Iklan - Scroll untuk Melanjutkan
Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
Ilustrasi bendera China di Great Hall of the People, Xicheng District, China. (unsplash.com/Dominic Kurniawan Suryaputra)

Jakarta, IDN Times – China telah memanggil Duta Besar Filipina, Jaime FlorCruz, sebagai bentuk protes atas langkah terbaru Manila terkait Taiwan pada Selasa (29/4/2025). Pemanggilan dilakukan setelah Filipina mencabut larangan perjalanan pada 21 April lalu, yang selama puluhan tahun membatasi pejabat pemerintahnya untuk mengunjungi Taiwan.

"Filipina memberlakukan larangan perjalanan pada 1987, saat pemerintahan Presiden Corazon Aquino. Larangan itu secara umum melarang pejabat pemerintah mengunjungi Taiwan atau menerima delegasi dari sana," lapor Anadolu Agency.

Dengan kebijakan terbaru ini, Filipina kini mengizinkan pejabatnya mengunjungi Taiwan untuk keperluan perdagangan dan investasi. Kepala Departemen Urusan Asia di Kementerian Luar Negeri China, Liu Jinsong, menyayangkan langkah tersebut.

1. China tegaskan Taiwan sebagai wilayahnya

Ilustrasi bendera Taiwan. (unsplash.com/Winston Chen)

China sejak lama menyatakan bahwa Taiwan adalah bagian dari wilayah kedaulatannya, meskipun hal itu ditolak oleh pemerintah Taiwan. Beijing menegaskan bahwa penyatuan pulau tersebut adalah hal yang tidak bisa dihindari, bahkan jika harus dilakukan melalui kekerasan.

Seiring dengan meningkatnya pertahanan militer Taiwan, Beijing juga terus memperkuat potensi serangan militer ke pulau itu.

Menurut laporan Newsweek, China menyatakan bahwa isu Taiwan adalah urusan domestik dan tidak boleh dicampuri pihak luar.

2. Ketegangan China dan Filipina kian memanas

Ketegangan antara China dan Filipina terus meningkat. Pada Sabtu lalu, China kembali menyatakan klaim atas Sandy Cay, sebuah gundukan pasir di Kepulauan Spratly yang menjadi wilayah sengketa kedua negara di Laut China Selatan.

Empat petugas China tampak berdiri sambil membentangkan bendera merah berlambang bintang kuning di atas Sandy Cay, seolah menegaskan klaim kedaulatan Beijing.

Filipina segera menolak klaim tersebut dan menuduh China menyebarkan informasi palsu. Sebagai respons, Manila mengerahkan pasukan gabungan ke Sandy Cay untuk menunjukkan penolakannya.

Sebuah foto yang diunggah oleh juru bicara Penjaga Pantai Filipina, Jay Tarriela, di platform X menunjukkan lima petugas Filipina memegang bendera nasional di atas gundukan pasir putih itu.

"Tujuan lain dari operasi kami adalah untuk memeriksa apakah pemerintah China memasang infrastruktur, perangkat pemantauan, atau hal lainnya," kata Tarriela kepada wartawan, dikutip dari CNN.

3. Filipina perkuat kerja sama regional untuk bendung langkah China

Filipina juga terus mendorong kerja sama regional demi menghadapi hegemoni China di kawasan. Pada Selasa, Filipina dan Jepang mengumumkan dimulainya perundingan terkait perjanjian keamanan bilateral.

Mengutip Courthouse News, pengumuman ini disampaikan saat kunjungan Perdana Menteri Jepang Shigeru Ishiba ke Manila. Kunjungan tersebut merupakan bagian dari rangkaian lawatan Ishiba ke negara-negara Asia Tenggara, termasuk Vietnam, yang juga menolak klaim China di Laut China Selatan.

Pemerintah China belum memberikan tanggapan atas pernyataan Ishiba. Namun, Beijing tetap bersikukuh mengklaim hampir seluruh wilayah Laut China Selatan, dengan memperkuat kehadiran penjaga pantai, angkatan laut, serta pembangunan pangkalan militer di pulau-pulau buatan.

This article is written by our community writers and has been carefully reviewed by our editorial team. We strive to provide the most accurate and reliable information, ensuring high standards of quality, credibility, and trustworthiness.

Editorial Team

EditorRama