Ukraina Bakal Hapus Wajib Militer Usai Perang

Fokus pada tentara profesional

Jakarta, IDN Times - Perdana Menteri Ukraina, Denys Shmyhal mengumumkan rencana penghapusan wajib militer setelah berakhirnya perang melawan Rusia. Pernyataan yang disampaikan pada Kamis (6/7/2023) ini, terkait rencana Kiev bergabung dalam anggota NATO. 

Setelah invasi skala besar Rusia ke Ukraina pada Februari 2022, Zelenskyy memberlakukan mobilisasi nasional. Sekarang, Ukraina memiliki sekitar 1 juta tentara aktif yang tergabung dalam pasukan pertahanan negara. 

Sejak 2014, Ukraina telah menerapkan sistem wajib militer bagi seluruh pemuda laki-laki di negaranya untuk meningkatkan kapabilitas militer. Perempuan di Ukraina juga diperbolehkan bergabung dalam militer secara sukarela. 

Baca Juga: Kunjungi Ukraina, PM Kanada Gelontorkan Bantuan Militer Rp5,8 T

1. Shmyhal ingin menyesuaikan dengan standar NATO

Shmyhal mengungkapkan bahwa keputusan pembubaran wajib militer untuk menyesuaikan dengan standar NATO yang memprioritaskan tentara profesional.

"Tugas utama kami untuk mentransisi tentara Ukraina sesuai dengan standar NATO. Dalam semua aspek, mulai dari perlengkapan dan persenjataan dalam merencanakan dan menganalisa situasi ini," tutur Shmyhal, dikutip Reuters.

"Setelah perang berakhir, Ukraina akan meninggalkan kebijakan wajib militer yang sudah ada sebelum berlangsungnya perang. Dasar keputusan ini untuk meningkatkan pasukan pertahanan kami menjadi tentara profesional," sambungnya. 

Ia pun mengatakan bahwa Ukraina akan meningkatkan kapabilitas militer dari seluruh tentaranya. Semua orang yang terkualifikasi dalam komponen cadangan akan mendapat pelatihan secara reguler. 

Baca Juga: Prancis Janjikan Bantuan Militer Tambahan untuk Ukraina  

2. Beberkan rencana pembangunan industri militer

Dilaporkan Interfax, Shmyhal menambahkan rencana kedua untuk meningkatkan pembangunan kompleks industri militer di Ukraina. 

"Ukraina secara aktif meningkatkan produksi senjata dan perlangkapan militer. Ditambah lagi, kami akan meluncurkan program dan proyek baru. Perusahaan swasta akan menjadi rekan kerja penuh negara di komplek industri militer," ungkap Shmyhal. 

"Kami juga akan membuat sistem perolehan pertahanan baru yang termasuk interaksi aktif dengan rekanan internasional dan merencanakan keuangan jangka panjang," sambungnya. 

Ia juga mengungkapkan rencana pendidikan patriotik militer dan pembangunan sebuah sistem ketahanan nasional di negaranya. 

Baca Juga: Jabatan Sekjen NATO Stoltenberg Diperpanjang Gegara Perang di Ukraina 

3. Budanov sebut Rusia ada di ambang perang sipil

Kepala Departemen Intelijen Kementerian Pertahanan Ukraina, Kyrylo Budanov mempercayai bahwa Federasi Rusia tengah berada di ambang perang sipil. Ia bahkan menyebut Rusia akan mengalami berbagai masalah internal yang berguna bagi Ukraina. 

"Itu ayang akan kami lihat sekarang. Masyarakat Rusia telah terpecah belah menjadi dua kubu. Situasi ini mengindikasikan apa yang kami bicarakan selama ini, Federasi Rusia ada di ambang perang sipil. Hanya dibutuhkan masalah internal kecil dan konflik itu akan membesar," ungkap Budanov.

Budanov menuturkan terdapat warga Rusia yang mendukung perang, tapi hanya ketika mereka melihat televisi. Namun, setelah dipanggil ikut berperang, mereka mulai mencari alasan agar tidak pergi karena mereka tidak punya pilihan. 

Berdasarkan data yang dianalisa oleh Badan Intelijen Ukraina dilansir Interfax, pemimpin Wagner, Yevgeny Prigozhin mendapat dukungan di 17 dari 46 wilayah di Rusia. Sedangkan, Presiden Vladimir Putin mendapat dukungan di 21 wilayah dan yang terendah berada di Dagestan. 

Brahm Photo Verified Writer Brahm

-

IDN Times Community adalah media yang menyediakan platform untuk menulis. Semua karya tulis yang dibuat adalah sepenuhnya tanggung jawab dari penulis.

Topik:

  • Anata Siregar

Berita Terkini Lainnya