciptakan stabilitas yang tidak hanya dirasakan negara anggota NATO, tapi lebih luas dari pada itu," ungkap Menteri Luar Negeri Belanda Wopke Hoekstra. 

Dilaporkan Reuters, Sekretaris Jenderal NATO, Jens Stoltenberg mengatakan bahwa 30 negara anggota NATO akan mengadakan dialog dengan Moldova, Georgia, dan Bosnia-Herzegovina yang dipandang sebagai negara rawan. 

"Kami akan mengambil langkah untuk membantu mereka dalam melindungi kedaulatan dan kemerdekaannya, termasuk memperkuat keahliannya dalam mempertahankan diri dari kemungkinan serangan Rusia," imbuhnya. 

Baca Juga: NATO: Rusia Gunakan Musim Dingin sebagai Senjata Melawan Ukraina 

2. NATO berniat lawan pengaruh Rusia di Moldova, Georgia, dan Bosnia-Herzegovina

Moldova, Georgia, dan Bosnia-Herzegovina memiliki karakteristik masalah yang hampir mirip. Ketiganya menghadapi tantangan besar melawan pengaruh Rusia di negaranya, termasuk berurusan dengan teritori yang dikontrol oleh separatis pro-Rusia. 

Moldova tengah menghadapi krisis energi menjelang musim dingin di tengah berkecamuknya perang di Ukraina. Negara ini juga menghadapi masalah teritori pecahan di Transnistria yang dikuasai oleh pemimpin pro-Rusia. 

Sedangkan, Georgia menghadapi masalah yang sama, yakni adanya dua wilayah pecahan yang dikuasai pemimpin pro-Rusia. Pada 2008, Rusia sudah mendeklarasikan perang terhadap Georgia dan mendeklarasikan kemerdekaan Abkhazia dan Ossetia Selatan. 

Sedikit berbeda, Bosnia-Herzegovina tengah dirundung krisis politik terbesar sejak berakhirnya Perang Bosnia. Ini karena pemimpin Bosnia Serbia berniat memecahkan diri dari negara Balkan itu dan mendapat dukungan dari Rusia. 

Baca Juga: Tuding Ukraina Curi Gas, Gazprom Akan Setop Pasokan ke Moldova

3. Gazprom janji tetap kirim gas alam ke Moldova

Siap Adang Rusia, NATO Akan Bantu Lawan Instabilitas di Negara RawanIlustrasi bendera Moldova (twitter.com/officejjsmart)

Pada Senin lalu, perusahaan energi Rusia, Gazprom berjanji tetap mengirimkan gas alam ke Moldova. Meskipun, perusahaan itu sebelumnya terus memberikan ancaman kepada negara pecahan Uni Soviet itu terkait gangguan suplai gas. 

"Keputusan sudah dibuat dan tidak ada pengurangan pasokan gas melalui pipa Sudzha untuk disalurkan ke Moldova," tutur Gazprom lewat akun Telegram-nya, dikutip Balkan Insight.

"Di saat yang bersamaan, kami menggarisbawahi pelanggaran dari Moldova terkait obligasi kontrak soal pembayaran suplai gas Rusia. Gazprom punya hak untuk mengurangi atau menyetop supali gas, jika terdapat pelanggaran dalam pembayaran," tambahnya. 

Sebenarnya gas yang disimpan di Rumania dan Ukraina cukup bagi Moldova untuk menghadapi musim dingin. Bahkan, demi mengurangi konsumsi energi, otoritas beralih ke pembangkit listrik tenaga panas bumi. 

Brahm Photo Verified Writer Brahm

-

IDN Times Community adalah media yang menyediakan platform untuk menulis. Semua karya tulis yang dibuat adalah sepenuhnya tanggung jawab dari penulis.

Topik:

  • Anata Siregar

Berita Terkini Lainnya