China Tingkatkan Anggaran Militer Sebesar 7,2 Persen

Jakarta, IDN Times – China menetapkan bahwa anggaran pertahanan Beijing untuk 2025 naik sebesar 7,2 persen dari tahun sebelumnya. Penetapan itu diumumkan melalui laporan pemerintah yang dirilis dalam pertemuan tahunan Kongres Rakyat Nasional (NPC) pada Rabu (5/3/2025).
“Anggaran pertahanan resmi China tahun 2025 sebesar 1,784 triliun yuan (Rp4,03 kuadriliun), terungkap dalam perkiraan anggaran pemerintah China,” lapor The Straits Times.
China telah mengumumkan peningkatan anggaran militer tahunan sebesar 7 persen sejak 2016. Negara tersebut memiliki anggaran pertahanan tertinggi kedua di dunia setelah Amerika Serikat (AS).
1. Pengeluaran pertahanan bertahan satu digit

Juru Bicara NPC, Lou Qinjian, mengatakan bahwa pengeluaran pertahanan China telah bertahan pada pertumbuhan satu digit selama sembilan tahun berturut-turut.
Berbicara pada Selasa, Qinjian mengatakan, anggaran pertahanan China juga tetap stabil di angka 1,5 persen dari Produk Domestik Bruto (PDB). Angka itu sangat rendah dari negara-negara lainnya.
“Menjaga perdamaian membutuhkan kekuatan. China dengan pertahanan nasional yang kuat dapat mempertahankan kedaulatan nasional, keamanan, dan kepentingan pembangunannya. Lebih baik memenuhi tanggung jawab dan kewajiban internasionalnya sebagai negara adidaya, serta menjaga perdamaian dan stabilitas dunia,” katanya.
Beijing berencana untuk menduduki peringkat satu kekuatan militer dunia pada 2050. Upaya modernisasi militer kemudian terus ditingkatkan.
2. Anggaran militer sesungguhnya jauh lebih besar

Pakar Hubungan Internasional dari S. Rajaratnam Singapura, Zi Yang, mengatakan tidak semua anggaran pertahanan China dimasukkan ke dalam laporan resmi. Ia memperkirakan, jumlah sesungguhnya 2 kali lebih besar.
"Pengeluaran untuk Kepolisian Bersenjata Rakyat, Penjaga Pantai, milisi, pengadaan senjata asing, dan program luar angkasa tidak termasuk dalam anggaran pertahanan resmi. Oleh karena itu, anggaran pertahanan yang sebenarnya kemungkinan jauh lebih besar," katanya.
Asisten Profesor Amrita Jash dari Manipal Academy of Higher Education di India menambahkan, kemungkinan Taiwan akan tetap menjadi fokus utama pengeluaran pertahanan.
Hal ini akan membentuk prioritas pengeluaran pertahanan China terhadap angkatan laut, udara, rudal, sistem tak berawak, dan platform berbasis kecerdasan buatan.
3. Perlambatan ekonomi dan kasus korupsi ancam militer China

Meskipun cukup ambisius, rencana China untuk menjadi kekuatan global pada 2050 menimbulkan keraguan di tengah perlambatan ekonomi.
Dilansir Business Standard, ekonomi China terus merosot dari 6,5 persen sebelum pandemi menjadi 4,6 persen saat ini. Perlambatan ekonomi ini berdampak pada pengeluaran militer yang ditarget terus meningkat sebesar 7 persen setiap tahun.
Selain perlambatan ekonomi, kasus korupsi di tubuh militer juga menjadi ancaman tersendiri bagi China.
Dalam dua tahun terakhir saja, dua pejabat militer China terlibat dalam kasus korupsi. Dua mantan Menteri Pertahanan dipecat dari Partai Komunis pada 2024 karena penyuapan dan tuduhan serupa.
Dilansir VOA, laporan AS pada Desember lalu menyebut bahwa jumlah sesungguhnya jauh lebih besar, yakni 15 orang perwira militer berpangkat tinggi. Beberapa pemimpin yang diselidiki dan dicopot karena korupsi dalam proyek-proyek yang terkait dengan modernisasi rudal nuklir dan rudal konvensional berbasis darat China.
Tingginya angka korupsi ini dikhawatirkan mengganggu pencapaian China untuk modernisasi militer jelang tahun 2050.