Mesir Kampanye Komuter Cegah Pelecehan Seksual di Kereta

Kasus pelecehan terhadap wanita terus meningkat di Mesir

Kairo, IDN Times - Tingginya kasus pelecehan seksual terhadap wanita di Mesir khususnya pada transportasi umum, membuat pemerintah setempat terus berupaya untuk mengambil langkah-langkah serius perlindungan. Baru-baru ini, negara tersebut dilaporkan telah meluncurkan kampanye kesadaran publik pertamanya dengan memasangkan baliho bertuliskan "El Sekka Amman" (The Railway is Safe) di dua titik terminal kereta api terpadat Kairo, dilengkapi dengan hotline pengaduan.

Sejumlah relawan pun juga ikut ditempatkan di beberapa titik stasiun, sementara para kondektur khusus akan ditugaskan untuk bersiaga dan bertindak bila mana terjadi insiden pelecehan seperti meraba-raba seseorang ketika berada di kereta.

Pelecehan seksual sendiri sangat sering terjadi di Mesir, dimana sebuah studi menunjukkan bahwa 70 persen wanita Mesir merasa tidak aman bila melakukan perjalanan dengan menggunakan transportasi umum. Oleh karenanya, inisiatif yang baru saja dibuat oleh pemerintah ini pun diharapkan dapat membuat penumpang wanita lebih berani ketika berpergian dan tidak ragu untuk melaporkan kepada para petugas keamanan jika sampai mereka mengalami insiden pelecehan tersebut, melansir dari Reuters.

1. Kampanye diletakkan pada dua rute kereta tersibuk di Mesir

Jalur kereta yang akan digunakan untuk melakukan kampanye komuter diantaranya adalah Kairo-Tanta dan Kairo-Menouf-Itay, dua rute kereta tersibuk yang ada di Mesir. Selain papan reklame, proyek ini juga turut memasang video promosi di layar stasiun kereta dan akan memutarkan pengumuman untuk para penumpang selama perjalanan.

Para relawan pun akan ikut serta membantu untuk memberikan pengarahan kepada pengguna transportasi tersebut dan turut melibatkan media sosial dalam prosesnya. "Kami memberi tahu para wanita bagaimana bereaksi ketika menghadapi insiden pelecehan seksual dan kami telah mengambil detail dari beberapa keluhan," kata Rahma Mahmoud, seorang sukarelawan berusia 19 tahun.

Menurut Randa Fakhr El Deen selaku direktur eksekutif LSM tentang Praktik Berbahaya Terhadap Perempuan dan Anak-anak, kasus pelecehan seksual dalam komunitas sosial telah membuat perempuan Mesir banyak yang merasa takut untuk pergi ke tempat kerja dan sekolah khususnya ketika harus menaiki transportasi umum.

Karenanya, langkah pemerintah ini patut disambut baik dan diharapkan berhasil untuk memberikan efek positif dalam penerapannya. "Stasiun kereta api adalah tempat untuk mengumpulkan orang-orang dari berbagai kota dan latar belakang, serta merupakan tempat yang sempurna untuk meningkatkan kesadaran tentang topik kontroversial dan penting seperti pelecehan seksual," katanya kepada Thomson Reuters Foundation.

2. Jepang dan Bank Eropa ikut terlibat

Kampanye peluncuran itu digelar di bawah naungan Menteri Perhubungan Kamel El Wazir, dengan kolaborasi yang melibatkan Perkeretaapian Nasional Mesir (ENR), Bank Eropa untuk Rekonstruksi dan Pembangunan (EBRD), Dewan Nasional Mesir untuk Wanita, serta Jepang dalam mendanai program.

“Upaya bersama kami akan membantu meningkatkan akses perempuan ke transportasi dan mobilitas yang aman, yang sangat penting untuk integrasi penuh dan kontribusi mereka terhadap perekonomian,” komentar Heike Harmgart, perwakilan EBRD untuk Wilayah Mediterania Selatan dan Timur, mengutip dari Arab Finance.

Baca Juga: 8 Jenis Pelecehan Seksual yang Umum Terjadi di Sekitarmu, Laporkan!

3. Tingginya kasus pelecehan seksual terhadap wanita di Mesir

Mesir Kampanye Komuter Cegah Pelecehan Seksual di KeretaIlustrasi Pelecehan (IDN Times/Mardya Shakti)

Mesir diketahui sebagai salah satu negara dimana angka pelecehan seksual terhadap wanita sangatlah tinggi. Bahkan studi jajak pendapat yang dilakukan oleh Thomson Reuters Foundation tahun 2017 menempatkan ibu kota Kairo sebagai kota besar paling berbahaya di dunia bagi wanita.

Studi tersebut menemukan bahwa Kairo menjadi sangat berbahaya sejak 2011, setelah serangkaian serangan seksual yang kejam terjadi di Tahrir Square. Survei tahun 2013 oleh PBB juga menunjukkan bahwa 99 persen wanita di negara tersebut pernah mengalami pelecehan, dimana kondisi itu tentunya sangatlah merugikan. 

Melansir dari Al-Monitor, pelecehan di Mesir terus meningkat meskipun berbagai upaya telah dilakukan untuk mengatasinya. Sebuah unit untuk menindaklanjuti kasus pelecehan seksual bahkan sampai dibentuk oleh Kementerian Dalam Negeri pada tahun 2016 silam ketika pelecehan semakin banyak terjadi khususnya di media sosial dan tempat umum.

Ketika gerakan #MeToo diluncurkan di sosial media dan menjadi viral pun, warga Mesir khususnya kaum wanita bahkan keluar sebagai salah satu pengguna teratas tagar secara keseluruhan di dunia, yang menunjukkan betapa memprihatinkan situasi pelecehan yang ada di sana.

Baca Juga: Waspadai 5 Tanda Psikologis pada Pelaku Pelecehan Seksual

Calledasia Lakawa Photo Verified Writer Calledasia Lakawa

Broken crayons still color

IDN Times Community adalah media yang menyediakan platform untuk menulis. Semua karya tulis yang dibuat adalah sepenuhnya tanggung jawab dari penulis.

Topik:

  • Novaya

Berita Terkini Lainnya