Banyak Hakim Perancis Hentikan Penyelidikan Kasus Genosida di Rwanda

Kejadian genosida terjadi pada tahun 1994 lalu

Paris, IDN Times - Para hakim di Perancis memutuskan untuk menghentikan penyelidikan terhadap kasus genosida yang terjadi di Rwanda dengan menewaskan 800.000 orang saat itu. Kejadian ini sendiri terjadi pada tahun 1994 lalu. Bagaimana awal ceritanya?

1. Bukti yang tidak cukup menjadi alasan penghentian penyelidikan

Banyak Hakim Perancis Hentikan Penyelidikan Kasus Genosida di Rwandadw.com

Dilansir dari BBC, penyelidikan terhadap kasus genosida di Rwanda ini telah dihentikan oleh para hakim di Perancis. Sebelumnya, jaksa penuntut di Perancis telah merekomendasikan pada bulan Oktober 2018 lalu bahwa dakwaan tersebut dibatalkan karena tidak cukup beberapa bukti terhadap para tersangka. Sebelumnya, salah seorang hakim menuding Presiden Rwanda saat ini, Paul Kagame, yang memimpin pemberontak Tutsi, atas serangan genosida ini dan surat perintah penangkapan telah dikeluarkan kepada beberapa orang yang dekat Paul Kagame.

Penyelidikan Perancis ini dimulai pada tahun 1998, tepat 4 tahun setelah kejadian genosida di Rwanda, atas permintaan kerabat para awak pesawat Perancis yang juga turut menjadi korban meninggal. Seperti yang diketahui, pemicu awalnya genosida adalah peristiwa penembakan pesawat yang ditumpangi oleh Presiden Rwanda saat itu, Juvenal Habyarimana, beserta para staf dan pilot tewas saat itu. Akibatnya, kelompok militan Hutu, yang kebetulan Habyarimana berasal dari Hutu, menuding minoritas Tutsi telah melakukan penembakan itu dan mengakibatkan sebanyak 800.000 orang atas pembantaian etnis atau yang dikenal dengan genosida.

2. Pengacara istri dari Habyarimana akan mengajukan banding atas keputusan itu

Banyak Hakim Perancis Hentikan Penyelidikan Kasus Genosida di Rwandatwitter.com/FRANCE24

Pengacara dari Agathe, istri dari Juvenal Habyarimana, Philippe Meilhac, mengatakan bahwa penggugat dalam kasus ini akan mengajukan banding terhadap keputusan tersebut. "Kami harus menafsirkan keputusan ini oleh hakim Prancis sebagai bentuk pengunduran diri yang dihadapkan dengan konteks politik yang tidak dituntut jaksa penuntut. Otoritas Rwanda tidak pernah berusaha membantu mengungkap kebenaran," ungkap pernyataan dari Philippe Meilhac seperti yang dikutip dari BBC.

Pada tahun 2006, seorang hakim Perancis, Jean-Louis Bruguiere, menuduh Kagame, yang kemudian memimpin pemberontakan partai RPF, telah memerintahkan serangan itu. Investigasi tersebut menjadi sumber ketegangan antara Rwanda dengan Perancis. Paul Kagame membantah tuduhan tersebut dan menilai sebagai adanya muatan politik dan menuduh Perancis, yang mendukung bekas rezim Hutu, telah memainkan peran langsung dalam genosida. 

Menteri Luar Negeri Rwanda, Richard Sezibera, menyambut keputusan tersebut. "Kami menyambut keputusan ini yang mengakhiri upaya tudingan selama dua dekade untuk menghalangi keadilan bagi genosida terhadap Tutsi, dan mencegah pertanggungjawaban bagi para pelaku dan kaki tangan mereka," ungkap pernyataan Richard Sezibera seperti yang dikutip dari Foxnews.com.

Para kritikus mengatakan Perancis terlalu mendukung pemerintah Rwanda yang dipimpin Hutu yang para pendukungnya melakukan genosida dan bahwa Perancis telah menutup mata terhadap kasus pembunuhan yang dianggap terlalu lama. Pemerintah Rwanda telah menunjuk 22 perwira senior militer Perancis yang dituduh membantu merencanakan dan melaksanakan genosida melalui dukungan untuk tentara Rwanda.

Pihak Perancis telah menyangkal keterlibatan tetapi telah meluncurkan beberapa penyelidikan dalam beberapa tahun terakhir ke dalam genosida dalam upaya untuk memahami perannya. Mereka terutama tak hanya melibatkan orang Rwanda yang melarikan diri ke Perancis setelah genosida tetapi juga beberapa tokoh Prancis.

3. Riwayat ketegangan hubungan antara Perancis dengan Rwanda sejak kasus genosida

Banyak Hakim Perancis Hentikan Penyelidikan Kasus Genosida di Rwandatwitter.com/httpworldupdat2

Inilah riwayat ketegangan hubungan antara Perancis dengan Rwanda sejak terjadinya kasus genosida tahun 1994 lalu.

  • 1994: Pemerintah Perancis telah mengirimkan pasukan ke Rwanda sebagai bagian dari misi yang dipimpin oleh PBB, akan tetapi Rwanda justru menuding Perancis melindungi para tersangka genosida.
  • 2006: Seorang hakim Perancis menuduh orang-orang Tutsi, termasuk Presiden Rwanda saat ini, Paul Kagame, terlibat dalam pembunuhan terhadap Juvenal Habyarimana pada tahun 1994 yang mengakibatkan kedua negara memutuskan hubungan diplomatik.
  • 2009: Rwanda bergabung dengan anggota persemakmuran dan memulihkan kembali hubungan diplomatik dengan Perancis.
  • 2010: Presiden Perancis saat itu, Nicolas Sarkozy, mengunjungi Rwanda dan mengakui Perancis melakukan kesalahan pada tahun 1994.
  • 2011: Kagame mengunjungi Perancis dan mengatakan ini saatnya meninggalkan sejarah kelam ini.

Baca Juga: Pengadilan Internasional Akan Investigasi Dugaan Genosida di Myanmar

Christ Bastian Waruwu Photo Verified Writer Christ Bastian Waruwu

Member IDN Times Community ini masih malu-malu menulis tentang dirinya

IDN Times Community adalah media yang menyediakan platform untuk menulis. Semua karya tulis yang dibuat adalah sepenuhnya tanggung jawab dari penulis.

Topik:

  • Novaya

Berita Terkini Lainnya