Tanjung Verde Bersedia Ekstradisi Alex Saab ke AS

Kegagalan Maduro memulangkan Alex Saab

Jakarta, IDN Times - Pemerintah Tanjung Verde pada Selasa (7/9/2021) menerima permintaan ekstradisi dari seorang pebisnis asal Kolombia bernama Alex Saab yang menjadi buronan terkait skandal korupsi. Pasalnya Saab merupakan salah satu orang yang dikenal dekat dengan Presiden Venezuela Nicolas Maduro. 

Sebelumnya Maduro sudah meminta Pemerintah Tanjung Verde untuk bersedia mengekstradisi Saab ke Venezuela. Namun kabar ini akan membuat Maduro gigit jari dan merelakan sekutunya dihukum di Amerika Serikat. 

1. Alex Saab dituding terlibat kasus pencucian uang

Keputusan ekstradisi kepada Alex Saab telah diputuskan Mahkamah Konstitusi Tanjung Verde  pada 13 Agustus lalu. Hal ini menyusul keputusan MK negara Afrika Barat itu menolak semua pengajuan banding yang dilakukan Saab sejak beberapa bulan lalu agar tidak diekstradisi. 

Sejak tahun 2019, Kejaksaan Federal Miami mengindikasikan Alex Saab terlibat dalam aksi kriminal berupa pencucian uang. Selan itu, Saab diduga berhubungan dengan kasus suap lebih dari 350 juta dolar AS atau Rp4,9 triliun dalam proyek penanganan keluarga miskin di Venezuela. 

Menyusul kabar ekstradisi Alex Saab ke AS ini menjadi kabar baik bagi Pemerintah Amerika Serikat. Pasalnya sejak masa pemerintahan Donald Trump, ekstradisi Alex Saab menjadi prioritas utama dan bahkan AS sempat mengirimkan militer Angkatan Laut itu ke perairan Afrika Barat untuk mengawasi pebisnis itu, dikutip dari Associated Press

2. Alex Saab ditahan saat mendarat di Tanjung Verde

Tanjung Verde Bersedia Ekstradisi Alex Saab ke ASWarga Venezuela yang menolak penahanan Alex Saab di Tanjung Verde. (twitter.com/SPerezPSUV)

Baca Juga: Italia Minta Chile Ekstradisi 3 Mantan Personel Militer

Dilaporkan dari Reuters, Alex Saab yang dikenal dekat dengan Presiden Venezuela Nicolas Maduro sudah ditahan di Tanjung Verde pada Juni 2020. Ia ditangkap setelah pesawat pribadinya sedang mendarat dan mengisi bahan bakar di negara kepulauan bekas koloni Portugal tersebut. 

Menanggapi permintaan ekstradisi dari AS, pengacara Saab menyebut bahwa Amerika Serikat melakukan motif politik lantaran dituduh melanggar hukum di AS. Ketika itu, Saab sedang terbang menuju ke Iran untuk melakukan negosiasi pengiriman bahan bakar dan suplai bahan-bahan untuk bantuan kemanusiaan ke Venezuela. 

Sebelumnya, Departemen Dalam Negeri AS menuding pebisnis asal Kolombia itu sebagai orang yang membantu Maduro dalam mengarahkan perjanjian perdagangan. Sementara, Washington menginginkan untuk memblok langkah Venezuela melalui yang diberikan. 

3. Menyulut ketegangan hubungan diplomatik Venezuela dan Tanjung Verde

Dikutip dari El Pais, pengacara Saab sudah berupaya untuk mengajukan banding dan terus memberikan argumen untuk menunda proses persidangan selam 15 bulan terakhir. Bahkan kasus ini terus berlarut-larut dan menjadi masalah geopolitik setelah Venezuela mengancam hubungan diplomatik dengan Tanjung Verde. 

Setelah itu, pada 2 Desember, Pengadilan Hukum ECOWAS (Economic Community of West African States), termasuk di dalamnya Tanjung Verde memaksa pengabulan akses tanpa pembatasan kepada dokter spesialis untuk Saab yang sebelumnya ditolak otoritas negara Afrika Barat itu. 

Pada Januari 2021, pebisnis asal Kolombia itu mendapatkan keringanan hukuman dengan menjadi tahanan rumah. Bahkan pada minggu lalu, Saab sudah dikirimkan dari Pulau Sal ke ibu kota Praia terkait dengan alasan kesehatan. 

Sementara Amerika Serikat mempercayai bahwa Saab menyimpan berbagai rahasia dari Nicolas Maduro beserta keluarganya. Pasalnya Maduro disebut membawa lari uang jutaan dolar dari kontrak pemerintah di tengah kekacauan dan kelaparan di negara kaya minyak itu, dilansir dari Associated Press

Baca Juga: Kolombia Ekstradisi Penyelundup Narkoba La Silla ke AS

Brahm Photo Verified Writer Brahm

-

IDN Times Community adalah media yang menyediakan platform untuk menulis. Semua karya tulis yang dibuat adalah sepenuhnya tanggung jawab dari penulis.

Topik:

  • Novaya

Berita Terkini Lainnya