Warga Tunisia Gelar Demo Peringati 2 Tahun Rezim Kais Saied

Tuntut akhiri sikap autoritarianisme

Jakarta, IDN Times - Ratusan warga Tunisia, pada Selasa (25/7/2023), menggelar demonstrasi di tengah peringatan 2 tahun Presiden Kais Saied menjabat di negaranya. Mereka menyerukan agar Saied menghentikan aksinya yang mengarah ke autoritarianisme selama memimpin. 

Beberapa tahun terakhir, Tunisia telah dilanda krisis ekonomi dan politik yang mengakibatkan rentetan demonstrasi. Bahkan, negara Afrika Utara itu juga tengah dihadapkan pada masuknya ribuan migran ilegal yang hendak menuju Eropa. 

1. Oposisi menolak kebijakan autokrat dari Saied

Sebanyak 300 warga berkumpul di jalan Habib Bourguiba untuk menentang tindakan Saied yang dianggap merusak demokrasi di Tunisia. Mereka juga menuntut pembebasan para pemimpin oposisi yang ditahan selama kepemimpinannya.

Dilansir Reuters, demonstran yang mayoritas berasal dari pendukung oposisi Salvation Front juga membawa spanduk yang bertuliskan, "Pembebasan untuk tahanan politik" dan "Jatuhlah bersama kudeta". 

Sementara, di sudut ibu kota lain, ratusan pendukung oposisi yang dipimpin oleh ketua Partai Konstitusi Abir Moussi mengumpulkan massa yang membawa bendera Tunisia. Mereka menyaruarakan masalah kemiskinan dan kelaparan yang terus meningkat selama rezim Saied. 

"Saied telah mengubah semua hukum, dan sistem politik Tunisia ke arah yang buruk. Jika terdapat bahaya yang paling mengancam, yakni Kais Saied," tutur Moussi. 

Baca Juga: Tunisia Dilanda Gelombang Panas, Suhunya Mencapai 49 Derajat Celsius!

2. Saied melakukan tindakan kontroversial selama menjabat

Saied telah memimpin Tunisia sejak 2021. Di awal kepemimpinannya, ia sudah membubarkan parlemen sebelum memberlakukan konstitusi baru, yang menunjukkan bahwa ia punya pendekatan ke arah otoriter. 

Pada April lalu, Saied menginstruksikan jajarannya untuk menangkap pemimpin oposisi yang kerap melontarkan kritik, Rached Ghannouchi, eks Perdana Menteri Ali Laryedh, dan beberapa pejabat lain dari partai oposisi. 

Pada Februari, ia sudah menahan sebanyak 20 pemimpin politik, termasuk anggota Salvation Front terkait dengan dugaan percobaan melawan negara. 

Oposisi menyebut Saied yang terpilih pada 2019 terus mengekspansi kekuasaannya lewat kudeta. Namun, ia menyebut bahwa aksinya dilakukan sesuai aturan dan dibutuhkan untuk melindungi Tunisia dari kekacauan dan aksi korupsi. 

3. Italia nyatakan dukungannya kepada Tunisia

Pada Senin (24/7/2023), Presiden Italia Sergio Mattarella mengadakan kunjungan ke Tunisia untuk bertemu Kais Saied. Ia berjanji untuk mendukung Tunisia di tengah tantangan hebat yang dihadapi negara Afrika Utara itu. 

"Dalam beberapa bulan terakhir, Anda sudah bertemu dengan Perdana Menteri Italia, Giorgia Meloni. Kami mengonfirmasi kembali kepada kedekatan dan hubungan kuat antara Tunisia dan Italia," ungkap Mattarella, dikutip Arab News.

"Persahabatan dan tingkat kerja sama antara rakyat kami dan negara kami sangat tinggi dan kami adalah di sisi Anda. Kami ingin bekerja sama lebih dan lebih," sambungnya. 

Dalam beberapa bulan terakhir, Meloni telah aktif menyuarakan dari sudut pandang Tunisia kepada negara-negara lain soal negosiasi pinjaman dari IMF yang besarnya mencapai 1,9 miliar dolar AS (Rp28,5 triliun). 

Baca Juga: Tunisia Tunda Pembayaran Gaji Ribuan Guru yang Ikut Demo

Brahm Photo Verified Writer Brahm

-

IDN Times Community adalah media yang menyediakan platform untuk menulis. Semua karya tulis yang dibuat adalah sepenuhnya tanggung jawab dari penulis.

Topik:

  • Vanny El Rahman

Berita Terkini Lainnya