Turkmenistan Akan Potong Subsidi Pangan di Negaranya

Ditengarai kelangkaan pangan dan tingginya inflasi

Jakarta, IDN Times - Krisis ekonomi dan inflasi yang berujung pada kelangkaan pangan telah terjadi di Turkmenistan sejak beberapa hari terakhir. Peristiwa itu mengakibatkan terjadinya antrian panjang di depan toko roti yang menyediakan makanan subsidi dari pemerintah negara Asia Tengah itu. 

Sementara itu, Pemerintah Turkmenistan pada Jumat (19/11/2021) sudah memberlakukan upaya pemotongan subsidi pangan bagi masyarakat. Bahkan, rencananya akan ada beberapa pihak yang didahulukan untuk mendapatkan makanan bersubsidi. 

1. Makanan bersubsidi akan didahulukan bagi tentara dan veteran perang

RFE/RL melaporkan, Pemerintah Turkmenistan akan mengutamakan warga dari golongan tertentu untuk mendapatkan makanan bersubsidi. Maka, keluarga dengan salah satu anggotanya merupakan tentara dan veteran perang akan didahulukan untuk mendapatkan bahan makanan itu. 

Sementara itu, keluarga di Turkmenistan yang keluarganya bekerja di luar negeri kemungkinan akan mendapatkan pemotongan subsidi makanan. Padahal, banyak penduduk Turkmenistan menggantungkan remiten dan terpaksa bekerja di luar negeri untuk menghidupi keluarganya. 

Bahkan, para penjual makanan di Lebap mengatakan bila pemerintah lokal melarangnya untuk menjual makanan kepada keluarga yang salah satu anggotanya berada di dalam penjara. Selain itu, seseorang yang tidak memiliki kewarganegaraan juga tidak akan mendapatkan makanan bersubsidi. 

Di lain sisi, Presiden Gurbanguly Berdimuhamedow telah memberikan masyarakat subsidi makanan dan kebutuhan pokok demi menancapkan kekuasaannya di Turkmenistan. Namun, dalam beberapa tahun terakhir jumlah warga yang bergantung pada makanan bersubsidi terus meningkat. 

2. Kuota makan bersubsidi akan dihitung setiap rumah bukan per anggota keluarga

Baca Juga: Pemimpin Asia Tengah Bertemu di Turkmenistan Bahas Taliban

Sesuai kebijakan terbaru ini, maka makanan bersubsidi selama sepuluh hari di Distrik Keshi, Ashgabat ke depan akan dialokasikan per rumah. Hal ini akan mengurangi jumlah kuota makanan bersubsidi sebelumnya yang ditentikan berdasarkan jumlah anggota keluarga dalam satu rumah. 

Padahal, mayoritas rumah pribadi di area tersebut telah dihuni tiga atau lebih generasi dan mayoritas penghuninya tinggal bersama orangtuanya dan keluarga dengan anak dewasa yang sudah berkeluarga sehingga terdapat cucu di dalam rumahnya.  

Warga juga melakukan protes lantaran kuota makanan bersubsidi selama sepuluh hari ke depan hanya 1 liter minyak bunga matahari atau biji kapas, 1 kg gula, dua kaki ayam, dan 15 butir telur. Kuota itu dirasa tidak cukup lantaran banyaknya keluarga besar yang tinggal dalam satu rumah. 

Di sisi lain, pada Distrik Parakhat-7, minyak bunga matahari dan minyak biji kapas sudah tidak dimasukkan dalam makanan bersubsidi sejak 1 November. Sementara, pihak penjual bahan makanan menuturkan jika kebijakan ini akibat kurangnya persediaan makanan selama beberapa bulan terakhir, dikutip dari RFE/RL

3. Polisi Turkmenistan menyita ponsel warga yang tengah mengantri membeli roti

Krisis yang terjadi di Turkmenistan tengah berdampak pada terjadinya antrian panjang di sejumlah toko roti bersubsidi, di mana roti bisa didapatkan dengan harga yang terjangkau. Bahkan, para penjual roti terpaksa buka pada malam hari demi mencegah kerumunan pembeli. 

Warga juga memberlakukan giliran pada anggota keluarganya untuk mengantri dalam membeli roti, bahkan menyuruh anak kecil atau orang tua agar ikut dalam antrian. Sedangkan setiap orang hanya diperbolehkan membeli tiga buah roti saja dan hanya maksimal 5-10 orang yang berada di dekat toko. 

Sementara itu, aparat kepolisian ikut berjaga dan mengatur antrian pembeli roti. Namun, aparat kepolisian melarang siapapun untuk memotret atau merekam antrian panjang di Turkmenistan kali ini. Tak jarang mereka menyita ponsel demi mencegah tersebarnya video atau foto kejadian di negara itu. 

Di sisi lain, persediaan roti di toko swasta sangat melimpah, tetapi harganya melambung tinggi lantaran adanya inflasi. Selain itu, sejumlah bahan makanan, terutama tepung sudah langka dan tidak dapat ditemui. Akibat kelangkaan ini, sejumlah toko roti terpaksa tutup, dilaporkan dari Asia News.  

RFE/RL mengungkapkan, negara kaya energi itu diketahui sedang mengalami krisis ekonomi akut yang ditambah dengan COVID-19. Hal ini mengakibatkan tingginya angka pengangguran, langkanya makanan dan obat-obatan. 

Bahkan, di tengah krisis ini Pemerintah Turkmenistan sudah melakukan perlawanan kepada para aktivis di luar negeri. Di samping itu, pihaknya juga telah meiningkatkan pembatasan internet dengan memblokir sosial media dan sejumlah website.  

Baca Juga: Pemimpin Asia Tengah Bertemu di Turkmenistan Bahas Taliban

Brahm Photo Verified Writer Brahm

-

IDN Times Community adalah media yang menyediakan platform untuk menulis. Semua karya tulis yang dibuat adalah sepenuhnya tanggung jawab dari penulis.

Topik:

  • Novaya

Berita Terkini Lainnya