Suvenir Olimpiade Tokyo Terjual Laris Manis

Sentimen warga terkait Olimpiade Tokyo mulai berkurang

Tokyo, IDN Times - Setelah sempat mengundang skeptisisme publik terkait penyelenggaraan Olimpiade Tokyo 2020 ditengah pandemi COVID-19, Jepang kini mulai melihat peningkatan antusiasme warganya dalam merayakan event olahraga tersebut usai penjualan suvenir resmi dilaporkan mengalami peningkatan secara tajam.

Melansir dari Kyodo News, antusiasme bahkan dapat terlihat dari terciptanya antrean panjang di luar outlet toko merchandise resmi selama akhir pekan, meskipun ibu kota Jepang masih dalam keadaan darurat COVID-19 sejak 12 Juli lalu. Ketertarikan publik yang meningkat terhadap olimpiade pun disambut positif dan disinyalir merupakan hasil yang tercipta berkat prestasi para atletnya yang mampu menduduki peringkat tinggi dalam perolehan medali saat ini.

1. Pembeli rela mengantre panjang untuk dapatkan suvenir Olimpiade

Antusiasme warga Jepang yang tinggi turut dapat terlihat di toko online merchandise resmi Olimpiade Tokyo. Sangking tingginya minat publik untuk berbelanja, official store tersebut bahkan sampai tidak dapat diakses karena padatnya 'lalu lintas' maya yang tercipta.

Toko resmi di distrik Shinjuku, Tokyo, juga ikut merasakan kepadatan pengunjung dimana banyak diantara barang-barang populer seperti pin badge, gantungan kunci dan mug dengan cepat terjual habis sejak olimpiade dimulai. Meski dengan peraturan ketat yang mengharuskan pengunjung untuk menjalani pemeriksaan suhu dan mencuci tangan, pengunjung tetap rela mengantre untuk mendapatkan barang olimpiade. "Saya tidak menyangka akan begitu ramai," kata Fuzuki Maruyama, salah seorang staf toko.

2. Keberhasilan para atlet Jepang dalam meraih medali jadi faktor utama

Suvenir Olimpiade Tokyo Terjual Laris ManisFoto medali emas Olimpiade Tokyo 2020. Sumber: Twitter.com/Tokyo2020

Semangat warga Jepang terhadap Olimpiade Tokyo disinyalir terjadi berkat keberhasilan para atletnya dalam meraih medali hingga sejauh ini. Program TV juga turut didominasi oleh kompetisi sehingga hal itu membantu dalam melemahkan sentimen publik yang sebelumnya menunjukkan kegelisahan tinggi tentang menjadi tuan rumah saat gelombang COVID-19 kembali memuncak.

Meningkatnya jumlah penjualan suvenir Olimpiade tidak hanya terjadi di ibu kota Tokyo tetapi juga hampir di seluruh negeri. Di kota Osaka misalnya, salah satu toko mengaku mengalami lonjakan pembeli hingga hampir sepuluh kali lipat setelah Olimpiade dimulai. Gantungan kunci dengan piktogram olahraga Olimpiade seperti bola basket dan judo pun disebut sebagai salah satu merchandise yang paling populer dicari. "Jika Jepang terus memenangkan medali, mungkin lebih banyak orang akan berkunjung," kata manajer toko.

Baca Juga: 8 Emas Bulu Tangkis di Olimpiade, Indonesia Kuasai Seluruh Sektor

3. Meski suvenir laris manis, dua maskot Olimpiade Tokyo 2020 justru disebut kurang populer

Suvenir Olimpiade Tokyo Terjual Laris ManisPotret dua maskot Olimpiade Tokyo 2021. Twitter.com/Tokyo2020

Di sisi lain, meski suvenir Olimpiade banyak diburu oleh masyarakat Jepang, media The New York Times justru menyoroti rendahnya antusiasme yang ditujukan pada dua maskot Olimpiade Tokyo, yakni Miraitowa dan Someity. Walaupun kedua maskot itu berada dimana-mana untuk dijual, pakar justru menilai bahwa kehadirannya kurang dapat menarik minat diantara jenis suvenir lainnya, serta dianggap kalah bersaing bila dibandingkan dengan ribuan maskot di Jepang yang telah lebih dulu meraih popularitas. Salah satu faktor umum juga mengatakan alasan dibalik rendahnya minat tersebut adalah karena sulitnya nama kedua maskot untuk dapat diingat. “Bagi kami orang tua, sulit untuk mengikuti nama-nama semua maskot berbeda yang terus bermunculan,” kata Hiroyuki Nakamura, yang berbelanja di toko suvenir Olimpiade di Tokyo bersama putrinya. 

Nama Miraitowa sendiri adalah campuran dari kata "masa depan" dan "keabadian." Sementara Someity adalah gabungan dari nama jenis pohon ceri yang populer di Jepang dan plesetan frasa "perkasa" dalam bahasa Inggris. Kedua maskot tersebut telah diperkenalkan sejak dua tahun lalu, dimana Miraitowa ditunjuk sebagai maskot Olimpiade dan Someity mewakili Paralimpiade. Seorang juru bicara Olimpiade Tokyo pernah mengatakan kepada Kyodo News pada tahun 2018, bahwa lisensi yang terkait dengan maskot dan "lambang Olimpiade" lainnya diharapkan dapat menghasilkan pendapatan yang setara dengan sekitar $126 juta. Hingga kini pun, perkiraan itu masih belum berubah mengingat data resmi penjualan merchandise yang belum tersedia.

Baca Juga: Viktor Axelsen Catat Sejarah di Olimpiade Tokyo

Calledasia Lakawa Photo Verified Writer Calledasia Lakawa

Broken crayons still color

IDN Times Community adalah media yang menyediakan platform untuk menulis. Semua karya tulis yang dibuat adalah sepenuhnya tanggung jawab dari penulis.

Topik:

  • Novaya

Berita Terkini Lainnya