Ukraina Panggil Dubes Hungaria Buntut Pernyataan PM Viktor Orban 

Hubungan Ukraina-Hungaria kian renggang

Jakarta, IDN Times - Kementerian Luar Negeri (Kemlu) Ukraina pada Jumat (27/1/2023) memanggil Duta Besar Hungaria di Kiev terkait komentar kontroversial dari Perdana Menteri Hungaria, Viktor Orban. Pasalnya, pemimpin sayap kanan itu mengklaim peristiwa peperangan di Ukraina sama dengan Afghanistan. 

Sejak pecahnya perang Rusia-Ukraina, PM Orban terus berpegang teguh pada netralitasnya dalam konflik ini. Meskipun mayoritas negara anggota Uni Eropa (UE) setuju memberikan sanksi kepada Rusia, Hungaria menolak sanksi itu dan malah meningkatkan hubungan diplomatik dengan Moskow. 

Baca Juga: Liburan di Tengah Perang, Pejabat Ukraina Dipecat dari Partai

1. Ukraina tidak terima atas pernyataan Orban

Pernyataan di atas disampaikan juru bicara Kemlu Ukraina, Oleg Nikolenko dan menyatakan klaim dari Orban tidak dapat diterima. Pasalnya, komentar tersebut menyinggung negaranya yang tengah dilanda perang, seperti halnya Afghanistan. 

"Ketika berbicara kepada awak media, PM Orban mengatakan bahwa Ukraina adalah negara tak berpenghuni seperti halnya Afghanistan. Pernyataan ini jelas tidak dapat kami terima. Budapest terus merusak hubungan Hungaria-Ukraina" tulis Nikolenko dalam akun Facebook-nya, dilansir Reuters.

"Kami akan memanggil Duta Besar Hungaria ke Kantor Kemlu Ukraina untuk berdialog terkait masalah ini. Kami punya hak untuk mengambil langkah dalam merespon pernyataan Orban tersebut" tuturnya. 

Baca Juga: 5 Fakta Tank Leopard Jerman, Ukraina Ngebet Banget Pengen Punya!

2. Orban kritisi pengiriman tank Leopard 2 ke Ukraina

Ukraina Panggil Dubes Hungaria Buntut Pernyataan PM Viktor Orban Perdana Menteri Hungaria, Viktor Orban saat menghadiri perayaan Revolusi 1956 di Zalaegerszeg, Minggu (23/10/2022). (twitter.com/PM_ViktorOrban)

Pada saat yang sama, Orban mengkritisi keputusan negara-negara Barat untuk mengirimkan tank Leopard dalam membantu Ukraina berperang melawan Rusia. Ia mengklaim Barat semakin aktif sebagai partisipan konflik Rusia-Ukraina. 

Orban menyebut bahwa negara-negara Barat seharusnya berusaha untuk menyerukan dialog perdamaian dan gencatan senjata antara kedua belah pihak. 

"Ini dimulai dengan Jerman berkata akan mengirimkan helm ke Ukraina karena mereka menyebut pengiriman senjata berarti ikut berpartisipasi dalam perang. Inilah permulaannya. Sekarang, kita sudah berada di perang tank, dan mereka sudah bersiap untuk membicarakan soal pesawat tempur" papar Orban, dikutip Associated Press.

Di samping itu, ia menambahkan bahwa ikut berpartisipasi dalam perang di Ukraina tidak akan pernah menjadi pertanyaan selama kepemimpinannya. Namun, Orban menganggap ini sudah terlambat bagi negara-negara Eropa lainnya. 

"Negara lain tidak hanya dalam bahaya, mereka sudah dihancurkan. Apabila Anda mengirimkan senjata, jika Anda membiayai seluruh anggaran tahunan untuk salah satu pihak, jika Anda berjanji terus mengirimkan senjata modern. Tidak peduli apa alasan Anda, Anda sudah ikut berperang" timbalnya. 

Baca Juga: 5 Fakta Tank Leopard Jerman, Ukraina Ngebet Banget Pengen Punya!

3. Orban tolak pemberlakuan sanksi kepada industri nuklir Rusia

Ukraina Panggil Dubes Hungaria Buntut Pernyataan PM Viktor Orban PM Hungaria, Viktor Orban saat menghadiri pertemuan Uni Eropa. facebook.com/orbanviktor/

PM Viktor Orban kembali melayangkan komentar kontroversialnya soal keputusan sanksi UE ke Rusia. Ia mengklaim bahwa negaranya akan menggunakan hak veto untuk menolak penerapan sanksi UE kepada sektor industri nuklir Rusia. 

"Kami tidak akan membiarkan sanksi-sanksi yang ditujukan ke Rusia justru meningkatkan inflasi di Hungaria. Saya tidak akan membiarkan energi nuklir masuk dalam cakupan sanksi Uni Eropa" tegasnya, dikutip Politico.

Komentar Orban ini terkait dengan permintaan Estonia, Latvia, Lithuania, dan Polandia untuk mendorong sanksi keras Uni Eropa kepada industri nuklir Rusia dan perusahaan milik negara, Rosatom. 

Sampai sekarang Komisi Eropa belum membuat proposal tersebut, tapi ini sudah direncanakan untuk memberlakukan paket sanksi ke-10 kepada Rusia. Sanksi ini sekaligus menjadi hadiah ulang tahun invasi skala besar Rusia ke Ukraina yang dimulai pada 24 Februari 2022. 

Brahm Photo Verified Writer Brahm

-

IDN Times Community adalah media yang menyediakan platform untuk menulis. Semua karya tulis yang dibuat adalah sepenuhnya tanggung jawab dari penulis.

Topik:

  • Hana Adi Perdana

Berita Terkini Lainnya