Rekor, Kasus Bunuh Diri Pelajar di Jepang Catat Level Tertinggi

Lebih dari 21.000 warga Jepang bunuh diri pada tahun 2020

Tokyo, IDN Times - Jumlah kasus bunuh diri yang terjadi di kalangan anak muda dan pelajar sekolah di Jepang sepanjang periode tahun 2020 lalu dilaporkan telah mengalami peningkatan secara signifikan, melansir dari Kyodo News.

Laporan yang dirilis oleh pemerintah Jepang menunjukkan bahwa ada 499 kematian yang tercatat akibat bunuh diri diantara para pelajar sekolah dari SD hingga SMA, dimana jumlah tersebut naik 25 persen bila dibandingkan dengan tahun sebelumnya. Berdasarkan perhitungan bulan, terjadinya bunuh diri yang dilakukan remaja sekolah meningkat lebih dari dua kali lipat sejak Juni dan disebutkan tetap lebih tinggi sepanjang sisa tahun lalu. Menurut Badan Kepolisian Nasional, kenaikan kasus kematian itu telah menyentuh level tertinggi sejak data pembanding tersedia pada tahun 1980.

Efek pandemi COVID-19 pun diduga kuat menjadi salah satu faktor yang berkontribusi terhadap meningkatnya keputusan seseorang untuk mengakhiri hidup tersebut.

1. Meningkatnya bunuh diri di tengah pandemi

Rekor, Kasus Bunuh Diri Pelajar di Jepang Catat Level TertinggiSiswa sekolah di Jepang. Sumber: Unsplash.com/Bna Ignacio

Pihak Kementerian Kesehatan menduga peningkatan bunuh diri yang terjadi di kalangan anak muda Jepang dipicu oleh efek dari pandemi COVID-19. Menurut analisis, kekhawatiran terkait kinerja akademis dan tekanan karir masa depan telah mendorong timbulnya depresi dan penyakit mental lainnya. Aktivitas sehari-hari yang terbatas serta masalah ekonomi juga membuat perselisihan keluarga semakin sering terjadi sehingga stress berlebih pada anak dapat dengan mudah timbul.

"Virus telah mengambil kesempatan bagi mereka untuk bergaul dengan siswa lain yang mereka rasa nyaman ketika di sekolah dan saat setelah sekolah usai, hal itulah yang membuat mereka tersiksa hampir sepanjang hari," kata Junko Kobayashi, direktur perwakilan organisasi Childline Support Center Japan. Ia menambahkan bahwa para orangtua dan guru harus lebih meningkatkan upaya untuk merawat anak-anak karena lingkungan rumah yang seharusnya aman telah menjadi lebih rentan selama pandemi.

2. Dibanding pria, jumlah perempuan yang bunuh diri meningkat drastis

Rekor, Kasus Bunuh Diri Pelajar di Jepang Catat Level TertinggiIlustrasi orang lanjut usia menutup wajah. Sumber: Unsplash.com/Cristian Newman

Secara keseluruhan, Jepang telah mencatatkan 20.919 kasus bunuh diri yang terjadi sepanjang tahun 2020. Jumlah itu menandai peningkatan pertama dalam kurun waktu 11 tahun terakhir dengan kenaikan 3,7 persen lebih banyak dari tahun sebelumnya.

Berdasarkan data yang dirilis oleh pihak Kementerian Kesehatan, Tenaga Kerja dan Kesejahteraan pada 22 Januari lalu, sebanyak 13.943 orang yang bunuh diri masih didominasi oleh laki-laki, sementara 6.976 lainnya adalah perempuan. Meski demikian, kasus bunuh diri kaum pria tercatat mengalami penurunan berturut-turut, sementara kasus bunuh diri wanita justru menanjak sebanyak 14,5 persen.

Seperti hal-nya kasus yang terjadi pada kaum remaja Jepang, meningkatnya faktor kematian di kalangan perempuan dari berbagai generasi diduga pula memiliki keterkaitan dengan COVID-19. Meski tidak ada analisis secara rinci tentang penyebab spesifik, tetapi data polisi mengutip masalah kesehatan, keluarga, kekerasan dalam rumah tangga, pekerjaan dan ekonomi yang diperburuk oleh adanya pandemi, sebagai motif dibalik tingginya keputusan untuk bunuh diri tersebut.

"Faktor risiko di kalangan perempuan muda berbeda dengan populasi pada umumnya," kata Yusuke Tsugawa, asisten profesor kebijakan dan manajemen kesehatan di University of California, Los Angeles (UCLA). "Perempuan muda lebih dipengaruhi oleh beban dalam rumah tangga, seperti kekerasan dalam rumah tangga atau kehadiran seseorang yang membutuhkan perawatan, atau mengalami diskriminasi terkait dengan virus corona daripada faktor keuangan. Selain dukungan ekonomi, bantuan asuhan keperawatan dan pencegahan kekerasan dalam rumah tangga bagi perempuan muda sangatlah diperlukan," lanjutnya, dikutip dari The Mainichi.

Baca Juga: Dua Petugas Kerusuhan Capitol Hill Bunuh Diri

3. Ahli sebut kematian bintang papan atas dapat pengaruhi keputusan bunuh diri

Pada 23 Oktober 2020 silam, media Jepang The Mainichi pernah mempublikasikan pemberitaan terkait fenomena bunuh diri yang meningkat dan keterkaitannya dengan kematian dua publik figur ternama Jepang, Haruma Miura dan Yuko Takeuchi. Menurut klaim dari sebuah pusat pencegahan bunuh diri yang disahkan oleh menteri kesehatan Jepang, bunuh diri yang dilakukan oleh kedua bintang papan atas tahun lalu itu kemungkinan memiliki pengaruh yang kuat dalam mendorong orang-orang yang juga mengalami depresi dan penyakit mental untuk mengakhiri hidupnya pula dengan cara yang sama.

Dugaan tersebut disampaikan usai dilakukan analisis dengan menggunakan statistik data telusur, di mana jumlah bunuh diri yang terjadi di Jepang cenderung meningkat selama sepekan usai kematian aktor Haruma Miura terjadi pada 18 Juli 2020. Setelah liputan kematian sang aktor ramai diperbincangkan, pusat konsultasi disebutkan sempat menerima panggilan untuk meminta bantuan dengan ungkapan seperti, "Saya merasa terguncang dan takut. Saya mungkin juga akan bunuh diri," dan "Menonton berita memunculkan perasaan ingin mati," lapor media tersebut.

Terkait dengan fenomena bunuh diri, pemerintah Jepang mengkhawatirkan bahwa jumlah kasus mungkin akan terus meningkat ke depannya. Oleh karenanya, penting bagi individu yang merasa tertekan untuk curhat kepada orang-orang disekitar mereka dan menghubungi pusat konsultasi untuk meminta bantuan tatkala mengalami depresi dan gangguan mental lainnya.

Calledasia Lakawa Photo Verified Writer Calledasia Lakawa

Broken crayons still color

IDN Times Community adalah media yang menyediakan platform untuk menulis. Semua karya tulis yang dibuat adalah sepenuhnya tanggung jawab dari penulis.

Topik:

  • Novaya

Berita Terkini Lainnya